Connect with us

BALIKPAPAN

Napak Tilas Masjid Nurul A’la, Salah Satu Masjid Tertua di Gunung Pipa

Diterbitkan

pada

Masjid Nurul A’la Balikpapan. (Novrianto/Kaltim Faktual)

Masjid Nurul A’la menyimpan sejarah berharga. Diberi nama oleh Bapak Bangsa Buya Hamka. Didirikan di atas bukit Jalan Klamono, Gunung Pipa, Balikpapan Barat.

Nurul A’la secara makna berarti cahaya tertinggi. Sejak tahun 1950 an, masjidnya masih berdiri kokoh hingga sekarang. Menjadi tempat beribadah sehari-hari, dan menjadi wisata religi yang memikat.

Dengan masih mempertahankan keaslian bentuk kubah dan ruang utamanya,  menjadikan  masjid ini sebagai salah satu masjid tertua di Kota Balikpapan.

Jejak pembangunan masjid ini bisa ditelusuri dari perkembangan minyak di Balikpapan di masa-masa krusial perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Memasuki area masjid, terlihat kubah beratap tumpang dengan khas bangunan masjid. Tampak pengurus  sedang sibuk dalam persiapan penerimaan zakat fitrah Ramadhan 1445 Hijriah Tahun 2024.

“Awalnya tempat ini adalah (daerah) Tangki 6 dan oleh Pertamina dibangun jadi Masjid sekira tahun 1950. Yang memberi nama Masjid Nurul A’la ini adalah Almarhum Prof. Dr. Buya Hamka,” ungkap Urip Widodo, pengurus Masjid Nurul A’la pada kaltimfaktual.co Sabtu, 30 Maret 2024.

Diketahui, Buya Hamka memiliki nama lengkap Prof Dr H Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo, populer dengan nama penanya, Hamka. Ia lahir di Kampoeng Molek, Maninjau, Sumatera Barat 17 Februari 1908 dan wafat 24 Juli 1981, adalah seorang ulama, filsuf, dan sastrawan Indonesia. Ia dikenal sebagai wartawan, penulis, dan pengajar.

Interior Masih Terjaga

Interior masjid ini terdiri dari ruang utama dengan 4 pilar penyangga kubah beratap tumpang. Khas kubah tradisional yang masih terjaga bentuknya.

Dengan susunan langit-langit dari kayu jati dan di sekeliling dindingnya dihiasi kaligrafi kalam Allah. Menambah keindahan interior masjid.

“Kubah dan ruang utama ya masih tetap yang asli. Diitambahkan bangunan mulai tahun 1985, kemudian tahun 2011 atau 2012 ditambah lagi beranda,” ucap pria berusia 63 tahun ini.

Bukan hanya bangunannya saja yang khas dan memikat. Dari tempat ini kita bisa melihat dari kejauhan sebagian pemandangan Kota Balikpapan yang mempesona.

“Dulu tempat ini dijadikan orang-orang Belanda untuk melihat pemandangan Kota Balikpapan. seperti Hongkong dengan kelap-kelip lampu,” tambahnya.

Dengan tetap berdinya masjid ini tentunya memerlukan perawatan yang berkelanjutan. Dan untuk Perawatan Masjid Nurul A’la disokong oleh Pertamina berupa air dan listrik gratis hingga saat ini.

Sedangkan untuk perawatan lainnya melalui infak jamaah, baik itu jamaah dari sekitar masjid maupun yang singgah untuk melaksanakan shalat beribadah. (nvr/gdc)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.