EKONOMI DAN PARIWISATA
Kepiting dan Ikan Kerapu Naik Daun, Bawa Perikanan Kaltim Mengejar Ekspor CPO



Kedigdayaan Kaltim dalam melakukan ekspor sudah tidak diragukan lagi. Beragam sumber daya alam (SDA) yang dimiliki terbukti mampu berkontribusi dalam perekonomian nasional, sekalipun dalam kondisi pandemi. Salah satunya sektor perikanan.
Kekayaan alam di perairan Kaltim memang tak bisa dimungkiri. Eksistensinya dalam daftar produk ekspor malahan tengah mengejar pencapaian minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
Hal ini diakui Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda). Disebutkan, produk dari sektor perikanan di Kaltim menjadi ekspor unggulan lain di samping produk minyak kelapa sawit.
Produk dari sektor perikanan berhasil mencatatkan total sebesar USD76,94 juta pada 2021. “Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp14 ribu per dolar, maka menyentuh angka Rp1 triliun,” ungkap Kepala Bappeda Kaltim Aswin beberapa waktu silam.
Keunggulan produk perikanan ini, malahan mampu mengompensasi turunnya ekspor CPO. Seperti tampak dalam direct call ekspor lima ton kepiting bakau ke Shenzhen, Tiongkok melalui Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan. Nilai ekspor Mei silam itu terbilang mengagumkan, mencapai Rp1 miliar.
Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim Irhan Hukmaidy memaparkan, nilai ekspor produk perikanan Kaltim pada 2021 lalu mampu menembus angka USD72 juta atau mencapai lebih dari Rp1 triliun.
Hal ini menunjukkan bahwa selama ini sektor perikanan melalui sejumlah komoditas ekspor memang mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah.
Komoditas ekspor perikanan Kaltim itu di antaranya udang windu, ikan kerapu dan kepiting. Untuk komoditas non-ikan yaitu rumput laut jenis glacilaria.
“Tetapi yang lagi naik daun komoditas kepiting dan ikan kerapu,” sebut Irhan.
Pengembangan sektor perikanan budi daya, sambungnya, pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah menargetkan pembentukan kampung budi daya sebanyak 130 kampung di 2022 ini.
Di Kaltim sudah dua lokasi telah ditetapkan sebagai kampung budi daya. Yaitu di Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar) sebagai kampung budi daya ikan nila, dan di Pulau Maratua, Berau sebagai kampung budi daya ikan kerapu.
“Nantinya kami juga dorong daerah lain untuk menjadi kampung budi daya sesuai dengan keunggulan masing-masing,” terangnya.
Menurut Irhan, pengembangan perikanan budi daya yang tengah dilakukan saat ini sifatnya masih sporadis dan tidak merata. Karenanya perlu agar dibuat klaster.


Sebagai contoh, nantinya mungkin Kukar didorong menjadi kampung budi daya kepiting dan udang windu serta Bontang dengan kampung budi daya rumput laut.
“Karena pada 2023, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan membentuk lagi 150 kampung budi daya,” tambah Irhan.
Selain mendorong pembentukan kampung budi daya, DKP Kaltim akan mengembangkan budi daya perikanan spesifik dan merupakan ikan-ikan endemik lokal. Yang mulai berkurang populasinya serta langka di pasaran. Ikan tersebut meliputi ikan biawan, ikan pepuyu, ikan lais termasuk juga ikan haruan.
“Arah kebijakan kita ke sana dan memang tidak bisa instan,” ujarnya.
Dalam program ini, DKP Kaltim menggandeng Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Samarinda dan Balai Perikanan Budi Daya Air Tawar Mandiangin di Banjarmasin untuk mengembangkan teknologi budi daya ikan endemik Kaltim.
“Kami ingin nanti hasilnya bisa kita kembangkan secara masif,” kata Irhan.
Lebih penting lagi, saat diterapkan dapat membawa keuntungan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khususnya peternak ikan.
Tumbuhkan Investasi dan Ekonomi Nasional


Kepala DKP Kaltim Riza Indra Riadi mengungkapkan, ekspor langsung berperan memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah. Juga mampu menumbuhkan investasi dan ekonomi secara nasional.
Karena itu melalui kemampuan membaca peluang, para pengusaha didorong terus meningkatkan produksi usaha di sektor kelautan dan perikanan.
“Sekaligus memberikan informasi yang akurat terhadap perkembangan dan peluang investasi di sektor kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan dan merupakan kebijakan pembangunan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur,” imbuhnya.
Riza berharap lebih banyak pelaku usaha di bidang perikanan dan kelautan yang dapat mengikuti jejak ekspor langsung.
Menurut data Bank Indonesia Kaltim, kinerja ekspor perikanan mengalami kontraksi sebesar 2,87 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal IV/2021. Namun, masih lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang terkontraksi sebesar 17,54 persen (yoy) akibat membaiknya produksi komoditas perikanan di sektor hulu.
Kekuatan ekspor Kaltim pada produk perikanan ini turut diamini Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud. Dia menyatakan Benua Etam merupakan salah satu pengekspor terbesar nomor dua di Indonesia pada komoditas perikanan.
“Tahun 2020, Kaltim menghasilkan 3.783 ton kepiting dengan nilai mencapai Rp142,2 miliar. Jika mampu dimaksimalkan, tentu ini akan jadi potensi untuk mendorong ekonomi daerah,” bebernya. (redaksi/ADV DIKOMINFO KALTIM)
PENULIS: Lukman


-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Cap Go Meh Art and Culture Festival: Ada Bazar Makanan Vegetarian hingga Panggung Kesenian
-
HIBURAN5 hari yang lalu
Tiba-Tiba Sparring Vol.3 Hadir Lebih Meriah, 20 Fighter Amatir dan Profesional Siap Tanding
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Edu Park Samarinda: Belum Rampung, Tetap Jadi Favorit Anak-Anak
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Anggaran Pendidikan Kena Pangkas, Guru Besar Unmul: Harus Pilah Prioritas
-
BERITA3 hari yang lalu
Siapkan Akhir Pekanmu, Ada Parade Jet Ski di Teras Samarinda!
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Gas Melon Langka, DPRD Samarinda Desak Distribusi Langsung ke RT
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Jalan Sehat HUT Kota Samarinda: Tiket Umroh dan 10 Ribu Porsi Makan Gratis Menanti
-
GAYA HIDUP5 hari yang lalu
Antusiasme Pelari Sangat Besar, Sebanyak 1000 Tiket Fun Run Team08 Ludes Dalam 3 Hari