GAYA HIDUP
Cerita Muhammad Riffai, Street Photographer Samarinda dengan Julukan ‘Si Ada di Mana-Mana’: Suka, Duka, dan Cuannya

Di Samarinda, ada seorang anak muda yang menekuni hobi street photography. Namanya Muhammad Riffai. Julukannya adalah fotografer yang ada di mana-mana. Saking sering dan random-nya dia memotret banyak sisi kota dan kehidupannya. Banyak momen suka duka, tapi hal terpentingnya, hobinya kini bisa menjadi sumber rezeki.
Steet photography belakangan menjadi tren di sosial media. Seseorang memoto orang lain secara diam-diam, lalu mendatangi dan menunjukkan hasilnya ke orang yang difoto.
Di Kota Samarinda, Muhammad Riffai adalah satu dari sekian kang motret yang melakoninya. Tapi seperti biasa, supaya beritanya menarik, mari jangan buru-buru ke kisah suksesnya dulu. Kita akan memulai dari bagaimana ia memulainya.
Solo Traveler
Pada tahun 2018, Fai memiliki kegemaran melakukan perjalanan tunggal, alias solo trip ke banyak tempat. Spesifiknya kampung adat di Kaltimantan Timur. Dia bercerita pernah berkelana ke Loa Kulu, Sungai Bawang Kutai Kartanegara, Desa Pampang Samarinda, dan berbagai kampung Dayak lainnya. Masuk ke hutan, hingga bertemu ketua suku adat Dayak pun pernah dilaluinya.
Sambil jalan-jalan, ia mengabadikan banyak tempat dan momen menggunakan kamera, yang ia bawa hasil dari menyewa. Beberapa foto terbaiknya akan ia unggah di sosial media. Sebagai penanda bahwa di suatu waktu, ia pernah terlibat di suatu acara, atau mengunjungi tempat-tempat menarik.
Namun hobi itu tidak berlangsung lama. Dia butuh sesuatu yang lebih ‘besar’ dari aktivitas memotretnya. Dari banyaknya perjalanan itu, ia baru sadar jika kebudayaan bukanlah daftar paling tinggi dari hal-hal yang ia sukai. Selain itu, secara pencapaian, segmentasi penyuka event kebudayaan ternyata tidak besar. Sehingga berpengaruh ke perkembangan karier dan sosial medianya.
Fai merasa ada hal lain yang perlu ia coba dan tekuni. Dan, ya, dia mencoba menjadi foto jalanan alias street photographer.
Mengganti Genre ke Steet Photography
Dasar dari hobi sebelum dan terbarunya sebenarnya sama. Yakni suka jalan-jalan. Bedanya, saat menjadi steet photographer, Fai lebih fokus ‘ngubek-ngubek’ Samarinda. Ruang lingkupnya lebih sempit namun lebih detail.
Ia tak membatasi segmentasi fotonya. Semua hal yang menurutnya menarik saat mengitari kota akan ia foto.
“Sekarang event banyakan konser, event kuliner dan sejenisnya. Pokoknya berbagai event di Samarinda banyak yang saya ikuti,” katanya kepada Kaltim Faktual baru-baru ini.
Ia mengaku merasa sangat nyaman di genre ini. Fai kini sering mendapat foto dari aktivitas atau orang random, lalu mendatangi objek fotonya, menunjukkan hasil jepretannya, dan mendapat banyak reaksi dari sana. Interaksi dari orang tak dikenal itu cukup ia nikmati.
Menikmati Reaksi
Fai mengaku kerap mendapatkan respons yang beragam dari foto candid yang diambilnya. Kebanyakan positif. Karena mayoritas objek fotonya memang para perempuan, yang dikenal suka difoto.
“Kadang ada yang bilang ‘ih kok bagus’, atau dengan respons ‘ih kok lucu’, pada seneng sih kebanyakan.”
“Tapi ada juga yang enggak suka. Biasanya yang berpasangan, saya foto ceweknya, orangnya oke aja, tapi cowoknya yang posesif malah marah.”
“Bahkan saya pernah dispam telpon dan WhatsApp, minta hapus foto cewenya,” cerita Fai mengingat momen itu.
Setiap gambar yang diambil, selalu sampai ke orangnya. Beberapa yang dapat izin, diunggah ke media sosial Instagram Fai sebagai portofolio dan konten yang menarik. Kalau tidak setuju hanya dikirimkan filenya.
“Ada juga yang aku udah tahu orangnya tapi enggak aku kasih lihat. Tiba-tiba aku posting, orangnya kaget. Tapi seneng,” tambahnya sambil tertawa.
Menurut Fai, setiap objek fotonya tak harus cantik. Syaratnya hanya berpenampilan menarik, tapi ini relatif, tak ada tolok ukur khusunya. Tidak harus photogenic, bisa juga kalau outfitnya unik.
Perjalanan Bersama Kamera
Pria berusia 31 tahun itu, mengaku menyenangi perjalanan bersama kameranya. Karena ia bisa menemukan beragam hal menarik. Lebih pede buat ketemu orang baru dan berkenalan. Menambah relasi.
Setelah 2 tahun menjalani hobi sebagai solo trip bersama kamera sewaan. Fai kemudian bisa membeli kamera sendiri. Kamera pertamanya di tahun 2020 hasil dari menabungnya.
Ketika itu, ia menjalani fotografer sebagai pekerjaan sampingan. Di hari kerja dia kerja seperti biasa, di akhir pekan baru dia mengunjungi banyak tempat untuk hunting foto.
“Sering ketemu momen lucu, momen kumpul sama temen, momen anak dan orang tua, bisa lihat sisi lain kehidupan.”
Dikenal Banyak Orang
Selain event, Fai kerap nongkrong di kafe dan di pusat perbelanjaan (mal) di Samarinda. Mulai dari coffe n co, Mal City Centrum, terkadang di Mal SCP area sekitar KKV.
Saking banyaknya kenalan dengan orang baru. Fai kerap disapa saat sedang nongkrong. Sering bertemu dengan orang yang pernah ditemui atau dipotretnya. Sampai dijuluki ‘Fotografer yang Suka Ada di Mana-Mana’.
Pria yang lahir dan besar di Planet Bekasi itu, baru bermukim di Samarinda tahun 2014. Lalu bekerja dan part time fotografer. Tak punya basic foto, Fai belajar secara otodidak dan pengalamannya di lapangan yang terasah.
Dari Senang Jadi Cuan
Fai awalnya tak suka foto. Tak sengaja pengin punya dokumetasi dari solo tripnya. Eh ternyata enjoy dan nagih. Lalu berlanjut ditekuninya. Kini Fai kerap dapat cuan dari hobinya itu.
Tahun lalu, momen Fai dapat job pertama. Event ulang tahun anak-anak. Berbagai porfotolio yang diunggahnya di media sosial, jadi daya tarik penyelenggara event lain untuk memanggilnya. Dapat job berikutnya.
“Eh ternyata jadi cuan. Awal fee Rp300-400 ribu. Coba saya posting, baru ada yang DM ada yang Whatsapp. Ada juga yang dari mulut ke mulut,” akunya.
Fai kini telah memakai kamera yang lebih profesional. Kamera yang beru dibeli pada 2022, kamera keduanya. Selain menunjang hobi, juga menunjang pekerjaannya.
Karena hasilnya lumayan, Fai pun punya rencana untuk menjadi full time photographer. Pengin mengisi studio milik teman, sembari merajut mimpi memiliki studio sendiri suatu saat.
Meski begitu, Fai begitu menikmati dinamika sebagai fotografer. Karena bekerja dengan hobi, jadi kesenangan tersendiri. Tidak punya tekanan, juga jam kerja yang fleksibel. Hal yang diimpikannya.
“Momen kan sudah terjadi gabisa kita ulang, nggak bisa juga cuma disimpan di kepala. Jadi disimpan lewat gambar ingat lagi,” pungkasnya. (ens/dra)
-
BALIKPAPAN4 hari ago
Hingga Mei 2025, BPJS Ketenagakerjaan Balikpapan Bayarkan Rp211 Miliar Klaim JHT
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Dishub Kaltim Pastikan Operator Ojol Terapkan Tarif Sesuai Pergub 2023, Maxim Siap Patuhi Aturan
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Darlis Pattalongi: Ijazah PAUD Bukan Syarat Mutlak Masuk SD di Kaltim
-
SAMARINDA2 hari ago
BRIDA Kaltim Petakan Daya Dukung Wilayah untuk Dukung Pembangunan IKN
-
NUSANTARA4 hari ago
PMI di Korsel Meninggal Akibat Kecelakaan Kerja, Pemerintah Bawa Pulang Jenazah dan Beri Santunan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
-
SAMARINDA3 hari ago
Kepala SMA 10 Samarinda Diberhentikan Sementara, Pertanyakan Kewenangan Plt Disdikbud
-
SAMARINDA3 hari ago
Guru Senior Terkejut Ditunjuk Jadi Plt Kepala SMAN 10 Samarinda
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Dishub Kaltim Larang Angkutan Alat Berat 8 Ton Lewat Jalan Umum, Wajib Manfaatkan Sungai