Connect with us

NUSANTARA

Jika Direstui Negara, Sulteng Ingin Belah Pulau Sulawesi untuk Membangun Terusan Khatulistiwa yang Hubungkan IKN dan Indonesia Timur

Diterbitkan

pada

Ilustrasi Terusan Khatulistiwa yang menghubungkan IKN dan Indonesia Timur. (Foto: Antara/ Ils: Kaltim Faktual)

Pemprov Sulteng punya ambisi besar untuk membelah Pulau Sulawesi. Agar pelayaran dari IKN ke Maluku, Malut, dan Papua terpangkas 200 mil, dengan penghematan BBM mencapai Rp1,9 triliun/tahun. Nama proyeknya adalah Terusan Khatulistiwa.

Selain karena faktor kepadatan Jakarta, pemindahan IKN ke Kalimantan Timur –nantinya berdisi sendiri sebagai BO IKN- membawa misi pemerataan pembangunan. Posisi IKN yang baru tepat berada di tengah Indonesia. Paling tidak lebih dekat dengan Indonesia Tengah dan Timur, dua bagian negeri ini yang pembangunannya tidak semenggeliat bagian Barat.

Dalam konteks perdagangan dan jasa, jalur laut masih menjadi andalan industri di dunia. Termasuk juga di Indonesia. Soal ini, pelabuhan IKN juga berada di titik tengah.

Namun yang menjadi kendala, jalur laut ke wilayah Maluku, Maluku Utara, dan Papua terhalang oleh Pulau Sulawesi. Sementara pelayaran ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan ke Sumatera tak perlu mengitari sebuah pulau.

Karena itu, Pemprov Sulawesi Tengah mencoba mengambil peluang ini. Untuk meningkatkan taraf ekonomi di daerahnya. Mereka mengusulkan untuk membelah Pulau Sulawesi, agar jarak dan waktu dari IKN ke 3 wilayah di Timur lebih dekat.

Terusan Khatulistiwa

Nama proyek itu adalah Terusan Khatulistiwa. Terinspirasi dari Terusan Zeus, Korintus, Laut Putih Baltik, Rhine-main-danube, Tiongkok, dan Terusan Laut Hitam. Ide ini sudah lahir sejak 2008 lalu. Pernah disampaikan secara langsung pada presiden saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan Bappenas dan Kementerinan KP telah memberikan dukungan untuk menyusun rencana strategis pembangunan terusan ini yang terpadu dengan pengelolaan Teluk Tomini. Menutur laporan Kailipost.

Namun pemindahan IKN sejak 2019 menjadikan momentum realisasinya lebih besar. Tahun lalu, Pemprov Sulteng sudah melakukan presentasi ke DPR RI. Kepala Bappeda Sulteng Christina Sandra Tobondo mengatakan, terusan ini bisa memicu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, untuk Sulteng dan wilayah Timur Indonesia.

“Berdasarkan kalkulasi dengan adanya terusan Katulistiwa maka jarak pelayaran dari Indonesia bagian timur ke barat atau sebaliknya akan diperpendek sekitar 200 mil. Bila setiap tahun ada 1.000 kapal lewat di terusan ini, maka penghematan bahan bakar yang akan diperoleh mencapai Rp1,9 triliun,” katanya.

Lokasi Terusan Khatulistiwa

Rencananya, terusan ini akan membelah daratan Sulteng, dari Desa Tambu, Kabupaten Donggala ke Desa Kasimbar Kabupaten Paringi Moutong. Ada 2 alternatif yang mereka tawarkan.

Pertama, jalur sepanjang 28 kilometer dan lebar 200 meter dengan ketinggian gunung 70 meter dengan volume material yang akan disingkirkan mencapai dua juta meter kubik.

Kedua, yakni terusan sepanjang 18,5 kilometer, lebar 200 meter dan ketinggian gunung 450 meter dengan jumlah material yang akan digali mencapai tiga juta meter kubik.

Tujuan dari proyek ini adalah untuk mempersingkat pengiriman logistik, meningkatkan pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II di Selat Makassar dan Laut Sulawesi serta ALKI II di Teluk Tomini sampai Laut Banda.

Alternatif

Jika usulan terusan tak disetujui, Sulteng menawarkan alternatif lain. Yakni dengan membangun jalan tol di lokasi yang sama. Yakni menghubungkan Pelabuhan Tambu dan Kasimbar.

Ruas jalan Tonusu Pendolo untuk menunjang pariwisata ke spot Taman Nasional Lore Lindu. Lalu ruas jalan Towi Kolonodale untuk mendukung konektivitas kawasan industri Morubang (Morowali-Morowali Utara-Banggai).

Kedua proyek memiliki konsekuensi bagus masing-masing, namun pada akhirnya, tujuannya sama. Yakni untuk mendekatkan IKN ke seluruh wilayah Nusantara. Perbedaan besar antara terusan dan tol adalah, dengan tol, perusahaan pengiriman minimal harus menambah armada kapal yang stanby di kedua pelabuhan. Serta menyiapkan tenaga dan armada darat untuk melewati tol.

Selain Sulteng, proyek terusan juga mendapat dukungan dari Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PP KMHDI). Himpunan mahasiswa tersebut berkesempatan menyampaikan usulan itu secara langsung kepada Presiden Jokowi pada Agustus 2023 lalu, berdasar laporan Kompas.

Bagaimana menurutmu, apakah proyek pendekat ini perlu? Dan baiknya pakai terusan atau tol? (dra)

Ikuti Berita lainnya di

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.