Connect with us

SAMARINDA

‘Pak Ogah’ Pelita 4; Pahlawan Lalu Lintas di Jalur Sempit Samarinda

Diterbitkan

pada

pak ogah
Para pemuda yang tinggal di kawasan Pelita 4-Perjuangan saling bergantian menjaga jalur sempit dan tikungan. (Nur Damayanti/Kaltim Faktual)

Jarang dapat atensi, kelompok ‘Pak Ogah’ Pelita 4 sebenarnya punya andil besar. Untuk mengurai kemacetan lewat aksi sederhana mereka di ‘jalan tembus’ Gerilya-Sambutan.

Jalur Pelita 4-Perjuangan merupakan rute populer di tepi Kota Samarinda. Jalan tembus ini menghubungkan Sambutan; mencakup pengendara dari Anggana, Makroman, Sambutan, serta Palaran dan Samarinda Seberang vida Jembatan Mahkota II. Dengan Jalan Gerilya, Damanhuri, sampai Lempake dan Poros Bontang-Samarinda.

Dengan melintasi jalur itu, pengendara bisa menghemat waktu. Karena tak harus melewati Kawasan Sungai Dama yang padat merayap.

Jalurnya campur-campur. Ada jalan perumahan yang cukup lebar, ada pula yang sempitnya tidak ketulungan. Sehingga kalau dua kendaraan roda empat berpapasan. Satu di antaranya harus berhenti, minggir, dan memberi jalan untuk kendaraan dari lawan arah.

Yang melewati jalur itu pun bukan hanya sepeda motor dan mobil keluarga saja. Truk-truk ukuran sedang pun terpantau sering melintas.

Nah, ada satu tikungan yang ngeri-ngeri sedap di sana. Kalau dari Simpang 3 Perjuangan-Handil Kopi. Jalurnya berbelok ke kiri sedikit, lantas menikung tajam ke kanan. Lanjut menanjak dengan ukuran jalan yang kecil. Hanya cukup untuk 1 mobil. Di ujung tanjakan, ada simpang 3 lagi. Juga dengan ruas jalan yang sempit.

Kalau ada mobil dari Perjuangan dan Pelita 4 secara bersamaan. Lantas bertemu di tanjakan-tikungan itu. Fiks bakal macet. Dan antreannya akan mengular.

Kelompok Pak Ogah

Beruntungnya, kawasan tersebut selalu dijaga oleh sekelompok pemuda. Dari remaja hingga dewasa. Setiap ‘piket’ mereka terbagi jadi 2 kelompok kecil. Satu berjaga di atas tanjakan, satu lagi di bawah. Untuk mengatur kendaraan dari Perjuangan.

Warga setempat yang kerap ikut berjaga bernama Roni mengatakan. Mereka membuka-tutup tanjakan tersebut. Agar tidak terjadi kemacetan, ataupun kecelakaan yang memakan korban jiwa.

“Jalur di sini karena memang sering banget macet. Jadi sering terjadi kecelakaan di tanjakan Perjuangan-Pelita 4 ini,” katanya, Sabtu 6 Mei kemarin.

Tarif Jasa Atur Jalan

Roni bilang, mereka memang menerima uluran uang dari pengendara. Yang memberi sebagai ucapan terima kasih. Meski begitu, tidak ada patokan tarif saat melintasi jalur tersebut. Karena pada dasarnya, mereka mengatur lalu lintas di situ secara sukarela.

“Anggota teman-teman kami di sini tulus untuk membantu melancarkan arus jalan ini tanpa meminta biaya sepeser pun,” ungkapnya.

Anggota kelompok Pak Ogah Pelita 4 berasal dari lintas profesi. Dari pelajar, pekerja swasta, sampai pedagang. Dan karena sifatnya sukarela, jadi tidak ada jadwal tertentu.

“Kalau untuk yang jaga di sini tidak nentu jumlah orangnya. Kadang banyak, kadang sedikit.”

“Terpenting bagi siapa yang ingin berjaga di jalur ini maka dipersilakan. Dengan catatan mereka melakukannya secara sukarela tidak dipungut biaya,” lanjut Roni.

Pelayanan dari Roni dkk ini tidak pandang bulu. Yang memberi uang ataupun tidak. Tetap diatur jalannya oleh mereka. Pun tidak ada prinsip; yang kasih uang didulukan lewat.

Saat ditanya, apa yang mereka paling inginkan dari pengendara. Jawaban Roni adalah,”Harapan dari kami sih, masyarakat pengendara baik motor maupun mobil dapat menaati isyarat yang kami berikan dengan tidak menyelip duluan.” (nad/dra)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.