SEPUTAR KALTIM
Perempuan di Parlemen Jauh dari 30 Persen, Akademisi Unmul: Jumlah Bukan Segalanya

Kebijakan kuota minimal 30 persen keterwakilan perempuan di parlemen masih menghadapi jalan terjal. Namun, Akademisi Universitas Mulawarman, Sri Murlianti, menegaskan bahwa banyaknya perempuan di parlemen tidak selalu menjamin isu-isu perempuan tersampaikan dengan optimal.
Di Kalimantan Timur (Kaltim), partisipasi perempuan di parlemen justru mengalami penurunan. Berdasarkan hasil Pemilu 2024, hanya ada 8 perempuan dari 55 anggota DPRD Kaltim periode 2024-2029, berarti hanya 14,54 persen, jauh dari kuota afirmasi 30 persen.
Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya (2019-2024), yang mencatatkan 11 anggota perempuan dari total 55 anggota DPRD Kaltim.
Budaya Patriarki dan Dinasti Politik Jadi Penghambat
Sri Murlianti menyebut rendahnya keterwakilan perempuan di politik tak lepas dari budaya patriarki yang masih kuat di Indonesia. Posisi strategis dalam pemerintahan cenderung lebih mudah diisi oleh laki-laki, sementara banyak perempuan belum memiliki kesadaran politik yang cukup.
“Jadi agak membuat perempuan dalam posisi tidak semuanya melek politik,” katanya kepada Kaltim Faktual.
Selain itu, politik dinasti juga menjadi faktor penghambat. Posisi strategis sering kali dipegang oleh mereka yang memiliki hubungan keluarga atau jaringan kuat dalam dunia politik, sehingga akses perempuan untuk masuk ke ranah ini semakin terbatas.
Visi Misi Pemimpin Masih Patriarkis
Sri juga menyoroti bagaimana visi misi para calon pemimpin dalam pemilu masih kental dengan perspektif patriarkis. Banyak kandidat yang tidak memasukkan isu perempuan dalam kampanyenya, meskipun banyak kebijakan berdampak langsung pada perempuan.
“Contoh sederhana, saat gas melon langka kemarin, siapa yang paling banyak antre? Yang jalan kaki pakai daster, bahkan ada yang sampai meninggal,” ujarnya.
Meskipun ada perempuan yang berhasil masuk parlemen, Sri menekankan bahwa jumlah bukan jaminan bahwa mereka akan memperjuangkan isu-isu perempuan.
“Secara biologis dia perempuan, tapi apakah dia perempuan yang melek gender? Itu dua hal yang berbeda,” tegasnya.
Ia pun menilai, keterwakilan perempuan di parlemen masih butuh perjuangan panjang. Namun, dengan peningkatan kesadaran gender melalui pendidikan, harapan untuk mencapai kuota 30 persen bisa semakin nyata.
“Ngomongin gender bukan cuma soal isu eksklusif seperti kekerasan seksual, tapi juga berkaitan dengan banyak sektor lainnya,” pungkasnya. (tha/sty)
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Pemprov Kaltim Targetkan 367 SPPG, Perluas Program Makanan Bergizi Gratis
-
SOSOK5 hari ago
Firda Arrum, Putri Berau yang Membawa Baki Sang Saka di HUT ke-80 RI Kaltim
-
PARIWARA4 hari ago
Konsistensi Pembinaan Yamaha Racing Indonesia, Arai Agaska Ikut Yamaha BLU CRU Master Camp di Spanyol
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Putra Kaltim Catat Sejarah, Jadi Pembentang Bendera Pusaka di Istana Merdeka
-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
Konsumsi Ikan Masyarakat Kaltim Naik Jadi 59,75 Kg per Kapita per Tahun
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
HUT ke-80 RI di Kaltim, Sang Saka Berkibar Khidmat di Gelora Kadrie Oening
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Marching Band Meriahkan HUT ke-80 RI di Samarinda, DDC Suguhkan Tribute to Ismail Marzuki
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
HUT ke-80 RI, Gubernur Harum: Kaltim Siap Jadi Etalase Indonesia di Era IKN