GAYA HIDUP
Fresh Graduate Ini Jajal Bisnis Buket Kawat Bulu, Alternatif Kado yang Masih Jarang di Samarinda

Selain buket bunga imitasi atau snack, buket kawat bulu bisa jadi alternatif kado yang menarik untuk orang terdekat. Di Samarinda, buket model ini belum terlalu banyak ditemui. Itu yang mendorong seorang fresh graduate bernama Tri Oktavi menjajal bisnis buket ini.
Memberi buket tampaknya sudah menjadi tren tersendiri. Diberikan pada momen-momen penting seperti kelulusan, wisuda, atau keberhasilan meraih pencapaian apapun.
Tujuannya tentu jadi bentuk apresiasi atas sebuah pencapaian, sebagai hadiah, atau bahkan kenang-kenangan. Buket juga bisa sebagai mengekspresikan perasaan, untuk menyatakan cinta hingga permintaan maaf.
Seiring berjalannya waktu, bentuk dari buket terus berinovasi. Mulai dari rangkaian bunga asli, rangkaian bunga imitasi atau tiruan, lalu rangkaian snack alias makanan ringan, hingga buket bentuk boneka.
Dan kini telah muncul model buket baru. Yakni rangkaian bunga dari bahan dasar kawat bulu yang dibentuk sesuai kreasi. Biasa disebut sebagai bouquet pipe cleaner. Sudah jadi tren di luar negeri sejak tahun lalu.
Namun di Kota Samarinda, belum seramai seperti buket bunga dan snack yang selama ini beredar. Ini kemudian menjadi sesuatu yang baru dan patut dijajal. Sebagai alternatif memberikan kado.
Bisnis Buket Kawat Bulu


Sembari menunggu panggilan kerja, fresh graduate asal Samarinda Tri Oktavi (24) mencoba berbisnis kecil-kecilan dengan buket kawat bulu. Tren yang masih jarang di Samarinda. Meski tutorial pembuatannya sudah bertebaran di media sosial.
“Iya awalnya riset. Bahan apa sih yang bisa dipakai selain bunga palsu. Dan di Samarinda belum banyak yang pakai kawat bulu. Akhirnya bisa jadi peluang,” jelasnya kepada Kaltim Faktual Senin 8 Juli 2024.
“Awalnya ikut teman, tahun lalu jual buket juga. Tapi butuh sesuatu yang lebih, jadinya nyoba yang beda,” lanjutnya.
Perempuan yang kerap disapa Okta ini mengaku tak memiliki basic keterampilan membuat buket. Namun karena senang membuat kreasi dari tangan, jadi senang menjalaninya. Berbekal tutorial yang ada.
Meski menggunakan panduan, namun istilah ‘beda tangan, beda hasil’ memang berlaku. Okta kerap menambahkan improvisasi pada kreasi buketnya. Utamanya pada bagian wrap alias kertas pembungkus. Agar tetap berbeda.
“Nggak terlalu sulit, karena memang suka, tapi perlu adaptasi sama bahan. Tingkat kesulitannya, ada di effort bikin wrap-nya. Kalo bunganya nggak terlalu sulit.”
Menurutnya, buket kawat bunga memiliki kelebihannya tersendiri. Mulai dari kreativitas bentuk bunga yang bisa terus dikembangkan, hingga bahannya yang cukup tahan lama. Lalu bisa juga dikreasikan menjadi bentuk lain.
Misalnya sebagai gantungan kunci, jepit rambut. Hingga bentuk bunga dengan tambahan pot, yang biaa diletakkan di banyak tempat. Seperti meja di ruang tamu, meja belajar, jendela, bahkan dashboard mobil.
“Jadi lebih cocok buat dikreasikan. Nggak monoton, trus juga pas buat kado,” tambah Okta.
“Sempat punya bunga palsu, itu ada ynag jamuran. Kalau snack kan, jadinya habis dimakan. Nah kalau ini bisa buat kenang-kenangan,” tambahnya lagi.
Permintaan Mulai Banyak
Meski baru sebulan, toko sederhana Octagon Giftstore yang baru dibuat Juni lalu, berbuah juga. Buket bunga kawat bulu kreasinya, banyak disukai orang. Terutama bertepatan dengan momen wisuda di kampus Samarinda.
Okta menjual buket kawat bulunya menjadi 3 jenis. Single dengan bentuk setangkai bunga dengan harga Rp15-20 ribu. Untuk yang sedang Rp35-55 ribu, sementara yang besar di harga Rp55-105 ribu perbuketnya.
Dalam sehari, Okta bisa menghasilkan 10 buket single alias kecil. Sementara yang sedang dan besar, perlu waktu 2-3 hari-an. Bisa juga custom bagi yang pengin dibuatkan buket sesuai selera personal.
“Bisa custom, kalau mau yang lebih gede, tinggal setor referensi. Pasti diusahakan semirip mungkin tapi bisa sedikit berbeda.”
Bagi Okta, membuat buket memang tampak mudah. Namun tak semua orang bisa melakukannya, bahkan menekuninya. Sehingga buket tak hanya dihargai dari bahan dan alat, tapi juga usaha dan kreatifitasnya.
Namun proses dan ketekunan dalam membuat kreasi buket itu jadi proses tersendiri yang dinikmatinya, belajar dan terus berinovasi. Meski sesekali gagal dalam membentuk bunga seperti keinginannya.
“Nggak semua orang bisa, jadi kreativitas juga berharga. Apalagi nggak semua orang telaten ngebentuk wrapping dengan rapi. Secara bahan juga banyak yang harus disiapin, effort nyarinya,” kata Okta.
“Proses trial dan error-nya juga dinikmati,” pungkasnya. (ens/dra)


-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Realisasi Janji Gratispol dan Jospol: Ribuan Warga Terima Penghargaan Umrah dan Insentif Guru
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Adnan Faridhan Usulkan Sistem Satgas SPMB Jadi Protokol Standar di Seluruh OPD Samarinda
-
PARIWARA4 hari yang lalu
Yamaha Motor Tampil Perdana di Jakarta E-Prix 2025 Sebagai Mitra Teknis Pengembangan Powertrain Formula E
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Kaltim Siap Wujudkan Zero ODOL 2026, Tahapan Penindakan Dimulai Juli Ini
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Pemprov Kaltim Gandeng LPEI, Dorong Desa Potensial Jadi Motor Ekonomi Ekspor
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kemenag Kaltim Gelar Media Gathering, Fokus pada Kerukunan dan Penguatan Pesantren
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kerukunan Beragama di Kaltim Dinilai Sangat Baik, Masyarakat Hidup Tenang Tanpa Kerusuhan
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Transformasi Digital ASN: Perpustakaan Digital Jadi Pilar Penguatan Literasi dan Kompetensi