SAMARINDA
Prof Susilo Nilai Sekolah Terpadu Samarinda Picu Kesenjangan Pendidikan: Seharusnya Fokus Pemerataan

Rencana Pemkot Samarinda membangun sekolah terpadu dinilai berpotensi menimbulkan kesenjangan. Guru Besar FKIP Unmul Prof Susilo menilai lebih baik jika fokus pemerataan, tapi jika itu sebagai sekolah percontohan, oke-oke saja.
Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda kini sedang membangun sekolah terpadu bertaraf internasional. Nantinya akan ada 3 tingkatan sekolah sekaligus; dari SD, SMP, hingga SMA berada dalam 1 kawasan.
Pemkot tidak membangun sekolah itu di lahan kosong. Melainkan mengembangkan sekolah yang sudah ada. Dan sekolah yang beruntung itu adalah SMPN 16 yang terletak di Jalan Jakarta, Loa Bakung.
Saat ini sedang dalam tahap pembangunan fisik. Sementara konsep pembelajaran dan kurikulumnya sedang dibahas. Rencananya sekolah terpadu ini akan dibuat berbeda dengan sekolah pada umumnya.
Digadang jadi sekolah unggulan di Samarinda. Siswa dan gurunya terbatas dan mengikuti seleksi ketat. Lalu memberlakukan 2 bahasa. Bahasa Indonesia dan Inggris. Termasuk juga kurikulumnya, menggunakan perpaduan antara Merdeka Belajar dan Cambridge.
Tanggapan Prof Susilo
Guru Besar FKIP Unmul Prof Susilo menilai jika pemkot hanya membangun satu sekolah dengan model yang berbeda, itu akan menimbulkan kesenjangan dalam pendidikan. Terlebih tidak sesuai dengan semangat pemerataan yang saat ini diusung.
Jika menilik ke belakang, Indonesia sempat memiliki Sekolah Berstandar Internasional (SBI) ataupun ritisannya di berbagai daerah. Namun kemudian statusnya dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK).
“Karena saat itu, branding-nya menjadi sekolah eksklusif, yang bisa masuk, hanya dengan biaya yang tinggi. Itu bertentangan dengan sasaran strategis dari Kementerian, yaitu pemerataan,” jelas Susilo ketika dihubungi belum lama ini.
“Maka ketika itu terjadi pada pemerintahan daerah, harus dikaji ulang,” sambungnya.
Kalau untuk Percontohan, Bagus Saja
Susilo menyayangkan, jika nantinya sekolah unggulan yang dirancang pemkot ini justru kemudian menjadi rujukan masyarakat kelas atas untuk menempuh pendidikan. Sangat bertentangan dengan nilai pemerataan tadi.
Akan tetapi, jika sekolah itu dijadikan percontohan, lalu diterapkan pada seluruh sekolah di Samarinda, itu akan lebih baik. Terutama menyamakan kualitas pendidikan di pelosok dengan di wilayah kota.
“Entah dari kualitas atau gedungnya. Jadi sistem zonasi juga menjadi tidak terlalu bermasalah lagi karena anak-anak tidak lagi memilih-milih sekolah. Karena semuanya sudah sama.”
Dalam hal ini, Prof Susilo mendorong pemkot untuk membawa semangat pemerataan tersebut. Sebab, dengan ketidakmerataan pendidikan saat ini lah yang membuat sistem zonasi menjadi bermasalah. Masih banyak yang ingin sekolah di kota.
“Kalau hanya satu (unggulan) menurut saya bisa jadi masalah, untuk daerah kota saya kira tidak usah. Untuk yang dipinggiran harus dipoles semua dulu. Jangan Hanya satu kemudian jor-joran itu tidak sesuai dengan semangat pemerataan pendidikan tadi,” kata Susilo.
Pemerataan Pendidikan Adalah Keniscayaan
Meski pemerataan pendidikan unggulan itu memang tidak mudah, namun bisa dikerjakan pelan-pelan. Mengingat Samarinda masih punya banyak PR. Mulai dari SDM, kesamaan kualitas, daya tampung, dan masih banyak lagi.
“Kalau untuk piloting tidak apa-apa, tapi harus segera dibuat perencanaan untuk yang lain sehingga ada semacam terasering, sehingga nanti jadi rata. Memang tidak bisa rata semua, tapi berusaha.”
“Tapi saya lebih memilih untuk langsung pemerataan saja, cari program yang memang meratakan pendidikan, cari kualitas gurunya dari sisi fasilitasnya diratakan. Jadi disebar tidak usah difokuskan, itu wali kota akan berprestasi betul jika seperti itu,” pungkasnya. (ens/fth)


-
BALIKPAPAN4 hari ago
Hingga Mei 2025, BPJS Ketenagakerjaan Balikpapan Bayarkan Rp211 Miliar Klaim JHT
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Dishub Kaltim Pastikan Operator Ojol Terapkan Tarif Sesuai Pergub 2023, Maxim Siap Patuhi Aturan
-
SAMARINDA5 hari ago
Samarinda Buka Kuota Tambahan Sekolah Rakyat, Pendaftaran Hanya 2 Hari!
-
NUSANTARA3 hari ago
PMI di Korsel Meninggal Akibat Kecelakaan Kerja, Pemerintah Bawa Pulang Jenazah dan Beri Santunan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Darlis Pattalongi: Ijazah PAUD Bukan Syarat Mutlak Masuk SD di Kaltim
-
SAMARINDA2 hari ago
Kepala SMA 10 Samarinda Diberhentikan Sementara, Pertanyakan Kewenangan Plt Disdikbud
-
SAMARINDA2 hari ago
Guru Senior Terkejut Ditunjuk Jadi Plt Kepala SMAN 10 Samarinda
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Gubernur Kaltim Minta BUMD Perkuat Peran dalam Peningkatan PAD melalui Sektor Tambang dan Migas