Connect with us

BALIKPAPAN

Duduk Perkara Kericuhan di Kapal Mutiara Ferindo VII Akibat Penumpang Diberi Makanan Basi hingga Tanggung Jawab Perusahaan

Diterbitkan

pada

Penumpang Kapal Mutiara Ferindo VII yang tiba di Pelabuhan Semayang Balikpapan. (Novrianto/Kaltim Faktual)

Perjalanan Kapal Mutiara Ferindo VII dari Surabaya ke Balikpapan diwarnai kericuhan yang melibatkan penumpang dengan anak buah kapal. Kemarahan penumpang diawali perkara makanan. Ada yang dapat makan tapi nasinya tidak matang, ada yang dapat lauk basi, sampai ada yang tidak dapat sama sekali.

Kapal tersebut berlayar dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pada Minggu 21 April menuju Pelabuhan Semayang Balikpapan yang tiba Selasa 23 April 2024. Dalam perjalanan, dikabarkan bahwa ada aksi demonstrasi para penumpang akibat makanan.

Setibanya Kapal Mutiara Ferindo VII di Pelabuhan Semayang Balikpapan sekitar jam 1 siang tadi. Dari kerumunan penumpang yang turun dari kapal menyampaikan beberapa keluhannya.

“Kapalnya tidak layak sama sekali, 48 jam kami tidak dikasih makan,” ujar Taufik.

Penumpang lainnya yang bernama Hermanto ikut menimpali, “Kami cuma sekali saja dikasih makan selama perjalanan.”

Ada lagi penumpang lain yang enggan menyebut namanya, mengeluhkan lantai dan toilet yang tergenang air.

Saat dikonfirmasi, Kepala Cabang Lapangan PT. Atosim Lampung Pelayaran (ALP) Balikpapan Dewa Atmadja sebagai pihak pengelola menyampaikan bahwa benar terjadi unjuk rasa di dalam kapal.

Baca juga:   Masalah Parkir Mal Samarinda karena Tak Berizin, DPRD: Pemkot Kecolongan

“Ya, demo terjadi karena ketidakpuasan pelayanan makanan khususnya di kapal kami, yang akhirnya menimbulkan unjuk rasa dari para sopir dan penumpang lainnya,” ungkapnya, Selasa.

Tak ingin perkara ini melebar, pihaknya langsung menggelar mediasi bersama perwakilan penumpang.

Kronologi Kejadian

Seorang penumpang bernama Muhammad Roqib yang juga salah satu perwakilan penumpang menjelaskan kronologi terjadinya unjuk rasa.

“Awalnya itu, ketika pertama kali pembagian makanan didapati ada nasi yang tidak matang, pembagian selanjutnya lauknya yang tidak layak dimakan,” ungkap pria asal Jawa Timur yang tinggal didaerah Graha Indah.

Ia menjelaskan setelah itu unjuk rasa dipicu karena kurangnya pembagian makanan kepada sejumlah penumpang maupun sopir kendaraan yang sudah merasa lapar. Pihak kapal sempat berdiskusi dengan perwakilan pengunjuk rasa. Belum selesai mediasi, kondisi di luar ruangan memanas. Beberapa penumpang yang sudah kelaparan meluapkan emosinya. Kericuhan tak terhindarkan, bahkan beberapa melakukan ‘penjarahan’ bahan makanan.

Melihat situasi yang semakin lepas kendali, beberapa penumpang lantas bersepakat menjadi relawan dapur dadakan. Total ada 20 relawan yang bahu membahu menyiapkan makanan untuk penumpang lainnya, mengandalkan persediaan bahan makanan yang ada.

Baca juga:   MK Tolak Gugatan Keseluruhan Sengketa PHPU, Prabowo-Gibran Mulus Jadi Presiden dan Wapres 2024-2029

“Tapi kami juga sebagai relawan mengumpulkan lagi beberapa hasil jarahan dari para penumpang, untuk dimasak seadanya selama perjalanan.”

“Kami masak dengan teman-teman, membantu bagaimana mereka bisa makan dengan bahan yang ada di situ,” tuturnya.

Tanggung Jawab Pihak Kapal

Mediasi dilakukan antara pihak PT ALP dengan beberapa perwakilan penumpang dan sopir kendaraan.

Dalam mediasi tersebut, seorang penumpang menunjukkan sampel makanan yang mereka terima di atas kapal berupa daging ayam (sepotong ayam) yang berbau busuk dan menyengat di hidung, membuktikan bahwa makanan yang disajikan tidak layak untuk dikonsumsi.

Kepala Cabang Lapangan PT ALP Balikpapan Dewa Atmadja menyampaikan bahwasanya pihaknya akan memberikan kompensasi yang telah disetujui oleh pihak pusat.

“Dengan besaran yang disampaikan dari nilai harga tiket Rp400.000 rupiah, tertera di situ harga tiket makan dari Surabaya ke Balikpapan senilai Rp60.000, jadi 5 porsi dikali Rp12.000 rupiah,” jelasnya.

Namun penumpang menolak ganti rugi senilai Rp60 ribu itu. Dewa lantas melaporkan tuntutan penumpang ke kantor pusat di Jakarta. Sampai akhirnya disepakati bahwa ganti rugi sebesar Rp100 ribu.

Baca juga:   Peo Ditemukan Tewas, Warga yang Hilang di Perairan Manggar

“Jadi hasil mediasi dengan para penumpang di sini disepakati per orangnya sesuai dengan tiket adalah Rp100.000. Dengan persyaratan penumpang harus dapat menunjukkan keaslian tiketnya,” ulasnya.

Ia menjelaskan bahwa pihak PT ALT akan memanggil sesuai dengan nomor urut tiket dan pihaknya akan melakukan pengecekkan secara terdata guna memastikan keaslian tiket.

“Beberapa ada yang meminta ditransfer, tidak apa-apa, asalkan sabar saja menunggu, karena kami mendahulukan yang tunai, yang ada dulu di Pelabuhan Semayang, dan kami usahakan hari ini selesai,” unkapnya.

Dewa menambahkan bahwasanya jumlah penumpang kapal Mutiara Ferinda tidak jauh berbeda dengan jumlah yang terdata.

“Melalui perhitungan kami itu tipis saja (bedanya) itupun kelebihan bisa saja terjadi yang keluar dari kapal melalui pintu terminal itu bukan penumpang kami, artinya penumpang sesuai kurang lebih totalnya 1.989,” tutupnya. (nvr/dra)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.