Connect with us

EKONOMI DAN PARIWISATA

Habitat Buaya Hitam di Kutim akan Digarap Jadi Ekowisata Baru Penunjang IKN

Diterbitkan

pada

Bukan cicak! Ini buaya badas hitam penghuni Lahan Basah Mesangat Suwi, Kutim. (Foto: Mongabay)

Pemprov Kaltim mengapresiasi rencana pengoptimalan Lahan Basah Mesangat-Suwi di Kutim. Yang merupakan rumah asli buaya badas hitam dan bekantan. Untuk dijadikan ekowisata baru penunjang IKN Nusantara.

Dalam beberapa tahun terakhir, atau sejak era pemerintahan Gubernur Awang Faroek Ishak. Pemerintah Provinsi Kaltim fokus menjalankan program mempertahankan Area dengan Nilai Konservasi Tinggi (ANKT). Dari gempuran alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan tambang batubara. Sekaligus mempertahankan keragaman hayati dan sosial budaya.

Hasilnya, selain berhasil mempertahankan hutan perawan beserta tumbuhan dan hewannya. Di tengah-tengah kebun sawit dan tambang. Kaltim juga mendapat suntikan dana luar biasa besar dari Bank Dunia. Hasil penjualan emisi karbon.

Terbaru, pemprov ingin fokus menjalankan program Penguatan Pengelolaan Kolaboratif Kawasan Ekosistem Penting Lahan Basah Mesangat Suwi (KEP-LBMS).

Menurut Sekdaprov Sri Wahyuni, lahan basah di Kutim itu bukan hanya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Karena tempat itu menjadi habitat buaya badas hitam (Crocodylus siamensis) dan bekantan (Nasalis larvatus). Kedua spesies tersebut merupakan satwa langka yang terancam punah. Namun ada aspek-aspek lain yang bisa dipertahankan, bahkan dikembangkan.

“Pengembangan kawasan esensial tidak hanya untuk menjaga nilai ekologi sosial ekonomi setempat. Tapi bisa menjadi fokus potensial keanekaragaman hayati yang potensial untuk ekowisata,” ungkapnya, Rabu 17 Januari 2024.

Melihat kegemaran turis mancanegara dan lokal dengan minat khusus. Yang suka mendatangi suatu negara untuk melihat keragaman hayatinya. Seperti pohon dan hewan endemik. Kawasan Mesangat Suwi sangat potensial untuk menjadi ekowisata.

Pengembangan ini sekaligus untuk menghadirkan lebih banyak pilihan wisata di sekitar IKN Nusantara. Yang blue print-nya sampai ke Berau.

“Jadi yang datang tidak hanya mitra peneliti tapi masyarakat yang ingin liat buaya badas dan bekantan,” pungkasnya. (dmy/dra)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan
Advertisement

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.