Connect with us

HIBURAN

3 Rangkaian Ritual Adat Hudoq Digelar di Samarinda, Catat Tanggal dan Tempatnya!

Diterbitkan

pada

Tarian hudoq khas Dayak Bahau Busang. (koerang tidoer)

Ritual adat hudoq, yang terangkai pada Hudoq Tahari, Hudoq Kawit, dan Hudoq Pakoq di Kota Samarinda akan kembali digelar. Pada akhir Oktober dan awal November. Catat tempat dan tanggalnya! Masyarakat umum boleh hadir.

Kota Samarinda merupakan kawasan perkotaan dengan keberagaman di dalamnya. Sebab beragam suku di Indonesia menjadi bermukim di kota ini. Sehingga warga di Kota Samarinda banyak merupakan pendatang.

Meski begitu, kebudayaan dan ritual adat di Samarinda tak luntur begitu saja. Terutama bagi masyarakat asli Kalimantan, suku Dayak. Beragam ritual adat dan budaya masih mudah ditemui dan jadi daya tarik tersendiri.

Misalnya saja ritual adat hudoq yang masih rutin dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Bahau di Samarinda. Ritual adat hudoq sendiri merupakan tarian yang melambangkan rasa syukur atas hasil pertanian yang melimpah.

Biasanya ritual hudoq menggunakan topeng dan juga kostum khusus yang memiliki makna tersendiri. Hudoq biasanya dipertunjukkan di area lapangan yang luas dan terbuka. Dengan para penari yang bergerak di dalam lingkaran.

Pertunjukan Hudoq di Samarinda

Di Samarinda, acara tahunan ini akan kembali digelar pada tahun 2024. Dengan 3 rangkaian hudoq, yakni Hudoq Tahari, Hudoq Kawit, dan Hudoq Pakoq. Diselenggarakan setiap Sabtu di 3 pekan berturut-turut.

Baca juga:   Kasus Gondongan di Balikpapan dan Samarinda Tertinggi di Kaltim, Dinkes Minta Penderita Lakukan Penyembuhan Mandiri

Hudoq Tahari akan digelar pekan ini, pada 26 November. Lalu dilanjutkan Hudoq Kawit pada 2 November, dan terakhir Hudoq Pakoq pada 9 November. Ketiga rangkaian upacara adat akan digelar di Amin Ayaaq Syahrie Jaang, Jl Batu Cermin, Sempaja Utara.

Makna Tarian Hudoq

Bagi masyarakat Dayak Bahau yang bermukim di Samarinda, hudoq sangat penting. Selain sebagai ungkapan syukur, juga merupakan tarian magis untuk mengusir hama dan roh-roh jahat menjauh dari hasil panen mereka.

Ketua Sanggar Seni Apo Lagaan sekaligus Sekretaris POKJA Hudoq Kawit Samarinda Arnoldus Jansen Kuleh menjelaskan kalau Hudoq Tahari merupakan hudoq pertama sebagai pembuka.

“Lalu di lanjutkan Hudoq Kawit sebagai puncak acara ritual adat dan Hudoq Pakoq sebagai penutup,” jelasnya kepada Kaltim Faktual Kamis, 24 Oktober 2024.

Kuleh menerangkan, masyarakat umum boleh hadir manyaksikan ataupun ikut terlibat dalam ritual. Katanya, sangat terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. Baik warga suku Dayak, maupun suku lain di Samarinda.

Baca juga:   Kelurahan Pampang akan Menjadi Lokasi Simulasi Pencoblosan Pilkada 2024 oleh KPU Kota Samarinda

“Sangat boleh, secara adat dapat dipahami sebagai rasa syukur dan terima kasih kami kepada alam dan Sang Pencipta yaitu Ame Tinge (Tuhan yang Maha Esa) sebagai orang Dayak Bahau Busaang karena telah melaksanakan Nugal (Tanam padi).”

Ritual adat Hudoq Kawit di Kota Samarinda ini telah rutin di laksanakan sejak tahun 2012 dan sampai saat ini. Bahkan akan terus digelar pada tahun-tahun berikutnya. Sebab hudoq masih satu bagian dengan adat perladangan.

“Yang mana orang Bahau di manapun berada pasti membuat ladang dan ini salah satu usaha pelestarian adat dan budaya yang tetap kami usahakan kelestariannya.”

Lebih dari Sekadar Tontonan

Bagi Kuleh dan seluruh masyarakat adat Dayak Bahau, hudoq yang dilaksanakan di Samarinda ini bukan semata-mata acara biasa, namun ada pesan yang ingin di sampaikan. Yakni hudoq ini merupakan warisan budaya yang patut dijaga dan dilestarikan.

Upacara adat hudoq pun juga bukan sekadar acara biasa memakai topeng-topengan yang dapat ditarikan sembarangan. Tapi bagi Kuleh, hudoq ini merupakan ritual adat yang sakral dan sarat makna bagi seluruh manusia.

Baca juga:   Plt Wali Kota Samarinda Cek Kesiapan Pilkada 2024, Pastikan Jaga Kondusifitas Jelang Pemilihan

Bahkan ketika masyarakat Dayak Bahau telah banyak yang hidup dan bekerja hidup bekerja atau melanjutkan pendidikan di kota. Namun masyarakat masih melestarikan kearifan lokal. Untuk merawat kenangan kampung halaman.

“Karena dalam setiap Baraaq (doa yang disampaikan tetua adat) merupakan permohonan agar kehidupan mahkluk di bumi ini selalu terjaga, terawat, dan sejahtera.”

Kuleh berharap masyarakat saat ini tidak larut dan terbawa arus pada budaya-budaya asing. Dan masih memiliki ketertarikan ke budaya lokal sendiri yang masih besar potensinya. Adapun teknologi bukan musuh dari adat.

Malahan, bagus jika mampu memanfaatkan teknologi saat kni untuk mempromosikan dan menginformasikan hudoq kepada generasi saat ini. Sehingga budaya lokal tak kehilangan pamornya hingga generasi mendatang.

“Adat dan budaya juga dapat memajukan perekomian masyarakat sekitar dan pariwisata. Melalui teknologi dapat menarik minat wisatawan asing maupun nasional,” pungkasnya. (ens/fth)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.