Connect with us

OLAHRAGA

Cerita di Balik Emas SEA Games Aliansyah, Pegulat Samarinda Penerus Klan ‘Syah’

Diterbitkan

pada

aliansyah
Atlet gulat asal Samarinda, Muhammad Aliansyah meraih emas di SEA Games Kamboja. (Hafif Nikolas/Kaltim Faktual)

Muhammad Aliansyah menghadapi musuh bebuyutannya, Bui Manh Hung di final SEA Games dalam kondisi cedera. Namun demi Garuda, anak, dan Keluarga ‘Syah’, dia mengakhiri laga dramatis itu dengan medali emas.

Ali mencapai babak final gulat kelas 67 Kg gaya Yunani-Romawi SEA Games 2023. Dalam kondisi tubuh remuk redam. Usai berjuang keras sedari babak penyisihan awal. Yang juga sempat bertemu musuh besarnya dari Vietnam, Bui Manh Hung.

Di final, dia kembali bertemu Bui. Skenario final yang memang Aliansyah harapkan. Demi membalas kekalahan pada SEA Games 2021 (berlangsung 2022) di Vietnam. Saat itu, dia harus menerima medali perak, usai takluk dari Bui di partai final.

Kali ini, Ali yang sudah menyiapkan dirinya lebih baik. Tak mau kalah lagi. Banyak yang dia korbankan untuk sampai di titik itu. Dia bahkan sempat menolak tawaran bermain di kelas yang lebih ‘mudah’ mendapat emas. Demi bisa bertemu dan mengalahkan Bui.

Tubuhnya sedang ‘menderita’, napasnya sesak, untuk batuk saja sakit. Namun tekadnya teramat besar. Aliansya mau bertanggung jawab atas pilihannya. Dia harus menang. Demi kebanggaan sang buah hati, Merah Putih, dan untuk meneruskan kedigdayaan Keluarga ‘Syah’ di jalur gulat.

Di awal pertandingan, Ali berhasil memadukan otot dan otaknya. Sehingga meski dalam kondisi cedera. Dia sempat unggul 11-3 atas Bui. Dengan skor semencolok itu, Ali harusnya dinyatakan menang KO. Jika merujuk aturan gulat.

“Tapi tiba-tiba diprotes, poin kembali jadi 5-2. Nah baru Vietnam mengejar jadi 5-5. Tapi karena saya dapat poin besar saya yang menang,” ujarnya saat itu, mengutip dari Antara.

Emas ini pun begitu dia syukuri. Misi balas dendamnya lunas … tuntas!

Dendam Aliansyah pada Bui

aliansyah
Credit: Kompas

“Jadi saya datang (memang ingin) balas dendam dari kekalahan tahun lalu. Saat dia (Bui) bertanding sebagai tuan rumah. Pokoknya mau menang.”

“Mau membuktikan kepada anak kalau bisa jadi contoh. Sejak lahir saya ingin anak mengikuti jejak jadi pegulat.”

Itulah misi Aliansyah di SEA Games tahun ini. Kematangan atlet berusia 31 tahun itu, ditambah latihan mandiri, pola hidup sehat, serta latihan intensif selama 4 bulan jelang multi ajang tingkat ASEAN tersebut. Membuatnya bisa melenggang ke final dan bertemu Bui. Pria Vietnam yang merenggut mimpinya pada SEA Games edisi sebelumnya.

Baca juga:   Bos Borneo FC Ngeteh Bareng Keluarga Taufany, Bahas Banyak Hal sampai Beri Bonus

Sebagai atlet yang sudah berkarier sejak 2006, Ali tentu tak membawa misi balas dendam. Tanpa perhitungan matang. Misi utamanya tetap meraih Emas SEA Games keduanya. Namun keinginan mengalahkan Bui di partai final, adalah percikan api yang sengaja dia simpan di hatinya. Untuk semakin membakar semangatnya.

Lagian, ini adalah kedua kalinya Ali menang atas atlet Vietnam di final gulat SEA Games. Dia pernah mengukir catatan sejarah serupa.

Ceritanya, pada SEA Games 2009, dia kalah dari pegulat Vietnam Ta Ngoc Tan. Dengan tekad besar, Aliansyah berhasil membalikkan keadaan pada SEA Games 2011. Itu adalah emas SEA Games pertamanya. Yang sempat ia kira, akan jadi yang terakhir.

Konflik besar membuat SEA Games 2015 dan 2017 tidak memertandingkan gulat. Sementara pada 2019, Indonesia tidak mengirim atlet gulatnya.

“Jam terbang kami itu kurang. Gulat sempat mati. Kami tak bisa ikut SEA Games sekian lama. Jadi, cuma bisa ikut kejuaraan nasional. Seperti PON yang hanya empat tahun sekali, sampai kejurnas yang hanya setahun sekali,” katanya, mengutip dari Kompas.

Asanya kembali hidup saat gulat Indonesia terlibat di SEA Games 2021. Di mana ia kembali masuk dalam skuat Merah Putih. Sayangnya Aliansyah hanya mampu meraih perak. Maka di tahun ini, di usia yang sudah tak lagi muda untuk ukuran atlet beladiri. Dia mengandalkan pengalamannya, untuk meraih medali emas, yang akan membuat bangga bangsa dan keluarganya.

“Saya mau membuktikan juga bukan umur yang bisa menghalangi orang berprestasi. Apapun bisa berprestasi asal kita mau. Itu yang bikin saya gak mau kalah sama yang lebih muda,” tegasnya.

Keluarga ‘Syah’

Tumbuh di tengah keluarga gulat yang termahsyur, Ali jatuh cinta pada cabor itu pada usia 6 tahun. Ia lantas menyeriusinya saat kelas 6 SD. Itu adalah cita-cita besar Ali kecil.

Baca juga:   Biodata dan Statistik Jelle Goselink, Pemain Anyar Borneo FC

“Semua itu karena ngelihat Kakak (Rudiansyah). Kok, duitnya banyak di koper pas pulang. Ternyata dia habis SEA Games dan baru pulang berlatih dari Korea. Sejak itu saya punya cita-cita jadi juara SEA Games,” kenangnya.

Di SEA Games Kamboja, Ali tidak sendiri dari Keluarga ‘Syah’. Sang inspirasi yang juga kakak kandungnya, Rudiansyah, bertindak sebagai pelatih. Sementara kakak lainnya, Ardiansyah, adalah atlet gaya bebas 70 Kg. Nama terakhir turut menyumbang perunggu tahun ini.

Di Kaltim, Keluarga Syah sangat terkenal, terutama di kalangan pecinta gulat. Mereka bahkan mendapat julukan Pegulat Bersaudara. Soalnya, 7 dari 8 bersaudara, semua berprofesi sebagai pegulat.

Mereka mulai mendapat pengakuan besar sejak PON Kaltim 2008. Usai menyumbang 5 emas dan 1 perak untuk kontingen tuan rumah.

Kebanyakan dari Klan Syah berkiprah dan sukses di kancah nasional. Rudi contohnya, sebelum jadi pelatih timnas. Dia adalah pegulat langganan pelatnas pada era akhir 90-an sampai awal 2000-an.

Kehebatan Keluarga Syah, diturunkan oleh sang paman, Arbain. Yang meraih emas SEA Games 1987 di Jakarta. Disusul Rudisnyah yang juga sukses, dan membuat adik-adiknya ikut menekuni cabor tersebut.

Di Keluarga Syah, Aliansyah merupakan pegulat paling berbakat. Anak ke-7 dari 8 bersaudara itu cepat belajar. Bahkan dia sudah meraih medali pertamanya di usia 14 tahun. Kala bertarung di Kejurnas 2006 di Jambi. Pada 2008, ia sudah mendapat emas PON pertamanya. Dan sampai PON teranyar, yang artinya total ada 4 edisi. Ali selalu meraih emas di ajang 4 tahunan itu.

Ali masuk dalam kontingen Merah Putih pada Asian Games 2010 di China. Saat itu usianya belum genap 20 tahun. Di ajang internasional pertamanya, Aliansyah nyaris menyumbang medali di kelas 60 Kg Romawi-Yunani. Namun kalah dalam perebutan peringkat ketia sampai kelima.

Baru pada tahun berikutnya, dia meraih juara ketiga alias medali perunggu, di Kejuaraan Gulat Asia tingkat junior.

Ali terus berkembang seiring waktu. Dan punya potensi bagus di kancah Asia, bahkan mungkin Olimpiade. Sayang, macetnya cabor gulat membuat potensinya terkurung. Dan hanya bisa dia buktikan untuk konsisten menjadi Raja PON di kelasnya.

Baca juga:   Bikin Kaget! Borneo FC Tebus Win Naing Tun dari Yangon United

Aliansyah memang sebegitu cintanya pada gulat. Ia beberapa kali mendapat tawaran pekerjaan bagus. Bahkan saudaranya saja ada yang menjadi perwira kepolisian. Namun dia tampik. Ali mau fokus di gulat. Karena dia percaya, uang dari prestasi yang ia dapat di gulat. Bisa menghidupi keluarganya, bahkan sampai pensiun nanti.

Impian besar Ali adalah meneruskan kedigdayaan Keluarga Syah dan mentas di Olimpiade. Tapi tentu ia realistis. Multi ajang tingkat dunia terlalu jauh dari jangkauannya saat ini.

Maka kini, ia sedang menyiapkan langkah untuk ke sana. Bukan lewat kakinya, tapi lewat sang buah hati kebanggaannya.

“Pokoknya harus jadi pegulat. Mau jual rumah, uang dari mana pun. Akan saya cari agar dia menjadi pegulat. Saya mau cita-cita ke Olimpiade bisa dicapai anak saya. Saya yakin bisa tercapai,” ucapnya penuh optimisme.

Bonus dari Wali Kota

Emas SEA Games yang dia dapat susah payah, kini menjadi keran rezeki yang terus mengalir. Selain mendapat bonus dari negara, pengurus provinsi cabor gulat, dan lainnya. Aliansyah juga mendapat apresiasi dari Pemkot Samarinda.

Di pertemuan antara pemkot dengan para atlet berprestasi pada Jumat 26 Mei malam. Ali turut hadir dan berbincang hangat dengan wali kota.

“Saya berterima kasih sekali kepada Pak Andi Harun telah menyambut kami di rumah jabatan. Dari situ wali kota menyampaikan akan memberikan bonus kepada kami.”

“Cuman nominalnya belum dikasih tahu. Alhamdulillah malam ini kami diberikan dengan nominal yang sama juara Porprov,” pungkasnya.

Biodata Aliansyah

aliansyah
Credit: Kompas

Muhammad Aliansyah. Lahir di Samarinda, 26 september 1991

Prestasi:

– Emas SEA Games Kamboja 2023 (67 kg Romawi Yunani)

– Perak SEA Games Vietnam 2021 (67 kg Romawi Yunani)

– Emas SEA Games Jakarta Palembang 2011 (60 kg Romawi Yunani)

– Perak SEA Games Laos 2009 (60 kg Romawi Yunani)

– Emas PON 2008, 2012, 2016, 2021

– Perunggu Kejuaraan Asia Yunior 2011

(mhn/dra)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.