PARIWARA
Himapsi Unmul Gelar Edukasi Parenting: Pentingnya Edukasi Seks ke Anak, lewat Psychology Workshop

Himapsi Unmul menggelar Phychology Workshop bersama dokter anak dan psikolog. Untuk memahamkan banyak orang, kalau edukasi seks terhadap anak itu penting dan tidak tabu. Lewat cara yang menarik dengan tambahan materi simulasi.
Melihat tingginya tren kasus kekerasan seksual terhadap anak yang tersuarakan di media. Bahkan berdasarkan data teranyar, yang terlapor bisa mencapai 3 ribu lebih kasus. Bahkan angkanya terus meningkat.
Di sisi lain, anak belum memiliki bekal sebagai pertahanan dan keselamatan diri. Sementara selama ini edukasi seks terhadap anak masih minim bahkan dianggap tabu. Ditambah kurang konoetennya orang tua dan para guru terhadap edukasi seks.
Berangkat dari sana, Himpunan Mahasiswa Psikologi (Himapsi) Universitas Mulawarman (Unmul) mengadakan kegiatan Workshop Psikologi. Tujuannya untuk memahamkan para orang tua mengenai pentingnya pendidikan seks kepada anak.
Lewat Psychology Workshop bertajuk Edukasi Sex ke Anak Tabu Gak Ya? Diselenggarakan di gedung I-Lab Unmul pada Sabtu, 25 Mei 2024. Bersama dua pemateri yang kompeten di bidangnya.
Ada seorang Dokter Anak dr. Diane Meytha Supit. Dan seorang psikolog Rizqi Syafrina. Keduanya memberikan pesan bahwa pendidikan seks harus dilakukan sedini mungkin. Beserta beberapa tips yang aplikatif.
Workshop dihadiri sekitar 40 orang dari mahasiswa dan umum. Sebagian peserta merupakan kalangan ibu-ibu yang pengin belajar parenting. Selain pemaparan materi ada sesi praktik atau simulasi ringan.
Tujuan Psychology Workshop
Ketua Panitia Psychology Workshop Salwa Azzahra Rahmadani menyebut acaranya sudah berjalan sejak pascapandemi. Sejak 2022 hingga tahun ini yang ke-3 kalinya. Membawa tema yang berbeda setiap tahunnya.
“Biasanya kami menyasar mahasiswa, kali ini lebih ke umum. Karena ilmunya soal parenting,” jelasnya kepada Kaltim Faktual Sabtu, 25 Mei 2024.
Dari workshop ini Salwa berharap para peserta bisa menerapkan edukasi seks terhadap anak sedini mungkin. Dengan cara dan tahapan yang disesuaikan dengan usia anak. Bahkan bisa dilakukan sejak bayi.
Sehingga para anak semakin paham akan batasan tubuhnya. Bagian yang boleh dan tidak oleh orang asing. Juga bagian tubuh yang boleh dan tidak disentuh oleh orang lain. Punya bekal menjaga dirinya.
“Sangat besar sih komitmen kami dalam terus melakukan edukasi terhadap segala isu yang berkembang dan berkaitan dengan psikologi. Karena itu menjadi tanggung jawab kamu juga,” tambahnya.
Salwa berharap angka kekerasan terhadap anak bisa ditekan dan para generasi mendatang bisa menjadi generasi yang berkualitas. (ens/dra)

-
SAMARINDA4 hari ago
BRIDA Kaltim Petakan Daya Dukung Wilayah untuk Dukung Pembangunan IKN
-
SAMARINDA4 hari ago
Guru Senior Terkejut Ditunjuk Jadi Plt Kepala SMAN 10 Samarinda
-
SAMARINDA4 hari ago
Kepala SMA 10 Samarinda Diberhentikan Sementara, Pertanyakan Kewenangan Plt Disdikbud
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Ratusan PPPK Kaltim Tandatangani SPK, BKD Tegaskan Komitmen Kinerja
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Dishub Kaltim Larang Angkutan Alat Berat 8 Ton Lewat Jalan Umum, Wajib Manfaatkan Sungai
-
SAMARINDA3 hari ago
Kepala SMA N 10 Samarinda Dicopot, Disdikbud Ungkap Pelanggaran Prosedur dan Mobilisasi Dukungan Militer
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Pemprov Kaltim Tambah Jabatan dan Ubah Jadwal Seleksi Direksi BUMD 2025
-
SAMARINDA3 hari ago
Mediasi Malpraktik RSHD Samarinda Gagal, Dokter dan Pasien Bersikukuh pada Klaim Masing-masing