Connect with us

SEPUTAR KALTIM

Di Kaltim, Perkebunan Lebih Menjanjikan Ketimbang Pertanian

Diterbitkan

pada

Komoditas kelapa sawit cukup digemari oleh pekebun di Kaltim. (Foto: Disbun Kaltim)

Sektor perkebunan lebih menjadi primadona ketimbang pertanian di Kaltim. Selain perputaran uangnya lebih cepat, komoditas perkebunan lebih kuat dari hama ketimbang padi sawah.

Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ence Achmad Rafiddin Rizal mengatakan, luas wilayah perkebunan di provinsi ini, saat ini, mencapai 1.575.966 hektar dengan produksi 17.022.588 ton.

“Luas areal perkebunan tersebut berdasarkan data statistik pada tahun 2022, dan masih memungkinkan terjadi penambahan,” kata Ence Achmad Rafiddin, Senin 3 Juni 2024.

Perkebunan sendiri terbagi menjadi tiga kategori, yakni pertama perkebunan swadaya dengan luas 506.929 hektar dengan produksi 2.406.346 ton.

Kedua adalah perkebunan besar negara (PTPN XIII) dengan luas 18.032 hektar dengan produksi 192.084 ton. Dan yang ketiga perkebunan besar swasta dengan luas 1.049.797 hektar dengan produksi 13.427.185 ton.

Kata Ence, sektor perkebunan lebih disukai oleh masyarakat. Sehingga membuat para petani lebih suka menggarap lahan keringnya.

Di luar itu, ia berharap perkebunan dapat menekan angka kemiskinan, terutama di pedesaan. Juga meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani di saat bersamaan.

“Selain menjadi sumber pendapatan daerah, perkebunan juga berpotensi besar menjadi salah satu penyumbang devisa negara. Beberapa komoditas unggulan yang sedang dikembangkan meliputi kelapa sawit, kelapa dalam, karet, lada, kakao, kopi, aren, dan pala,” ujarnya.

Perkebunan Lebih Menjanjikan

Terpisah, Imam, seorang pekebun di Kutai Timur mengaku telah lama meninggalkan sawahnya. Karena lebih fokus merawat kebun kelapa sawitnya.

“Dulu sama orang tua ngelola sawah dan lahan kering. Di kebun awalnya nanam kelapa sama pisang. Tapi kemudian diganti kelapa sawit,” ujarnya pada Kaltim Faktual, Senin.

Dari 2 hektare, Imam kini mengelola 4 hektare kebun sawit milik pribadi. Alasannya tak lagi menanam padi karena padi sawah di desanya tak lagi profit.

“Dulu bisa panen setahun 3 kali, sekarang 2 kali saja sudah bagus banget. Mentok sekali saja. Padi gampang kena penyakit, sementara sawit lebih tahan.”

“Selain itu, periode panen sawit lebih pasti. Saya bisa panen setiap 2 minggu sekali. Walau mengalami naik turun produktivitas, menyesuaikan musim, tapi lebih menjanjikan sawit sih,” imbuhnya.

Imron dari Kabupaten Paser juga mengaku serupa. Dia kini lebih fokus merawat kebun karetnya, dengan alasan yang sama.

“Sebenarnya karena terpengaruh warga lain sih. Sejak 2008 pada pindah ke karet, jadi ngikut saja. Ternyata hasilnya lumayan,” ungkapnya.

Dia mengelola 2 hektare kebun karet, juga miliknya sendiri. Periode panennya setiap 4-5 hari sekali.

“Hasil panennya saya kumpulkan dulu 1-2 bulan, baru dijual ke tengkulak yang datang ke sini,” pungkasnya.

Peningkatan Lembaga Perkebunan

Kembali ke Ence, ia mengaku meningkatnya sektor perkebunan tak lepas dari peran kelembagaan petani seperti kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), koperasi unit desa (KUD), dan lembaga lainnya.

Namun, tantangan yang dihadapi termasuk kelemahan kelembagaan petani, rendahnya SDM, serta rendahnya harga di tingkat petani.

“Pembinaan dan pendampingan dari seluruh stakeholder sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini,” ucap Ence, mengutip dari Antara.

Menurutnya, perlu peran aktif dari Dinas Kabupaten/Kota, Balai Penyuluh Pertanian (BPP), penyuluh pertanian lapangan, dan pemerintah setempat sangat penting untuk mendukung dan memfasilitasi kelembagaan petani. Ia beraharap dengan pola pemberdayaan, penumbuhan, dan penguatan kelembagaan. Kapasitas sumber daya manusia petani dapat meningkat.

Sebagai bagian dari strategi peningkatan kapasitas, Disbun Kaltim menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) dan pelatihan bagi petani dan petugas pendamping. Selain itu, upaya perbaikan produksi dan produktivitas tanaman dilakukan melalui kegiatan perluasan areal, intensifikasi, rehabilitasi, dan peremajaan tanaman perkebunan.

Menurut data dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, sejak tahun 2019 hingga 2023 telah dilatih 285 petugas pendamping perkebunan.

Dari jumlah tersebut, 228 orang masih aktif, 36 kurang aktif, dan 21 tidak aktif, berasal dari 10 kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Namun, terjadi pengurangan jumlah petugas teknis di bidang perkebunan karena berbagai faktor seperti pensiun, alih profesi, dan meninggal dunia, sehingga regenerasi petugas sangat diperlukan. (dra)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.