GAYA HIDUP
4 Buah dengan Nama Palsu yang Banyak Beredar di Kaltim, Pembeli Jangan Tergiur Harga Murah

Dalam beberapa tahun terakhir, pedagang buah di Kaltim kerap menggunakan nama palsu pada buah dagangannya. Trik ini dilakukan untuk menarik minat pembeli. Empat buah ini yang paling banyak diberi nama-nama palsu tersebut.
Buah merupakan komoditas yang banyak diburu oleh masyarakat. Rasanya yang enak dan memiliki banyak manfaat pada kesehatan membuat buah kerap menjadi menu pelengkap ataupun camilan.
Selain itu, saat ini mendapatkan buah tidak terlalu repot. Karena tersedia di mana-mana. Dari swalayan di mal, minimarket, pasar tradisional, toko buah, hingga pedagang buah kaki lima.
Dan karena pedagang buah semakin banyak, mereka lalu melakukan beberapa trik marketing untuk menarik minat. Di pedagang kaki lima khususnya, mereka kerap menulis nama buah beserta harganya. Atau menuliskan besar-besar harga murah, yang ketika didatangi, ternyata harga murah itu untuk buah berukuran lebih kecil, atau kondisinya yang sudah layu.
Nah, yang akhir-akhir ini jadi tren adalah penggunaan nama palsu. Ini dilakukan karena pembeli mulai selektif memilih buah berdasarkan nama yang sudah kesohor manis dan legit. Apa saja buah-buah itu?
Rambutan Binjai

Pada 2019 ke bawah, Rambutan Binjai masih terbilang eksklusif. Tak banyak dijajakan karena harganya yang relatif mahal. Namun karena rambutan asal Binjai, Sumatera Utara ini memiliki rasa manis, bahkan jaminan manis, legit, tidak berair, serta daging terpisah dari biji. Lama-lama ‘Binjai’ menjadi standar manis dan enak untuk rambutan.
Jadi rambutan apa saja, asal rasanya manis dan koyakan, pedagang langsung menamainya Rambutan Binjai. Cara ini ternyata cukup sukses menarik minat pembeli. Apakah kamu termasuk yang sering terkecoh karena tak bisa membedakan mana Binjai yang asli atau bukan?
Durian Melak

Di Kaltim, ada 2 varietas durian paling laku. Yakni Durian Montong dan Durian Melak. Montong sendiri merupakan jenis durian mahal, dengan ciri-ciri daging super tebal, manisnya pas, dan teksturnya creamy. Kebanyakan dikirim dari luar daerah.
Sementara durian lokal, Kalimantan sebenarnya syurganya durian. Tapi dari sekian banyak varietas, yang paling laku adalah Durian Melak. Ukurannya yang relatif kecil, ketebalan dagingnya sedang; tidak tebal, tidak tipis. Rasanya yang manis dan ringan, membuat durian asal Kutai Barat, Kaltim ini banyak diburu.
Sama seperti ‘Binjai’, nama ‘Melak’ kemudian menjadi standar durian lokal enak. Kini, durian dari daerah mana saja, dinamakan Durian Melak supaya laris.
Langsat Tanjung

Tak seperti duku yang sudah pasti manis. Langsat banyak yang masam, sehingga pembeli kurang berminat. Tapi kalau sudah diberi nama Langsat Tanjung, beuh, dijamin laris.
Langsat Tanjung sendiri adalah langsat yang berasal dari Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalsel. Terkenal dengan cita rasa manisnya. Karena terkenal enak, sekarang asal langsat tidak masam meski tak terlalu manis, diberi nama Langsat Tanjung.
Jeruk Pontianak

Duluuuuu, masyarakat hanya mengenal jeruk manis dan kecut. Tak terlalu peduli apa nama dan jenisnya. Sekarang trennya sudah berubah, jeruk manis kerap dinamai Jeruk Pontianak. Alasannya sama, karena Jeruk Ponti punya cita rasa manis. Dijamin manis, meski harganya 2 kali lipat jeruk lokal lainnya.
Jeruk Pontianak mempunyai ciri-ciri kulit tipis dan mengkilap, daging buah oranye, dan rasanya sangat manis. Tidak ada masam-masamnya sama sekali.
Dan penggunaan nama Jeruk Pontianak untuk semua jeruk manis dan agak manis ini, adalah manipulasi generasi dua. Karena pada dasarnya, jeruk siam jenis ini berasal dari Tebas, Kabupaten Sambas, Kalbar. Tapi lebih menjual kalau diberi merek Pontianak. Hingga ada pepatah, “Tebas punye jeruk, Pontianak punye name”.
Jangan Tergiur Harga Murah

Bagi orang awam, membedakan Jeruk Ponti asli dan bukan, Durian Melak asli dan bukan, ataupun Rambutan Binjai atau rambutan jenis lain, agak susah. Tapi cara paling mudah untuk membedakannya adalah harga.
Buah dengan nama palsu kebanyakan dijual lebih murah ketimbang buah yang sama dengan nama aslinya. Ini yang kemudian membuat para pembeli tergiur. Karena bisa mendapat buah unggulan dengan harga miring. Padahal, replika, hehe.
Tapi pada akhirnya, membeli buah dengan nama palsu tak terlalu jadi masalah. Asal tidak mengomel kemudian karena ternyata rasanya beda. Paham terhadap konsekuensi, “Ada harga ada rasa” sangatlah perlu.
Yuk, budayakan makan buah biar sehat! (dra)

-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Komisi III DPRD Kaltim Tanggapi Isu Pencopotan Sekwan: Wewenang Penuh Ada di Gubernur
-
SAMARINDA4 hari ago
EBIFF 2025 Resmi Dibuka, Kirab Budaya Internasional Ramaikan Samarinda
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
DPRD Kaltim Klarifikasi Polemik Anggaran Media: Bukan Dihapus, Tapi Dievaluasi untuk Efisiensi
-
SAMARINDA3 hari ago
Visum Kedua Ungkap Luka Serius Balita di Panti Asuhan, Kuasa Hukum Minta Proses Hukum Dipercepat
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Angka Kemiskinan di Kaltim Turun, BPS Catat 5,17 Persen pada Maret 2025
-
SAMARINDA3 hari ago
Tragis di Samarinda: Dua Anak Tewas dan Nenek Luka, Ayah Kandung Jadi Pelaku
-
SAMARINDA3 hari ago
Suasana Hangat Warnai Resepsi EBIFF 2025, Gubernur Harum Jamu Delegasi Internasional di Odah Etam
-
OLAHRAGA4 hari ago
YJI Kaltim Target Sumbang Medali di Fornas VIII, Tampil Perdana di Senam Beregu