Connect with us

OLAHRAGA

Kei Hirose Mendadak Disanksi, Borneo FC: Ini Penzaliman!

Diterbitkan

pada

KEI HIROSE
Kei Hirose melakukan pelanggaran keras pada bek Persebaya. (NET)

Manajemen Borneo FC Samarinda kaget. Kei Hirose mendadak dapat saksi dari Komdis PSSI. Dua hari jelang laga lawan Persis. Keputusan ini dianggap Borneo FC sebagai bentuk penzaliman dan semena-mena.

Borneo FC Samarinda dipastikan tidak bisa memainkan dua penggawa asingnya saat menjamu Persis Solo, Minggu petang. Javlon Guseynov absen karena suspensi kartu merah yang ia dapatkan di laga lawan Dewa United.

Satu pemain asing lainnya yang harus absen adalah gelandang Kei Hirose. Pemain asal Jepang itu dihukum larangan 1 kali bertanding dan denda Rp 10 juta oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI.

Manajer Borneo FC, Dandri Dauri menyurahkan keberatannya melalui konferensi pers pada Sabtu (27/8/22) sore. Secara umum, manajemen Pesut Etam kecewa atas kinerja Komdis PSSI. Yang dianggap tidak memutuskan perkara sesuai fakta di lapangan.

Kronologi

Pada tanggal 19 Agustus 2022. Borneo FC Samarinda menjamu Persebaya dalam lanjutan BRI Liga 1 musim 2022/2023. Laga itu berkesudahan 2-1 untuk kemenangan tuan rumah.

Ada satu insiden yang menjadi kontroversi di laga itu. Pada menit ke-15. Kei Hirose melakukan pelanggaran pada bek kanan Persebaya, Koko Ari. Wasit Sance Lawita kemudian memberi Kei kartu kuning. Pertandingan berlanjut, sementara Koko harus ditandu keluar lapangan dan langsung digantikan karena tak sanggup berdiri lagi.

Kedua klub sepakat tindakan Kei itu sangat berbahaya. Namun masih menjadi perdebatan. Apakah pelanggaran itu ada unsur kesengajaan atau tidak dari pemain bernomor punggung 8 itu.

Beberapa jam usai insiden, Kei mendatangi Koko secara personal. Kei meminta maaf sekaligus memastikan kondisi Koko. Nama terakhir memaafkan apa yang dilakukan Kei.

Baca juga:   Hari Ini, Borneo FC Persiapkan Taktik Lawan Persebaya

Tanggal 21 Agustus, wasit Sance Lawita mendapat hukuman 8 kali tak boleh memimpin pertandingan. Imbas keputusan pada insiden Kei Hirose tersebut.

Tanggal 24 Agustus 2022, Komdis PSSI melakukan sidang atas kejadian itu. Sidang dihadiri oleh Ketua Komdis PSSI Irjen Pol (purn) Erwin TPL Tobing, wakil ketua Eko Hendro Prasetyo, serta 3 anggota yakni Kairul Anwar, Umar Husin, dan Aji Riduan Mas.

Fakta dan pertimbangan hukum yang tertulis dalam SK bernomor 026/L1/SK/KD-PSSI/VIII/2022. Kei didakwa melanggar Kode Disiplin PSSI karena melakukan tindakan tidak suportif dan tidak fair play melakukan gerakan menendang lawan. Serta diperkuat dengan bukti-bukti yang cukup untuk menegaskan terjadinya pelanggan kode disiplin.

Atas hal itu, Kei diputuskan mendapatkan 3 poin sanksi. Larangan bertanding 1 pertandingan, denda Rp 10 juta, serta akan mendapat sanksi yang lebih berat jika terbukti mengulangi pelanggaran kode disiplin serupa.

Masih ujar SK tersebut, pemain dan klub yang dimaksud tidak bisa mengajukan banding atas keputusan yang dibuat. Sesuai dengan Pasal 119 Kode Disiplin PSSI.

Berdasar pengakuan Dandri Dauri, SK tersebut baru dikirimkan dua hari sejak saksi ditetapkan. Yakni pada tanggal 26 Agustus 2022. Jam 6 pagi Wita.

Tanggapan Klub

Manajer Dandri Dauri menggelar konferensi pers. Ia mewakili Borneo FC menyesalkan keputusan tersebut. Lantaran sidang dianggap tidak melalui proses penyidikan langsung pada pihak-pihak yang terkait. Melainkan dari rekaman video pertandingan semata.

Baca juga:   Persis Lagi Ngeri, Borneo FC akan Hati-Hati

Di lain sisi, pemain Persis Solo Fernando Rodriguez lolos dari sanksi. Atas insiden menit ke-88 pada laga kontra Madura United, 23 Agustus lalu.

Saat itu, Fernando yang sedang menguasai bola. Mendapat tekel dari Novan Sasongko.

Tekel keras Novan membuat Fernando Rodriguez terjatuh. Sebelum keduanya terjerungkup ke tanah, Fernando tampak dalam tayangan ulang televisi. Menendang kepala Novan. Baik tekel yang dilakukan Novan dan tendangan Fernando ke kepala pemain Madura United itu. Tidak dianggap sebagai pelanggan oleh pengadil pertandingan yang bertugas.

Adanya dua kasus identik di waktu yang berdekatan. Namun hanya Kei yang dijatuhi sanksi sementara Fernando tidak. Dianggap Dandri sebagai suatu tindakan yang kurang adil.

Pernyataan Dandri Dauri

“Skorsing yang diberikan pada Borneo (FC). Terkhusus untuk kasus Kei. Saya pikir ini bentuk penzaliman.”

“Artinya ada pihak yang tak ingin Borneo berprestasi lebih tinggi.”

“Dan lucunya, surat komdis itu dikirimkan pada jam 6 pagi, kemarin. Berarti ada pesanan.”

“Saya tidak mencampuri apa yang terjadi di Persis Solo. Hari ini kita tahu sama tahu tindak kekerasan yang dilakukan pemain Persis Solo.”

“Yang dilakukan Fernando Rodriguez saya pikir lebih parah daripada Kei. Upaya maaf memaafkan pun sudah dilakukan. Bahkan yang bersangkutan, pemain yang bernama Koko sudah bisa main.”

“Mana yang mau didengar? Fakta di lapangan atau netizen?”

“Cara mereka memutuskan suatu perkara, itu paling tidak mencari keterangan. Menggali dulu keterangan tersangka, misalnya ada tersangkanya.”

“Ini lebih tinggi daripada hukum negara.”

Baca juga:   Milomir Seslija: Semua Pemain Persebaya Bagus, Saya Tak Bercanda

“Kalau saya pikir ini sebuah upaya untuk menjegal Borneo juara tahun ini.”

Pewarta menanyakan apakah Borneo FC akan mengambil tindakan banding atas keputusan ini. Dandri kemudian menjawab, “Apa yang mau dilangkahkan. Sekarang (bunyi) surat keputusan itu tidak bisa banding. Makanya saya bilang lucu hukuman ini.”

“Hukum-hukum yang dibuat oleh komdis ini sangat lucu. Ada putusan yang tidak dapat dibanding. Ada putusan yang bisa dibanding dengan menyertakan uang jaminan Rp 50 juta.”

“Terlalu ekstrim ini saya pikir, komdis PSSI sekarang ini. (Keputusan) ini tidak bisa diterima dengan akal sehat. Memutuskan secara sepihak.”

“Ini hukum rimba!”

“Jadi saya minta kepada ketua umum PSSI. Untuk meninjau lagi cara kerjanya teman-teman komdis. Supaya ini tidak menjadi kerugian bagi klub.”

“Kita sepakat (hukuman ini) untuk memperbaiki. Tapi tata cara memutuskan hukuman yang harus diubah. Disosialisasikan lah, begini loh caranya.”

“Kenapa saya bicara begini? Ada perbedaan dari zaman ke zaman. Apakah regulasinya berbeda? Kalau berbeda, sosialisasikan ke kita.”

“Cara memutuskan perkara, sidang sebuah sudut pandang kesalahan sepak bola.”

“Kalau keputusan (wasit) untuk Javlon pas lawan Dewa United kemarin saya hormati. Kartu kuning kedua, langsung diberikan merah. Artinya dia sadar, setelah kartu merahnya (diusir dari lapangan) ada hukuman tambahan.”

“Itulah yang saya maksud. Dipanggil dulu pemainnya. Dengarkan dulu keterangan wasit.”

“Jadi kalau Anda tanya apa upaya hukum kami. Enggak ada. Dikebiri sudah ini.” (DRA)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.