EKONOMI DAN PARIWISATA
KEK Maloy Tak Kunjung Beroperasi, Pemkab Kutim Kejar Deadline Tarik Investor

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di Kutai Timur (Kutim) terancam keluar dari kawasan ekonomi khusus nasional. Karena hingga saat ini tak kunjung beroperasi. Padahal deadline hingga 5 Mei 2022 mendatang.
Bupati Kutim Ardiansyah menegaskan, pihaknya mengejar deadline untuk merampungkan materi Perjanjian Kerja Sama (PKS) KEK MBTK. Mengingat tenggang waktu untuk mengoperasikan KEK yakni 5 Mei 2022 mendatang. Dia mengaku telah mengintruksikan Bagian Hukum untuk menyelesaikan materi tersebut.
“Kita harus menyelesaikannya agar tidak dicabut oleh Dewan KEK Kemenko Perekonomian RI. Rancang saja dulu MoU-nya baru PKS sebagai dasar payung hukumnya. Hal ini untuk mengejar waktu yang sudah mepet secara stimultan,” tegasnya, dilansir dari Prokutim, Jumat (29/4/2022).
Karena masalah deadline ini, Bupati mengumpulkan OPD terkait untuk segera merampungkan materi KEK MBTK, Selasa 24 April lalu. Dia menuturkan kepada jajaran OPD dalam menyusun PKS teknisnya untuk tak lupa memasukkan Perusda Kutim.
“Jangan sampai nanti MoU saja, tetapi tidak ada PKS. Saya juga minta Bagian Kerja Sama, tolong kawal teknis redaksinya. Untuk DPMPTSP juga segera berkoordinasi dengan Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) KEK, segera rampungkan data kelembagaannya,” tegasnya.
Terkendala Konsorsium
Kepala DPMPTSP Kutim Teguh Budi Santoso menegaskan, Pemkab sudah lama mengoordinasikan progres operasional KEK MBTK. Hanya saja, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan regulasi PKS belum rampung.
“Konsorsium yang dulunya ada tiga perusahaan sekarang ada dua saja yaitu sekarang MBTK dikelola PT Melati Bhakti Satya (MBS) dan anaknya. Di mana diharapkan MBTK tetap menawarkan ke Pemkab Kutim untuk ikut ambil bagian pada konsorsium tersebut,” ujarnya.
Teguh menggarisbawahi bahwa permasalahannya terkendala di Perusda Pemkab Kutim. Harapannya juga ini memacu penyelesaian terhadap Perusda Kutim.
“KEK MBTK ini kan lahannya milik Pemkab Kutim, jadi harus dikerjasamakan kepada BUPP. Maka kami bahas di sini karena dasarnya sudah ada lewat Perbup terkait sewa. Mudah-mudahan dengan adanya kerja sama Pemkab Kutim dan MBTK ini sebagai langkah awal menarik investor untuk bekerja sama,” tegasnya.
Profil KEK MBTK
KEK MBTK ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus melalui Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014. Dari 18 KEK nasional prioritas hingga 2022. Kawasan ini kaya akan sumber daya alam terutama kelapa sawit, kayu dan energi didukung dengan posisi geostrategis yaitu terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II). Lintasan laut perdagangan internasional yang menghubungkan Pulau Kalimantan dan Sulawesi.
KEK MBTK diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah melalui industrialisasi atas berbagai komoditi di wilayah tersebut. KEK MBTK akan menjadi pusat pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya, serta pusat bagi industri energi seperti industri mineral, gas dan batu bara.
KEK MBTK ini diproyeksikan menarik investasi sebesar Rp.34,4T dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 55.700 tenaga kerja hingga tahun 2025. (redaksi)
-
PARIWARA5 hari yang lalu
Yamaha Motor Tampil Perdana di Jakarta E-Prix 2025 Sebagai Mitra Teknis Pengembangan Powertrain Formula E
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Samarinda Buka Kuota Tambahan Sekolah Rakyat, Pendaftaran Hanya 2 Hari!
-
BALIKPAPAN2 hari yang lalu
Hingga Mei 2025, BPJS Ketenagakerjaan Balikpapan Bayarkan Rp211 Miliar Klaim JHT
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Wagub Kaltim Logowo Tunjangan Operasional Dipangkas: “Memang Saya yang Minta”
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Respons Cepat Hotline 110, Polresta Samarinda Ungkap Kasus Pelecehan Anak dan Penggelapan
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Kaltim Baru Miliki 38 Madrasah Negeri, Proses Penegerian Terkendala Anggaran dan Regulasi Pusat
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Satgas PASTI Blokir Ratusan Pinjol dan Investasi Ilegal, Kerugian Masyarakat Capai Rp2,6 Triliun
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Samarinda Siap Bangun Sekolah Rakyat Tahun Ini, Daerah Lain Masih Terkendala Lahan