SEPUTAR KALTIM
Kearifan Lokal Jadi Kunci Pencegahan Konflik Sosial di Kaltim
Keberagaman suku, etnis, budaya, dan agama di Kaltim bisa menjadi salah satu indikator konflik sosial. Konflik sosial ini bisa dicegah melalui peningkatan kapasitas masyarakat menggunakan kearifan lokal.
Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekprov Kaltim, M Syirajudin membuka secara resmi kegiatan Sarasehan Kearifan Lokal Tahun 2024 yang dilaksanakan di Platinum Hotel dan Convention Hall, Selasa 9 Juli 2024.
Kegiatan ini dihadiri oleh 50 peserta dari Dinas Sosial, perwakilan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat dari kabupaten/kota se-Kaltim.
Dalam sambutannya, Syirajudin menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dengan populasi besar dan beragam suku, etnis, budaya, serta agama, memiliki kekayaan yang luar biasa.
Namun, keberagaman ini juga rentan terhadap potensi konflik sosial jika masyarakat belum mampu menyikapi perbedaan tersebut dengan bijak.
Salah satu indikator daerah rawan konflik sosial adalah mobilitas sosial yang tidak terkendali, masalah sosial kronis, serta menguatnya anomali dan primordialisme berbasis sentimen sosial sempit.
Faktor-faktor ini dapat memicu transformasi sosial yang signifikan dan menimbulkan konflik.
Apalagi saat ini, Kaltim sebagai Ibu Kota Negara (IKN) perlu perhatian khusus untuk menghadapi potensi konflik sosial.
Kehadiran masyarakat dari luar Kaltim dengan berbagai kepentingan bisa memicu gesekan dan konflik sosial.
Oleh karena itu, penanganan konflik sosial harus terus dikembangkan, tidak hanya melalui rekontruksi sosial setelah bencana, tetapi juga dengan pencegahan melalui peningkatan kapasitas masyarakat menggunakan kearifan lokal.
Sarasehan Penguatan Kearifan Lokal Tahun 2024 ini mengusung tema “Memelihara Kearifan Lokal sebagai Penyangga Keserasian Sosial dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Menuju IKN Sejahtera dan Damai”.
Kearifan lokal yang mengandung nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan sikap keteladanan dianggap sebagai media yang tepat untuk mencegah disintegrasi sosial.
Diharapkan, dengan kearifan lokal sebagai penyangga, masyarakat dapat menyadari pentingnya menjaga tatanan sosial yang harmonis. Hal ini juga diharapkan dapat mencegah bencana, menyelesaikan masalah lokal, menghindari disintegrasi sosial, serta memperkuat adaptasi sosial.
Mencegah konflik sosial tentu saja harus melibatkan peran seluruh elemen masyarakat, khususnya pemuda dan tokoh masyarakat, dalam menangkal radikalisme akibat doktrin dan ideologi yang keliru.
Dengan optimalisasi peran pemuda dan tokoh masyarakat, diharapkan konflik sosial dapat diminimalisir dan radikalisme dapat ditangkal, menyongsong Kaltim sebagai Ibu Kota Negara. (rw)
-
SEPUTAR KALTIM2 hari agoPenambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Ditangkap: Pemerintah Perkuat Pengamanan Kawasan Konservasi
-
NUSANTARA3 hari agoAktivitas Buzzer Kini Jadi Sebuah Industri yang Terorganisir
-
SEPUTAR KALTIM2 hari agoBMKG Peringatkan Potensi Rob dan Curah Hujan Tinggi di Kalimantan Timur Akhir 2025
-
NUSANTARA3 hari agoMAXi “Turbo” Experience, Touring Tasikmalaya dan Eksplorasi Pantai Selatan Wilayah Cipatujah
-
GAYA HIDUP6 jam ago7 Tips Resolusi Tahun Baru 2026 Biar Nggak Jadi Sekadar Janji Manis, tapi Beneran Jalan Sampai Desember Lagi
-
GAYA HIDUP4 jam agoPengen Hobi Baru Sekaligus Jadi Cuan di Tahun Depan? Kamu Bisa Coba ini

