GAYA HIDUP
LARAS Foundation: Jangan Sembunyi! TBC Dapat Disembuhkan

LARAS Foundation mengajak semua masyarakat berhenti memberi stigma buruk pada penderita TBC. Yang membuat mereka ‘sembunyi’ dan enggan berobat. Padahal, penyakit ini dapat disembuhkan jika rutin berobat.
Penderita tuberculosis (TB) atau yang lazin disebut TBC, seringkali digambarkan sebagai sosok yang kurus kering, pucat pasi, dan lemah lunglai. Mereka sering dianggap sebagai orang-orang yang tidak bisa disembuhkan, sehingga masyarakat pun enggan untuk mendekati mereka.
Stigma ini tentu saja sangat menyengsarakan bagi para penderita TBC. Mereka merasa dikucilkan dan ditolak oleh masyarakat. Hal ini dapat memperburuk kondisi fisik dan mental mereka.
Direktur Yayasan Lembaga Advokasi dan Rehabilitasi Sosial (LARAS) Foundation Andi Muhammad Aslam mengungkapkan. Stigma buruk itu telah berdampak pada tingginya jumlah penderita TB di Indonesia.
“Indonesia menempati posisi ke-2 kasus TBC terbanyak di dunia (setelah India) dengan kasus sebanyak 724.309 (estimasi 969.000 kasus) dan kematian sebanyak 144.000,” ungkapnya, Jumat 15 Desember 2023.
Oleh karenanya, peran semua orang untuk membuang stigma buruk soal penyakit TBC. Bisa meningkatkan moril para penderita. Dan memiliki kepercayaan diri untuk melakukan pengobatan medis. Karena pada dasarnya, penyakit ini bisa disembuhkan.
“Masyarakat itu sudah takut duluan dengan gambaran semenakutkan itu, orang-orang jadi bersembunyi dan tidak bisa secara maksimal menerima pengobatan sampai bisa disembuhkan,” lanjut Andi.
“TBC itu bisa disembuhkan, asalkan penderitanya mau memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan mengikuti pengobatan secara teratur selama 6 bulan,” imbuhnya.
Kata Andi, TBC tidaklah semenyeramkan Covid-19. Sehingga gejalanya tidak seberat wabah asal China tersebut.
Terlebih, Pemprov Kaltim beserta semua kabupaten/kota di Bumi Etam telah menyediakan layanan kesehatan khusus penderita TBC. Selama 6 bulan penuh secara gratis.
Tim medis juga akan melakukan pemeriksaan, pengobatan rutin, hingga pendampingan pada penderita. Namun fasilitas ini tidak akan berarti apa-apa jika penderita sembunyi, ogah ke rumah sakit, atau lebih memilih pengobatan alternatif.
“Kami harap masyarakat tidak lagi hanya mendiagnosis diri sendiri dan membeli obat sembarangan tanpa petunjuk dari dokter. Ini juga mempengaruhi masih banyaknya kasus TBC di Indonesia,” pungkasnya. (dmy/fth)

-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
Pemprov Kaltim Targetkan 367 SPPG, Perluas Program Makanan Bergizi Gratis
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Diskominfo Kaltim Gelar Coaching JIGD, Perkuat Implementasi Satu Data Indonesia
-
SOSOK2 hari ago
Firda Arrum, Putri Berau yang Membawa Baki Sang Saka di HUT ke-80 RI Kaltim
-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
Marching Band Meriahkan HUT ke-80 RI di Samarinda, DDC Suguhkan Tribute to Ismail Marzuki
-
PARIWARA1 hari ago
Konsistensi Pembinaan Yamaha Racing Indonesia, Arai Agaska Ikut Yamaha BLU CRU Master Camp di Spanyol
-
NUSANTARA2 hari ago
KI Pusat Resmi Kick-Off Monev Keterbukaan Informasi Publik 2025
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
DWP Kaltim Gelar Seminar Busana Tradisional Kutai, Dorong Pelestarian Budaya Lokal
-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
HUT ke-80 RI di Kaltim, Sang Saka Berkibar Khidmat di Gelora Kadrie Oening