SEPUTAR KALTIM
Awang Khalik: Kolaborasi Seni dan UMKM Kunci Sukses Festival Budaya Kaltim


Festival budaya di Kalimantan Timur tak hanya jadi panggung pertunjukan seni, tapi juga ruang kolaborasi antara pelaku ekonomi kreatif lokal dan internasional. Ajang ini sukses menarik ribuan penonton dan membuka peluang pemasaran bagi produk-produk khas daerah.
Awang Khalik, Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, menyoroti keberhasilan acara tersebut sebagai momentum penguatan sektor kreatif lokal. Ia menyampaikan hal itu usai festival yang menyedot perhatian delegasi mancanegara hingga masyarakat setempat.
“Penonton sangat antusias, duduk lesehan dengan santai menikmati pertunjukan. Kehadiran peserta dari mancanegara, provinsi lain, hingga sanggar lokal sesuai tema menjadikan Kaltim sebagai hub lintas budaya,” tegas Awang Khalik, Rabu, 11 Juni 2025.
Revitalisasi Seni Lokal dan Inovasi Produk
Menurut Khalik, festival ini menjadi panggung revitalisasi kesenian rakyat seperti Tingkilan, Madihin, dan Tarsul. “Masyarakat kembali menemukan jati diri budaya melalui pertunjukan ini,” ujarnya.
Dari sisi ekonomi kreatif, sejumlah produk unggulan juga ditampilkan. Misalnya, permen Ilat Sapi (lidah sapi) dikemas dengan varian rasa baru seperti coklat dan dibarengi dengan minuman khas Kaltim yang disajikan dalam konsep modern. Selain itu, ada kolaborasi unik yang menarik perhatian, yakni keminting (kerupuk ikan) dan amplang yang dijadikan isian Gudibag, kudapan tradisional yang dikemas menarik, terinspirasi dari permintaan delegasi Korea dan Jepang tahun sebelumnya.
Strategi pemasaran juga diperkuat melalui cara sederhana namun efektif. Produsen diminta mencantumkan nomor kontak pada kemasan produk agar pembeli dapat langsung menghubungi. “Langkah sederhana, tapi berdampak besar untuk pemasaran,” jelas Khalik.
Kebijakan Anggaran dan Dukungan Pelaku Kreatif
Tahun ini, jumlah UMKM peserta dinaikkan dari 12 menjadi 18 setelah dilakukan kalkulasi dampak ekonomi menyeluruh.
“Kami hitung kontribusi mereka ke sektor akomodasi, restoran, transportasi, hingga penyewaan kendaraan di lokasi seperti Watu Beach,” paparnya.
Khalik menegaskan prinsip efisiensi anggaran harus dibarengi dengan perhatian terhadap kesejahteraan pelaku seni.
“Efisiensi bukan berarti tidak membayar artis. Pemerintah harus jadi contoh peningkatan kesejahteraan pelaku kreatif.”
Meski ada penyesuaian besaran insentif — dari Rp10 juta menjadi Rp8 juta per sanggar — pembayaran tetap dilakukan sebagai bentuk apresiasi.
Dukungan Regulasi
Khalik juga menyoroti perubahan kebijakan yang dinilainya positif.
“Alhamdulillah, Kemendagri kini mengizinkan penggunaan akomodasi hotel untuk acara pemerintah. Ini memulihkan semangat penyelenggara dan pelaku usaha.”
Dengan strategi kolaborasi seni-bisnis dan pendekatan berbasis keberlanjutan, festival budaya Kaltim diharapkan menjadi model pengembangan ekonomi kreatif yang bertumpu pada kearifan lokal. (chanz/sty).

-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Bontang Raih Peringkat Pertama Keterbukaan Informasi Publik se-Kaltim 2025
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Lewat Penguatan Demokrasi, Darlis Dorong Masyarakat Samarinda Lebih Kritis dan Aktif
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Bulbak PKH 2025 Resmi Ditutup, Kaltim Perkuat Sektor Peternakan
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Kaltim Catat Lompatan Besar dalam Keterbukaan Informasi Publik 2025
-
NUSANTARA5 hari ago
Program MBG Bantu Anak Kuli Bangunan Dapat Pekerjaan: “Sekarang Bisa Bantu Keluarga”
-
PARIWARA3 hari ago
CustoMAXi Yamaha Makassar 2025, XMAX Motorized Jadi Pusat Perhatian
-
NUSANTARA2 hari ago
Sukses di Palembang, Estafet Pornas Korpri Berlanjut ke Lampung 2027
-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
Sri Wahyuni Soroti Dominasi PPPK dan Tantangan ASN Daerah di Rakernas Korpri 2025