Connect with us

OPINI

Benar dan Salahnya Kritikan Nabil Husien pada STY

Diterbitkan

pada

nabil husien

Kritikan Nabil Husien pada ketupusan STY berbuntut panjang. Presiden Borneo FC itu ‘dirujak’ netizen, bahkan dengan kalimat tidak pantas. Padahal, tidak semua pernyataannya itu salah loh.

Laga Timnas Indonesia vs Argentina belum habis diperbincangkan. Teranyar, warganet ramai-ramai menyerang Nabil Husien. Setelah pemilik klub Borneo FC itu mempertanyakan keputusan STY. Yang tidak menurunkan 7 pemain di 2 laga FIFA Matchday kontra Palestina dan Argentina.

Meski tidak menyebut nama spesifik, dipercaya kegeraman Nabil dilatarbelakangi oleh tidak bermainnya Stefano Lilipaly pada 2 laga tersebut.

Ujicoba itu ya untuk mencoba. Lalu kenapa pada gak di coba @shintaeyong7777 ? Tentu semua pemain ingin punya harapan bisa bermain terutama melawan argentina. Bahkan hanya 1 menitpun tidak kau berikan. Tolong para asisten coach juga bersuara bukan pada diam aja manut dengan @shintaeyong7777 ,” tulis Nabil di kolom komentar @pengamatsepakbola.

Pernyataan itu secara resmi telah direspons oleh asisten pelatih timnas, Nova Ariyanto. Dia menjelaskan, bahwa pemilihan pemain tidak berdasarkan like or dislike. Tapi murni berdasar kepentingan taktikal dan filosofi permainan. Selain itu, STY juga telah meminta maaf pada ketujuh pemain yang hanya jadi cadangan di 2 laga. Dan meminta mereka kembali berjuang di liga, agar kembali masuk dalam skuat Piala Asia.

Setelah mengamati berbagai hal. Sebenarnya tidak semua yang diresahkan Nabil itu salah.

Benarnya Nabil Husien

Tidak hanya Nabil, banyak juga pecinta bola yang mempertanyakan keputusan STY. Yang lebih memilih memasukkan Witan Sulaeman dan Dendy Sulistyawan pada babak kedua melawan Argentina.

Terlepas siapa yang lebih layak bermain. Sebelum Nabil protes, banyak warganet maupun akun-akun media sosial sepak bola yang men-troll kedua pemain tersebut. Sindiran yang beredar di antaranya, “Asnawi ngantongi Garnacho, Witan dan Dendy malah ngantongi diri sendiri.”

Kekecewaan itu lantaran kedua pemain tersebut dianggap tidak mengangkat performa timnas di babak kedua. Bahkan dikatakan, Witan dan Dendy sedang dalam tren tidak bagus.

Sebagian lainnya, menganggap Stefano layak diberi kesempatan pada babak kedua. Mengingat ia tampil bagus selama di liga. Juga memiliki versitilitas yang bagus. Bisa bermain sebagai penyerang sayap, gelandang serang, dan penyerang lubang.

Pada laga lawan Argentina, STY menerapkan permainan defensive. Mengandalkan pelari di lini depan untuk mencari gol dari skema serangan balik cepat.

Stefano tentu punya kemampuan untuk itu. Terlepas STY dan stafnya lebih tahu kondisi di dalam timnas. Namun tidak perform-nya Witan dan Dendy membuat asumsi bahwa pemain naturalisasi itu layak bermain jadi lebih besar.

Pada laga bertajuk persahabatan itu, setiap tim punya jatah 6 pergantian. Namun STY hanya menggunakan 4 pergantian saja. Maka, kembali wajar jika penonton berekspektasi pelatih asal Korsel memaksimalkan pergantian, terutama untuk lini depan. Kalau lini belakang, sudah oke banget.

Dan pernyataan ‘semua pemain ingin punya harapan bisa bermain terutama melawan argentina’. Lagi-lagi itu benar. Walau poin ini sudah dijawab dengan jelas oleh Nova. Bahwa pelatih tidak bisa menurunkan 26 pemain pada 1 laga. Tapi jika kembali pada ‘Stefano layak dimainkan’. Maka ungkapan itu adalah bentuk rasa frustasi Nabil sebagai penonton.

Dan soal permintaannya pada asisten pelatih untuk memberi masukan pada STY. Itu juga tidak sepenuhnya salah loh. Tapi salah dan benar. Karena ini situasi relatif. Ada satuan tim pelatih yang terbuka, ada yang memang semua keputusan mutlak ada di tangan pelatih kepala. Ini normal pada sepak bola. Walau pada akhirnya, semua jadi tahu, STY punya kekuasaan besar pada timnya, dan siap menanggung tanggung jawab atas keputusannya.

Salahnya Nabil Husien

Kesalahan pertama Nabil, adalah menganggap FIFA Matchday layaknya uji coba pra musim. Di mana semua pemain harusnya digilir untuk memberi pembuktian. Sebelum bermain di turnamen resmi.

Faktanya, FMD adalah laga uji coba resmi. Ada konsekuensi peringkat di sana. Sehingga semua tim tidak menjadikan ini sebagai ajang coba-coba. Kecuali status tim lebih wah ketimbang lawannya. Seperti Argentina yang mengistirahatkan sejumlah pilarnya. Mengingat peringkat Argentina dan Indonesia bak bulan dan bumi.

Kesalahan kedua, tentu kembali seperti yang dikatakan Nova. Pelatih tahu yang terbaik untuk timnya. Walau di lapangan kadang keputusan yang diambil tidak tepat. Tetap saja, kuasa menentukan siapa main kapan, adalah hak mutlak pelatih.

Salah dan Benarnya Nabil

Ini poin pentingnya. Nabil Husien mengeluarkan uneg-unegnya dalam POV penonton. Dia tidak menyampaikan kritikannya melalui akun ofisial timnya. Atau mewakili organisasi apapun yang dia ikuti.

Jadi, yang dilakukan Nabil hanyalah layaknya netizen kebanyakan. Yang suka meluapkan kekesalan di kolom komentar media sosial.

Dan ingat, semua orang bebas beropini kan? Namun tidak tepatnya, Nabil lupa. Bahwa orang dengan profil tinggi, akan menanggung konsekuensi lebih tinggi dari tindakannya. Ketimbang netizen dari kalangan biasa.

Terakhir, setuju dan tidak setuju itu hak semua orang. Tapi hendaknya tidak menjadikan kesalahan orang lain, untuk bebas meluapkan kata-kata tidak pantas. Setuju? (TIM)

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.