Connect with us

SAMARINDA

“Kami Sangat Menderita!” Keluhan Pedagang Relokasi Pasar Pagi di Tempat Baru

Diterbitkan

pada

Pedagang Pasar Pagi di tempat relokasi. (Nisa/Kaltim Faktual)

Para pedagang Pasar Pagi, yang telah direlokasi ke SGS dan Pasar Sungai Dama kini menjerit. Sudah sebulan direlokasi, tapi masih minim pembeli. Omset mereka menurun drastis.

Berbagai persoalan masih mewarnai rencana pembangunan ulang Pasar Pagi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda. Meski rencana rekonstruksi terus dijalankan.

Teranyar, Pemkot Samarinda melalui Dinas Perhubungan berencana melakukan penutupan kawasan Pasar Pagi. Yakni Jalan Mas Tumenggung. Sebagai bentuk penyesuaian terhadap aktivitas bongkar muat barang dan mobilisasi alat berat.

Namun upaya itu mendapatkan penolakan dari para pemilik ruko yang bertempat di Jalan Mas Tumenggung. Sampai saat ini masih menunggu penyelesaian dengan pendekatan.

Sementara itu di sisi lain. Pasar Pagi Samarinda sudah memasuki tahap lelang. Penilaian lelang sendiri dilakukan berdasarkan perhitungan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP).

Waktu pelelangan diestimasikan berjalan 30 hari. Sehingga paling lambat pada bulan Maret proyek fisik sudah bisa dikerjakan. Dengan estimasi pengerjaannya satu tahun.

Di tengah perencanaan yang terus dijalankan. Dampak sosial ekonomi dari rencana pembangunan ulang Pasar Pagi ternyata belum rampung. Yakni 2800 pedagang yang telah direlokasi.

Rencana awal. Pedagang Pasar Pagi akan dipindahkan ke 3 pasar. Yakni Pasar Segiri Grosir Samarinda dan Mal Plaza Mulia untuk pedagang emas dan konveksi. Sementara pedagang basah ke Pasar Sungai Dama.

Kondisi Mal Plaza Mulia

Namun rencana itu tidak sepenuhnya berjalan. Karena Mal Plaza Mulia ternyata tidak jadi ditempati. Kondisi di sana pun mayoritas kosong. Hanya ada beberapa gerai yang buka. Namun aktivitas jual beli sangat minim.

Bahkan eskalator di sana tidak ada yang berfungsi. Beberapa ditutup atau diberi penanda bahwa tidak bisa dilewati. Sementara beberapa bisa dilewati namun terasa cukup membahayakan.

Pedagang yang rencananya menempati gerai Matahari pun. Tak tampak ada aktivitas berjualan. Bahkan Matahari yang kabarnya hanya menempati lantai satu. Juga sudah tidak beroperasi.

Kondisi Pasar Sungai Dama

Pedagang Pasar Pagi jenis basah yakni, kelontong, sayur, ikan, ayam, daging, sampai buah-buahan kini menempati Pasar Sungai Dama. Namun kondisinya tak baik. Para pedagang mengeluh. Karena sulitnya berjualan di tempat baru.

Pada siang hari pun. Pasar sudah sangat sepi. Sudah banyak pedagang yang tutup dan bergegas pulang. Ada pula yang masih bertahan. Berharap pembeli datang.

Misalnya seorang penjual buah bernama Matnawar. Mengaku kalau semenjak pindah ke Pasar Sungai Dama, sangat sedikit pembeli yang datang.

“Biarpun pedagang Pasar Pagi ngumpul semua pembeli nggak ada masuk ini. Nggak ada barang yang laku sama sekali,” jelasnya Selasa 30 Januari 2024.

“Beberapa hari, mangga beberapa kilo dibuang aja semua. Dari jam 7 sampai jam 4 sore nggak ada sama sekali. Paling laku cuma 3-5 kilo aja,” sambungnya.

Matnawar berusaha memahami niat baik pemerintah kota. Namun dirinya berharap Pemkot Samarinda bisa memberikan jalan keluar. Agar Pasar Sungai Dama bisa ramai. Sehingga pedagang tidak terus-terusan merugi.

“Memang betul kita harus memahami. Tapi kalau 5 hari sampai 6 hari nggak ada pembeli kan apa yang mau kita pakai buat belanja. Ya itu aja sudah,” pungkasnya.

Senada, pedagang sayur mayur bernama Kiki ikut mengeluhkan sepinya kondisi pasar. Bahkan dirinya kadang membawa pendapatan, kadang juga tidak karena tidak ada pembeli.

“Wah sangat menderita, omsetnya turunnya drastis. Nggak kayak di Pasar Pagi.  Kalau di Pasar Pagi bisa sampai dapat dua juta.  Susah kalau di sini nggak bisa diharap, Mbak. Orang kapalnya nggak ada di sini langganan kita,” jelas Kiki sembari bersiap pulang.

Kiki bilang, biasanya bisa berjualan di Pasar Pagi hingga sore hari. Namun karena sepinya pasar. Dirinya hanya berjualan hingga siang hari saja. Kiki hanya ingin kondisi kembali normal.

Pengin kembali berjualan di ‘rumah’ sendiri alias Pasar Pagi yang selama ini jadi tempat berjualan. Dia merasa tidak tahan dengan sulitnya berjualan di tempat relokasi.

“Ya kita sudah berkorban ini dengan pindah ke sini. Berkorban segala-galanya sudah. Pokoknya intinya kita pengin kembali semoga cepet selesai,” pungkasnya.

Kondisi Pasar Segiri Grosir Samarinda

Karena Mal Plaza Mulia tidak jadi digunakan. Akhirnya semua pedagang menumpuk di Pasar Segiri Grosir Samarinda. Di tempat relokasi, memang kondisinya cukup ramai berjualan.

Tampak banyak sekali ruko berjualan pakaian. Meski beberapa ruko tampak tutup. Namun jumlahnya lebih sedikit. Beberapa aktivitas jual beli juga tampak di sana. Meski memang tidak terlalu ramai. Turunnya omset juga turut dirasakan.

Misalnya penjual pakaian dalam bernama Rohimah. Mengaku kondisi di tempat relokasi cukup menyedihkan. Karena omsetnya turun sangat jauh.

“Omset turun, ya terjun bebas. Terjun benas gimana? Pembeli ada sih tapi ya terjun bebas lah,” jelas Rohimah di Segiri Grosir.

Kata Rohimah, untuk fasilitas mushola dan toilet ada. Namun yang jadi kendala adalah lahan parkir yang kurang. Apalagi dua ribuan lebih pedagang yang pindah. Belum ditambah pembeli.

“Fasilitas, eskalator satu aja yang jalan. Naiknya aja. Kalau turun mati.”

Rohimah masih bertahan di sana. Berjualan menunggu pembeli datang. Meski tak punya jawaban, sampai kapan omset akan menurun.

“Ya kalau berkorban pasti menang enggak? Kalau nggak pasti menang ya buat apa berkorban. Dengan kita pindah ke sini kan udah berkorban,” pungkasnya. Entah apa maksud kata ‘menang’ itu. (ens/dra)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.