Connect with us

SAMARINDA

Samarinda; Kota Penyangga IKN yang Air PDAM-nya Belum Rata

Diterbitkan

pada

samarinda
Ilustrasi: beberapa kawasan Loa Bakung Samarinda hingga saat ini belum mendapat jatah air bersih dari PDAM. (Wikipedia)

Legislator Kaltim Rusman Ya’qub merasa prihatin karena belum semua warga Samarinda mendapat akses air bersih dari PDAM. Padahal berada di kawasan ibu kota provinsi dan tak lama lagi jadi penyangga IKN.

Keprihatinan ini diungkapkan Rusman Ya’qub saat mengunjungi Perumahan Bumi Citra Lestari (BCL), Jalan Jakarta, Loa Bakung, Samarinda. Pasalnya sampai saat ini, warga setempat belum mendapat akses air bersih dari PDAM.

“Padahal jika melihat posisinya tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan. Sehingga hal ini paradoks di tengah gencarnya provinsi mempersiapkan diri sebagai penyangga utama IKN,” ungkap Rusman Ya’qub, Rabu, mengutip dari Antara.

Ya, Perum BCL memang tak terlalu pelosok. Jaraknya berkisar 5 kilometer dari gedung DPRD Kaltim. Beberapa kantor pemerintahan dan pusat ekonomi. Bahkan masih tergolong dekat dari sumber air Samarinda, Sungai Mahakam.

Maka untuk mendapat air bersih, warga setempat terpaksa membeli air bersih dari pedagang air keliling. Yang tentu harganya sangat jauh dari tarif air PDAM.

Tak hanya kesulitan air, warga Kawasan Jakarta masih harus berhadapan dengan masalah penerangan jalan hingga kondisi jalan yang tidak memadai.

Mengenai aksesibilitas, Rusman bilang ini bakal berpengaruh pada banyak aspek. Mulai dari terganggunya mobilisasi warga, menghambat roda ekonomi, sampai ke masalah keselamatan warga.

“Kemudian hal yang dikhawatirkan dengan kondisi jalan warga yang rusak tersebut, jika ada hal- hal mendesak seperti sakit atau ibu yang mau melahirkan akan kesulitan mengevakuasi secara cepat,” kata Rusman.

Seorang warga bernama Deni mengatakan. Sebenarnya di daerah situ ada kolam atau semacam empang. Yang kerap dijadikan tumpuan kebutuhan air masyarakat. Tapi lagi-lagi, kondisinya tidak begitu layak. Sehingga hanya digunakan untuk mandi, cuci, kakus saja.

“Kondisi airnya keruh, kalau digunakan untuk fasilitas mandi, harus diendapkan dulu, bahkan menggunakan obat air, sehingga biaya operasional untuk air justru semakin besar.”

“Oleh karena itu kami memohon agar pemerintah memperhatikan kondisi yang dialami warga perumahan BCL,” keluh Deni.

Kembali ke Rusman Ya’qub, dia mengaku akan membawa persoalan ini ke meja parlemen. Untuk nantinya dikoordinasikan dengan dinas terkait.

“Saya merasa kehadiran di sini membuka hal yang betul-betul menginspirasi. Bahwa ada jalan lingkungan rusak, serta jalan akses masuk tidak memadai, yang semestinya di tengah kota, apalagi ibu kota provinsi,  tidak ada kondisi seperti ini,” pungkas Rusman. (dra)

Bagikan

advertising

POPULER

Exit mobile version
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.