EKONOMI DAN PARIWISATA
Ulap Doyo Masih Jadi Takhta Tertinggi Wastra Kaltim

Menurut Dian Rosita, Ulap Doyo yang kini sudah menjadi identitas Kaltim. Masih menempati posisi teratas di takhta wastra Kaltim. Karena pembuatannya yang eksklusif dan memiliki nilai sejarah yang menarik.
Ada banyak hal yang bisa menggambarkan identitas Kalimantan Timur (Kaltim). Mulai dari daerahnya, bahasa, kesenian, kekayaan ragam budaya, wisata. Hingga budaya berkain melalui produk kriya alias wastra.
Kaltim sendiri punya kekayaan dalam wastra. Dan terus berkembang hingga banyak diminati pasar. Semakin banyak juga diperkenalkan melalui ajang pameran hingga digunakan dalam fashion show.
Satu di antara yang menarik adalah motif Ulap Doyo. Produk wastra buatan suku Dayak Benuaq yang mendiami sebagian daerah di Kaltim. Lambat laun, tak hanya jadi identitas kesukuan, tapi juga melekat sebagai identitas Kaltim.
Wastra Ulap Doyo sendiri termasuk dalam jenis kain tenun. Sebagai bentuk ekspresi dari keyakinan suku Dayak Benuaq. Mengandung nilai estetika dan fungsional yang bersifat rohaniah.
Ulap sendiri memiliki arti kain. Sementara Doyo berasal dari nama tanaman yang menjadi bahan utama, yakni serat Daun Doyo (Curliglia latifolia). Tanaman serupa pandan yang berserat kuat dan tumbuh secara liar di pedalaman Kalimantan, seperti di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, dan Kutai Barat.
Kain tenun Ulap Doyo sudah terkenal sejak era Kerajaan Kutai. Biasa digunakan oleh laki-laki maupun perempuan suku Dayak, saat merayakan acara adat, tari-tarian, dan dalam kehidupan sehari-hari suku Dayak Benuaq.
Ketua DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Dian Rosita melihat kalau wastra Ulap Doyo mulai banyak dikenal masyarakat. Meski belum menyentuh semua kalangan.
“Secara perkembangan Ulap Doyok ini kan memang eksklusif ya. Enggak bisa diproduksi massal karena memang bahannya mahal,” jelas Dian belum lama ini.
“Ya dulu dipakai oleh misalnya para bangsawan gitu ya, apalagi sekarang ini memang motif-motif ulap dulu itu semakin anggun, elegan gitu, terlihat banget,” tambahnya.
Selain Ulap Doyo, produk lain di skena wastra di Bumi Etam yang terus berkembang adalah batik daerah. Yang diproduksi oleh 10 kabupaten/kota, dengan ciri khasnya masing-masing.
Motifnya dibuat dari budaya yang berkembang di masyarakat setempat. Seperti misalnya, batik Samarinda dengan motif pesut dan gambaran Sungai Mahakam.
“Nah khusus untuk Ulap Doyo memang menurut saya dia masih ada di takhta tertinggi karena itu tadi setiap yang makai pasti cantik elegan.”
Dian menyebut pusat pembuatan Ulap Doyo ada di Pokan Takaq, letaknya di Loa Ipuh, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Pembuatannya pun tidak mudah dan masih original menggunakan daun Doyo.
“Saya sudah tahu gimana sulitnya membuat benangan-benangan tersebut, asli daun Doyo. Makanya harganya mahal,” tambahnya.
Kata Dian, Ulap Doyo ini harus jadi kebanggaan tersendiri dan harus dilestarikan. Karena memang sudah menjadi identitas Kaltim dan tidak bisa diambil oleh orang lain. (ens/dra)
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
RPJMD Kaltim 2025–2029 Resmi Disahkan, Jadi Panduan Pembangunan Lima Tahun ke Depan
-
OLAHRAGA4 hari ago
Panahan Indonesia Sumbang 10 Emas, Kaltim Kukuhkan Posisi di Fornas VIII NTB
-
BALIKPAPAN4 hari ago
Yatim Mandiri Balikpapan Bagikan Alat Sekolah Ceria, Dukung Anak Yatim dan Dhuafa Raih Cita-Cita
-
SAMARINDA2 hari ago
Deni Hakim Anwar Soroti Kendala Volume Sampah untuk Proyek WtE Samarinda
-
SAMARINDA4 hari ago
SMAN 16 Samarinda Terima Delegasi Korea Selatan, Pererat Pertukaran Budaya Lewat EBIFF 2025
-
EKONOMI DAN PARIWISATA4 hari ago
Ketimpangan Pengeluaran Kaltim Sedikit Naik, Tapi Masih dalam Kategori Rendah
-
SAMARINDA4 hari ago
Darlis Pattalongi Dorong Peran Masyarakat Lewat Sosialisasi Perda P4GN di Samarinda Seberang
-
BALIKPAPAN2 hari ago
Karyawan BPJS Ketenagakerjaan Cabang Balikpapan Sumbang 78 Bibit Mangrove untuk Lindungi Pesisir Teluk Balikpapan