SEPUTAR KALTIM
Arsipkan Sejarah Samarinda, Buku Kontroversi Daeng Mangkona Tersedia di Perpustakaan Samarinda

Seorang peneliti lokal asal Samarinda, Muhammad Sarip membuat sebuah buku berjudul Kontroversi Sejarah Lamohang Daeng Mangkona. Menceritakan kejanggalan terkait sejarah lokal mengenai hari jadi Kota Samarinda. Buku tersebut sempat menggemparkan masyarakat pada waktu itu.
Muhammad Sarip penulis asal Samarinda ini, tertarik untuk menelusuri asal usul tempat kelahirannya.
Dengan pekerjaannya sebagai editor di sebuah penerbit lokal di Samarinda membuatnya semakin tertarik mencari tau tentang naskah klasik dan arsip sejarah sejarah lokal.
Atas ketertarikannya tersebut, akhirnya ia menemukan satu momen kekeliruan penulisan sejarah lokal yakni hari jadi Kota Samarinda yang saat itu ditetapkan pada 21 Januari 1668.
Sementara itu, tertulis dibukunya bahwa tanggal itu juga ditetapkannya kedatangan orang Sulawesi yang bermukim pada 1668.
Ternyata, salah satu rombongan tersebut dipimpin oleh La Mohang Daeng Mangkona. Sehingga, akhirnya penulis terus mencari sejarah tersebut.
Akhirnya ditemukannya sebuah pesan berbahasakan Belanda yang memuat tidak ditemukannya nama tokoh La Mohang Daeng Mangkona. Di buku tersebut hanya menuliskan dimulainya pemukiman suku Bugis di Samarinda.
Tak hanya itu, melalui catatan-catatan klasik, penulis menemukan bahwa La Maddukelleng baru lahir tahun 1700. Dengan bukti itu, kedatangan rombongan La Mohang Daeng Mangkona, pengikut La Maddukelleng, pada 1668 menjadi tidak logis.
Dengan menariknya kisah sejarah Samarinda tentang Daeng Mangkona tersebut. Masyarakat terus mencari bukut tersebut.
Sehingga, untuk memudahkan masyarakat untuk mengetahui tentang isi cerita buku sejarah tersebut. Perpustakaan Samarinda telah menyimpan buku Daeng Mangkona ini menjadi salah satu koleksi arsip sejarah Samarinda.
Kepala Bidang Pengolahan Layanan dan Pelestarian Bahan Pustaka, Edy Wahyudi mengungkapkan bahwa buku karya Muhammad Sarip ini sudah dapat dibaca oleh masyarakat Perpustakaan Samarinda.
“Sudah ada buku karya Muhammad Sarip. Tentang sejarah Samarinda, perang Samarinda dan Protesnya terhadap sejarah Daeng Mangkona yang dia temukan di tulisan belanda,” singkatnya.
Dengan terbatasnya terbitan buku tersebut. Harapannya masyarakat Kota Samarinda dapat terus menjaga buku-buku tersebut agar bisa terus menjadi arsip sejarah berharga milik Samarinda. (dmy/rw)
ADVERTORIAL DINAS PERPUSTAKAAN & KEARSIPAN KALTIM
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Pemprov Kaltim Targetkan 367 SPPG, Perluas Program Makanan Bergizi Gratis
-
SOSOK5 hari ago
Firda Arrum, Putri Berau yang Membawa Baki Sang Saka di HUT ke-80 RI Kaltim
-
PARIWARA4 hari ago
Konsistensi Pembinaan Yamaha Racing Indonesia, Arai Agaska Ikut Yamaha BLU CRU Master Camp di Spanyol
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Putra Kaltim Catat Sejarah, Jadi Pembentang Bendera Pusaka di Istana Merdeka
-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
Konsumsi Ikan Masyarakat Kaltim Naik Jadi 59,75 Kg per Kapita per Tahun
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
HUT ke-80 RI di Kaltim, Sang Saka Berkibar Khidmat di Gelora Kadrie Oening
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Marching Band Meriahkan HUT ke-80 RI di Samarinda, DDC Suguhkan Tribute to Ismail Marzuki
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
HUT ke-80 RI, Gubernur Harum: Kaltim Siap Jadi Etalase Indonesia di Era IKN