SEPUTAR KALTIM
Hindari Virus LSD, Kaltim Setop ‘Impor’ Sapi dari Pulau Jawa
Pemprov Kaltim menyetop sementara pengiriman sapi dari Pulau Jawa. Karena virus Lumpy Skin Disease (LSD) sudah menjangkiti ternak di Jawa dan Sumatera.
Dalam dialog virtual dengan tema ‘Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak di Kaltim’. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim Fahmi Himawan. Mengatakan saat ini pemprov hanya akan menerima sapi dan kerbau dari luar Jawa.
“Kami sementara tidak izinkan sapi dari Jawa masuk Ke Kaltim, karena ada penyakit lain yang sebenarnya jauh lebih berbahaya dari PMK yaitu penyakit LSD,” ucapnya, Jumat.
Fahmi menambahkan, LSD lebih berbahaya ketimbang PMK. Jika PMK hanya menimbulkan kerugian ekonomis, tapi daging sapi, kerbau, ataupun hewan ruminansia lainnya masih layak konsumsi.
Sementara LSD, selain bisa menyebabkan kematian pada ternak. Dagingnya juga tidak layak untuk dimakan. Bahkan dari tampak luarnya saja, ada bentolan pada daging yang membuat rasa tidak nyaman saat akan mengolahnya.
“LSD ini sudah masuk ke Sumatera dan Jawa termasuk Jatim, karena itu sementara ini tidak izinkan sapi dari Jawa masuk ke Kaltim,” tegasnya lagi.
Disnakkeswan Kaltim sendiri sudah memiliki surat Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Untuk melakukan pengecekan daging produk ternak yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal).
Datangkan Sapi dari NTT-NTB
Karena kebutuhan daging di Kaltim tak menurun, maka stok harus tetap ada. Sebagai langkah alternatif, pemprov kini mendatangkan sapi dari NTB untuk bibit. Sementara sapi potong dari NTT dan Sulawesi.
“Populasi besar ada di NTT, NTB, Bali dan sekitarnya. Paling banyak masuk sapi potong yang dari NTT.”
“Selain itu NTT ini jalurnya masih zonanya hijau dan sangat ketat. Dengan adanya PMK memang menjadi kehati-hatian untuk mendapatkan sumber dari mana sapi itu masuk,” jelas Fahmi.
Meski ada ancaman LSD, pemprov belum berpikiran untuk menyetop perdagangan sapi di pasaran lokal. Mengingat daging merupakan sumber protein yang penting buat masyarakat. Selain juga menjadi bahan baku utama pada industri kuliner.
“Kita sangat butuh yang namanya daging, baik itu daging merah dari sapi, kerbau, kambing dan sebagainya maupun daging putih dari unggas beserta telur,” pungkas Fahmi. (dra)
-
POLITIK4 hari yang lalu
RESMI: Rudy-Seno Dinyatakan sebagai Pemenang Pilgub Kaltim dengan Raihan 55,7 Persen Suara
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Permudah Akses ke Sekolah, Pemprov Kaltim Berikan Bus ke SMK Pariwisata dan SMA di Pelosok
-
POLITIK4 hari yang lalu
DPRD Kaltim Sampaikan Hasil Reses, Minta Pemprov Akomodir Aspirasi Rakyat
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Aksi Hari Anti Korupsi di Depan Kantor Gubernur Kaltim: KPK Tak Berfungsi, Tambang Ilegal Jadi Sarang Korupsi!
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
UMP Kaltim Tahun 2025 Naik 6,5 Persen Jadi Rp3,57 Juta
-
SEPUTAR KALTIM3 hari yang lalu
Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SLB Samarinda, Sekda Sri Temukan Sejumlah Catatan Menarik
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Setelah Dikaji, Transportasi Kereta Api di Samarinda Belum Memungkinkan Diterapkan dalam Waktu Dekat
-
EKONOMI DAN PARIWISATA3 hari yang lalu
Ini Alasan Pj Akmal Malik Minta per Januari 2025 OPD Pemprov Kaltim Gelar Rapat di Maratua Seminggu Sekali