Connect with us

SEPUTAR KALTIM

Babak Baru Polemik Kualitas BBM, Temuan Akademis Bertolak Belakang dengan Keterangan Pertamina

Diterbitkan

pada

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, gelar konferensi pers soal hasil kajian ilmiah mengenai kualitas BBM jenis Pertamax di Balai Kota Samarinda, Senin 5 Mei 2025. (Chandra/Kaltim Faktual)

Polemik kualitas BBM yang menghebohkan Kaltim baru baru ini, memasuki babak baru. Kajian ilmiah independen dari Politeknik Negeri Samarinda membongkar fakta mencengangkan. Hasil pengujian sampel Pertamax mengandung senyawa berbahaya yang bisa merusak mesin, bahkan menimbulkan risiko kesehatan akibat paparan timbal dan senyawa karsinogenik.

Sampel yang diuji tersebut diambil dari tangki kendaraan. Berbeda dengan keterangan Pertamina yang menyebut kualitas bahan bakar aman, pengujian oleh akademisi menunjukkan penyimpangan signifikan, yakni kandungan RON di bawah standar, kontaminasi logam berat, dan senyawa berbahaya yang merusak mesin kendaraan.

Laporan Internal Vs Keluhan Masyarakat

Berdasarkan laporan internal Pertamina yang disampaikan kepada Andi Harun, Wali Kota Samarinda, kualitas Pertamax di Terminal Patraniaga T-05, SPBU Sriadai, dan SPBU Pranoto dinyatakan layak sesuai Standar SK Dirjen Migas No. 3674K/24/DJM/2006. Pemantauan dilakukan dari tiga hari sebelum (H-3) hingga tujuh hari setelah (H+7) pengambilan sampel.

Namun, temuan ini bertolak belakang dengan keluhan masyarakat yang viral di media sosial. Banyak pengguna mengaku mengalami kerusakan mesin, seperti tersumbatnya filter injeksi, setelah menggunakan Pertamax di SPBU tersebut.

Kajian Akademis Ungkap Penyimpangan

Tim peneliti Politeknik Negeri Samarinda yang dipimpin Dr. Alwathan, S.T., M.Si., Ph.D., melakukan uji independen terhadap tiga sampel BBM dari kendaraan bermotor yang terdampak. Hasilnya mengejutkan:

  1. RON di Bawah Standar: Nilai Research Octane Number (RON) ketiga sampel berada di bawah standar Pertamax (minimal 92), yakni 86,7 (sampel 1), 89,6 (sampel 2), dan 91,6 (sampel 3).
  2. Kontaminasi Logam & Senyawa Berbahaya: Sampel dengan RON tertinggi (91,6) dianalisis lebih lanjut. Hasilnya menunjukkan:
  • Timbal (Pb): 66 ppm (melebihi batas aman).
  • Kandungan air: 742 ppm (berpotensi korosi mesin).
  • Total aromatik: 51,16% dan benzena: 8,38% (zat karsinogenik berbahaya).
  1. Polimer Penyumbat Filter: Uji SEM-EDX dan FTIR mengonfirmasi adanya kontaminan timah (Sn), rhenium (Re), dan timbal (Pb) yang memicu oksidasi BBM menjadi hidrokarbon kompleks seperti polietilen dan polistirena. Senyawa ini membentuk endapan lengket (gum) yang menyumbat sistem injeksi kendaraan.

Penyebab Kerusakan BBM

Tim peneliti menyimpulkan, penyimpangan kualitas BBM diduga akibat:

  • Penyimpanan terlalu lama di tangki dengan ventilasi buruk.
  • Paparan sinar matahari langsung atau tidak langsung.
  • Kontaminasi kelembapan udara atau logam selama distribusi.
  • Penambahan zat aditif secara tidak terukur untuk “memperbaiki” kualitas.

Panggil Pertamina untuk Pertemuan Darurat

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menegaskan akan meminta pertemuan darurat dengan Pertamina dan Kementerian ESDM untuk klarifikasi lebih lanjut. “Temuan ini harus ditindaklanjuti secara serius. Masyarakat berhak mendapatkan BBM berkualitas sesuai standar,” tegasnya.

Sementara itu, Dr. Alwathan menambahkan, “Kontaminasi logam berat seperti timbal sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sementara senyawa polimer dari BBM rusak bisa merugikan konsumen secara finansial.”

Imbauan untuk Konsumen

Pemerintah Kota Samarinda melalui Andi Harun mengimbau masyarakat melaporkan keluhan kerusakan mesin ke Dinas Perdagangan setempat. “Jika ditemukan gejala seperti mesin tersendat atau suara tidak normal, segera lapor untuk pemeriksaan lebih lanjut,” pesannya. (Chanz/sty)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.