Connect with us

EKONOMI DAN PARIWISATA

Hal ‘Sepele’ yang Tak Boleh Diabaikan Destinasi Wisata

Diterbitkan

pada

destinasi wisata
Tangkapan layar Instagram Taman Salma Shofa. (IST)

Peminat wisata asal Kaltim Nofiyatul Chalimah mengatakan, pengelola destinasi wisata saat ini jangan hanya fokus pada pembangunan fisik saja. Yang non fisik seperti media sosial, kini punya peran yang begitu besar.

Terdengar sederhana tapi tidak juga. Media sosial kini menjadi satu di antara faktor penentu. Apakah bisnis destinasi wisata bisa berkembang atau tumbang.

Makin ke sini, jumlah destinasi wisata di Kaltim semakin banyak. Itu artinya masyarakat semakin memiliki pilihan tempat menghabiskan uang waktu liburnya bersama keluarga.

Namun dengan banyaknya kesibukan, calon wisatawan kini jadi pilih-pilih. Mereka cenderung ragu mendatangi destinasi wisata yang belum mereka ketahui sama sekali. Di dalamnya ada apa dan bisa ngapain saja.

Peminat wisata asal Kaltim Nofiyatul Chalimah bilang, keraguan itu wajar. Karena tentu wisatawan tidak ingin buang-buang waktu mendatangi tempat yang tidak pasti menyenangkan.

“Aku misalnya, sebelum datang ke tempat wisata. Pasti riset dulu. Paling gampang di media sosial. Buat cari gambaran seperti apa tempatnya,” ujarnya, Senin 13 Maret 2023.

Karena itu, penting buat pengelola destinasi wisata melek media sosial. Tak hanya punya akun Facebook, Instagram, ataupun TikTok. Namun juga aktif membuat konten menarik setiap hari.

“Kalau aku cek di Instagram misalnya. Terus unggahan terakhirnya itu tahun lalu. Ragu sudah. Masih buka atau tidak tempat ini,” lanjutnya.

Selain harus aktif di media sosial, Nofi tetap menyarankan agar destinasi wisata tidak melupakan hal dasar dari bisnis tersebut. Yang utama tentu fasilitas. Semakin bagus, menarik, baru, dan berbeda. Keinginan wisatawan untuk berkunjung pun makin tinggi.

Selanjutnya pelayanan. Fasilitas keren, tapi kalau pekerjanya jarang senyum. Kalau ditanya, jawabannya tidak jelas. Wisatawan pun berpotensi jera dan tak mau datang kembali.

“Semua orang yang berhadapan langsung dengan pengunjung, dimulai juru parkir. Harus sopan dan murah senyum. Itu penting sekali.”

“Kalau tempatnya asyik, pelayanannya bagus, wisatawan bisa bikin konten dan menjadi, semacam promosi gratis buat destinasi,” ujar Nofi.

Dengan algoritma media sosial yang sudah canggih, dengan mengetik nama objek wisata di ponsel, berbagai unggahan tentang tempat wisata itupun bermunculan.

Dan unggahan dari masyarakat, termasuk yang sering menjadi rujukan calon wisatawan. Untuk memastikan apakah sebuah destinasi memang layak dikunjungi.

“Kembali kalau aku ya, pertama aku lihat media sosial destinasinya dulu. Habis itu lihat-lihat konten yang diunggah pengunjung, karena biasanya pengunjung lebih jujur ya, hehe.”

Namun ingat, kalau pengunjung bisa menjadi promotor gratis dan menarik kunjungan wisata lainnya. Mereka juga bisa melakukan hal sebaliknya kalau pelayanan di dalam destinasi wisata buruk.

Disarankan Konten Video Singkat

Aktif di media sosial saja ternyata belum cukup. Destinasi harus bisa mengukur target pasarnya. Lalu menentukan jenis konten dan platform mana saja yang harus mereka galakkan.

Nah, kalau mau menyasar kaum muda dan ibu-ibu. Nofi menyarankan destinasi wisata rajin membuat konten video berdurasi singkat.

“Kan banyak tuh masyarakat kita yang tidak suka membaca. Jadi kita harus pintar cari celahnya. Di antaranya dengan membuat konten video pendek.”

“Di TikTok, Instagram, bahkan Facebook sekarang fitur video pendek itu lebih banyak penontonnya. Bahkan YouTube saja sampai bikin fitur Short.”

“Dan lagian, kalau foto itu bisa, maaf ya, menipu. Tapi kalau video kan nyata tuh. Jadi bisa ngasih gambaran yang lebih real,” ujar Nofi.

Interaksi Sama Pentingnya

Mengingat ulasan pengunjung punya pengaruh besar ke bisnis pariwisata. Nofi menyarankan pengelola destinasi tidak mager memberi feedback pada pemberi ulasan.

Semisal ada yang membuat review tentang bagusnya sebuah destinasi. Dia menyarankan untuk memberi apresiasi. Sekadar mengucapkan terima kasih.

Hal itu bisa menjadi validasi tambahan serta membuat pembuat konten wisata senang. Dampaknya, mereka akan terus membuat ulasan tentang wisata.

“Termasuk melayani pertanyaan di DM atau kolom komentar. Jangan malas.”

“Lalu, alangkah lebih bagus kalau jawabannya tidak template. Jadi calon wisatawan mendapat kesan berbicara dengan manusia, bukan robot.”

“Maka sebenarnya, lebih proporsional kalau admin media sosial itu dikhususkan. Tidak diberi tugas lain, karena melayani konsumen dan membuat ide konten itu tidak mudah,” pungkasnya.

Wanita yang telah mengunjungi banyak destinasi wisata. Dari barat hingga timur Indonesia itu. Berharap desetinasi wisata di Kaltim dapat berkembang pesat. Dengan tetap memerhatikan 3 hal tadi. Yakni fasilitas, pelayanan, dan cara promosinya.

Pelatihan Pelayanan Destinasi Wisata

Nofiyatul sendiri pada Senin kemarin menjadi pembicara pada Workshop Hospitality (by) DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Kaltim.

Pelatihan yang diikuti oleh 43 peserta dari beberapa destinasi wisata di Samarinda, Kukar, Bontang, dan Kutim tersebut. Berlangsung sebanyak 2 sesi dengan menghadirkan 4 pemateri.

Nofi menjadi pembicara terakhir pada pelatihan pelayanan yang berlangsung di Kebun Ndesa Tanah Merah. Dia membawakan materi Consumer POV for what Tourism Destination Should be. Alias apa yang harus destinasi lakukan dari sudut pandang wisatawan. (dra)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.