Connect with us

OLAHRAGA

Stefano Lilipaly; Bagus di Tengah, Moncer di Depan

Diterbitkan

pada

Stefano Lilipaly
Stefano Lilipaly menjadi inspirasi kemenangan Pesut Etam di Derby Papadaan. (MO/BFCS)

Dari 4 laga, Stefano Lilipaly sudah membuat 5 kontribusi gol untuk Borneo FC. Tiga asis dari posisi gelandang tengah. Lalu sepasang gol dan asis dari posisi penyerang sayap. Masih heran sama yang nyebut Fano sudah habis!

Di usianya yang ke-33 tahun. Stefano Lilipaly belum menunjukkan tanda-tanda bakal pudar. Justru permainannya semakin matang. Bermain di banyak posisi pun dia jabani.

Pemain berdarah Belanda-Indonesia itu tiba di Borneo FC awal musim lalu. Dengan kondisi mental yang berantakan. Karena banyak yang bilang, kariernya sudah selesai.

Namun kepercayaan penuh dari Borneo FC Samarinda memompa semangatnya lagi. Dia langsung terlibat di 40 laga dengan torehan 12 gol dan 12 asis di Piala Presiden dan Liga 1. Fano bersinar lagi.

Torehan itu dia catatkan dari posisi penyerang sayap kiri. Pada sebuah momen, Fano pernah bilang pada awak Kaltim Faktual, bahwa posisi terbaiknya adalah sebagai nomor 10. Posisi di depan gelandang tengah, dan di belakang penyerang utama.

Namun dengan formasi 4-3-3 yang dipakai oleh 3 pelatih Pesut Etam musim lalu. Fano mesti bermain melebar. Karena tidak ada pos AMF/SS. Dan dia sama sekali tidak mempermasalahkannya.

Musim ini, Pieter Huistra punya ide berbeda. Hengkangnya Jonathan Bustos dan hadirnya Win Naing Tun mengubah posisi Fano. Ia dijadikan gelandang tengah oleh sang pelatih. Menemani Hendro Siswanto dan Adam Alis.

Dalam praktiknya, pergerakan Fano di posisi itu jadi lebih luas. Mengingat Pieter mengharuskan pemainnya melakukan rotasi posisi saat bermain. Jadi kadang ia berperan sebagai gelandang bertahan, gelandang serang, hingga penyerang sayap kiri. Selain memainkan peran sebagai gelandang tengah.

Secara matematis, tentunya peluang Fano memberi kontribusi gol maupun asis jadi lebih kecil. Karena posisinya semakin jauh dari gawang. Tapi master tetaplah master. Dari 3 laga saat ia bermain sebagai gelandang tengah. Dia berhasil membuat 3 asis. Rinciannya, 2 di laga kontra Bali United, dan 1 asis pada laga kontra Persis.

Stefano Lilipaly Moncer di Posisi Asli

Saat laga kontra Barito Putera. Matheus Pato sudah tidak lagi berstatus pemain Borneo FC. Jelle Goselink menggantikannya. Nama terakhir bukanlah penyerang tengah murni. Posisi naturalnya sama dengan Fano.

Karena itu, Pieter mengubah taktiknya lagi. Fano dikembalikan ke posisi aslinya musim lalu; penyerang sayap kiri. Sementara Win yang biasa menempatinya menjadi pemain cadangan.

Di tengah, Pieter mengembalikan Kei Hirose ke starting eleven. Ini momen menarik. Karena sudah lama Hendro tidak berduet dengan rekan yang cukup diteriaki “Keiii!” Si pemain Jepang sudah tahu maksud Hendro.

Lini tengah Pesut Etam jadi solid. Trio Hendro-Adam-Kei berhasil mempersempit ruang gerak Barito Putera.

Di satu sisi, Fano jadi lebih leluasa menari kembali. Dia seperti menemukan jati dirinya lagi di posisi penyerang sayap kiri.

Selain 1 asis untuk gol Leo Lelis, serta golnya sendiri. Fano sebenarnya memberi dampak besar pada permainan timnya. Dia kerap membuka ruang, membuat sejumlah true pass. Pokoknya bikin lini belakang Barito ketar-ketir.

Dia pun menjadi Man Of The Match  pada laga itu, versi Liga 1. Dan ini akan memberi masalah baru bagi Pieter Huistra. Mengembalikan Fano ke posisi gelandang tengah. Atau tetap membiarkannya di pos serang sayap kiri.

Keduanya harus mengorbankan legiun asing. Jika di tengah, maka Kei yang harus jadi cadangan. Di depan, Win mesti sabar menanti menit bermain di babak kedua.

Kalau menurutmu, bagusnya gimana? (dra)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.