OLAHRAGA
Cerita dari Nobar Borneo FC di Halaman Parkir GOR Segiri; Ada Euforia, Cemas, Kecewa, dan Dukungan yang Tak Putus

Pada Minggu malam tadi, terdapat banyak spot nobar laga final Piala Presiden di Kota Samarinda. Yang paling besar berlokasi di Halaman Parkir GOR Segiri. Bahkan wali kota ikut menyaksikan laga antara Borneo FC kontra Arema FC tersebut. Berikut rangkuman momennya.
Laporan: Khoirun Nisa
Tak seperti Piala Presiden edisi 2022, yang finalnya menggunakan sistem kandang tandang. Piala Presiden 2024 memainkan seluruh laga semifinal dan final di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah.
Hal ini membuat Borneo FC Samarinda tak mendapat dukungan langsung di stadion dalam jumlah besar. Hanya sekitar seratusan Borneo Fans yang hadir di Manahan. Mereka berasal dari Pulau Jawa dan juga Samarinda.
Tapi bukan berarti, Pesut Etam berjuang dengan sedikit dukungan. Di seluruh wilayah Kota Samarinda, terdapat banyak spot nobar. Yang hadir bukan hanya dari kalangan komunitas suporter, pendukung umum pun ikut merapat.
Laga ini bukan sekadar pertarungan antar 2 klub profesional; Borneo FC dan Arema FC. Lebih dari itu, Stefano Lilipaly dkk sudah seperti membawa nama Kota Samarinda dan Kaltim di kancah sepak bola nasional.
Nobar di Halaman Parkir GOR Segiri
Halaman Parkir GOR Segiri menjadi venue nobar utama di Samarinda. Difasilitasi oleh pemkot. Wali Kota Andi Harun ikut datang dan membaur dengan pendukung lainnya. Sesuatu yang biasa, karena setiap laga kandang di Stadion Segiri pun, Andi kerap datang tanpa pengawalan, mengenakan kostum santai, dan kerap berteriak pada momen-momen krusial. Layaknya pendukung sepak bola pada umumnya.
Seusai Maghrib, Halaman Parkir GOR Segiri sudah mulai dipadati warga. Makin malam makin ramai. Kick off jam 8.30 malam waktu Samarinda. Semua hadirin fokus menatap layar videotron dengan posisi enaknya masing-masing. Ada yang duduk, ada pula yang berdiri.
Penampilan apik Pesut Etam sedari fase grup telah menumbuhkan antusiasme mereka. Apalagi di final melawan Arema FC. Tim yang dua kali menggagalkan Borneo FC meraih trofi kayu di laga final sebelumnya. Adrenalin pun semakin tinggi.
Babak pertama berjalan, Pasukan Samarinda tak memainkan sepak bola ala Borneo seperti biasa. Tak tampak permainan mengalir, lewat kombinasi umpan pendek dan panjang. Tim besutan Pieter Huistra bermain lebih berjarak dan direct untuk membongkar pertahanan Singo Edan yang super solid. Para penonton dibuat waswas, deg-degan, karena gawang Nadeo lebih sering diserang. Babak pertama berakhir, sontak para penonton menghembuskan napas lega. Untung skor masih imbang, masih ada babak kedua untuk membalikkan situasi.
Terdiam dan Histeris
Di babak kedua, Arema FC masih mendominasi pertandingan. Sementara Borneo FC tampak belum menemukan solusi kebuntuannya. Di tengah rasa frustasinya, para penonton dibuat terhenyak dengan gol penyerang Arema FC, Wiliam pada awal babak kedua. Sial.
Rasa takut dan cemas semakin menjadi. Tapi perjuangan para pemain masih membuat penonton yakin. Pasti akan ada momentum perlawanan. Dan benar saja, saat laga berjalan 1 jam, Terens Puhiri mengirim umpan ke kotak penalti. Bola mengenai bek Arema, tapi arahnya menjadi liar. Mata para penonton terfokus pada gerakan siaga Leo Gaucho, lalu … GOOOOOOOOL!
Leo Gaucho mencetak gol penyama kedudukan. Semua orang mengekspresikan kegembiraan dan kelegaannya. Ada yang menampuk mukanya tanda tak percaya, ada yang melompat girang, ada pula yang berteriak-teriak sambil mengepalkan tangannya. Momen yang luar biasa.
Situasi kembali hangat, adrenalin yang sempat memudar kini bangkit lagi. Makin dekat akhir laga, makin jadi rasa cemas dan harap-harapnya. Situasinya semakin panas saat Kapten Stefano Lilipaly mendapat kartu merah langsung, usai kartu kuningnya dibatalkan oleh tinjauan VAR. Borneo FC harus bermain dengan 10 pemain di momen genting.
Lalu ketika Lokolingoy menaklukkan Nadeo di masa tambahan babak kedua, para penonton melepas adrenalinnya dengan berteriak putus asa. Terdengar beberapa umpatan juga di udara.
Ketika harapan melihat tim kebanggaan juara di titik nadir, wasit memberi aba-aba ingin ada pantauan VAR. Butuh waktu sekitar 2 menit. Kembali ke lapangan dengan pengumuman pembatalan gol, muka-muka pucat pasi penonton kembali teraliri darah. Mereka merayakan pembatalan gol itu. Ternyata harapan juara masih ada, meski berharap keajaiban di masa tambahan waktu babak kedua tidak terlalu tinggi. Sebab dengan 10 pemain, Pesut Etam harus lebih bertahan untuk memaksakan hasil imbang. Dan itu terjadi. Laga harus dituntaskan dengan adu penalti.
Kekecewaan Pendukung Borneo FC
Ada 10 pria dari masing-masing tim yang bertugas menjadi algojo. Semua sukses melaksanakan tugasnya kecuali bek Borneo FC, Ronaldo. Babak adu penalti selesai di penendang kelima, Arema FC merayakan gelar juara Piala Presiden keempatnya. Sementara Pasukan Samarinda, lagi-lagi harus puas berada di tempat kedua, untuk ketiga kalinya.
Apakah para pendukung kecewa? Jangan ditanya, sudah pasti IYA. Mereka sedih dan marah atas nasib yang menimpa klub kebanggaan. Perihnya menggenapi rasa kesal atas kegagalan di final Piala Presiden 2022 dan Liga 1 musim lalu.
Mereka Tetap Berada di Belakang Borneo FC
Seorang suporter bernama Tri Indar Asmin misalnya, ia mengkau kecewa, karena ekspektasinya melihat Borneo FC juara. Tapi ia ingin menatap ke depan. Kekecawaan ini, ia harapkan menjadi bensin bagi Pesut Etam untuk mengamuk di Liga 1, yang akan segera bergulir.
“Kalau kurang sih nggak ada, cuma kurang pemain aja. Borneo FC lebih fokus aja, biar bisa juara,” katanya usai nobar.
Di luar itu, Tri berharap agenda nobar seperti ini bisa dirutinkan. Baik saat timnas ataupun Borneo FC yang berlaga di luar Samarinda.
Selain itu, Wali Kota Samarinda Andi Harun bilang pertandingan berjalan sangat menarik dengan tempo tinggi bagi kedua tim. Meski Borneo FC harus berakhir kalah.
“Tapi memang sepak bola harus ada yang menang harus ada yang kalah. Malam ini kita belum beruntung memenangkan Piala Presiden,” katanya kepada media.
Meski belum juara, Andi Harun menganggap laga ini sebagai pemanasan. Untuk mempersiapkan Borneo FC menghadapi Liga 1 musim ini.
Andi Harun juga mengaku terus bangga terhadap Pesut Etam. Dan berharap kebanggaan itu harus ditularkan kepada seluruh warga Samarinda. Agar gelombang dukungan terus membesar.
“Kita juga berterima kasih kepada seluruh manajemen dan pemain Borneo FC yang telah berjuang sampai selesai pertandingan yang berakhir adu penalti. Tapi bagi kita warga Samarinda, Borneo FC tetap tim terbaik.”
“Kita akan terus memberikan dukungan, mudah-mudahan Stadion Segiri pada akhir tahun bisa menjadi homebase bagi pasukan Borneo FC,” pungkasnya. (dra)
Editor: Ahmad Agus Arifin (Dang Tebe)
-
SAMARINDA4 hari ago
Rakernas PKK 2025 Digelar di Samarinda, Promosikan Budaya dan UMKM Lokal
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Konflik Tarif Transportasi Online di Kaltim, Driver Desak Cabut Izin Maxim
-
PARIWARA3 hari ago
Teras Samarinda Ramai Dikunjungi saat Libur Panjang, Warga Menikmati Pesona Mahakam
-
PARIWARA4 hari ago
Yamaha Indonesia Jadi Satu-Satunya Produsen Sepeda Motor Peraih GREEN PROPER Award di Seluruh Plant Produksi
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Faisal: Internet Gratis Sudah Terpasang di 153 Desa, Akan Dilanjut Juli Ini
-
SAMARINDA4 hari ago
Kuasa Hukum Protes Putusan Sela Gugatan Upah Minimum Dosen di Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
-
PARIWARA5 hari ago
Yamaha Luncurkan Varian Oli Baru YAMALUBE POWER XP MATIC di Event PRJ 2025
-
SAMARINDA3 hari ago
Kenaikan Dana Hibah Parpol di Samarinda Masih Dikaji