Connect with us

SAMARINDA

Diduga Diusir dari RSUD AWS, DPRD Samarinda Perjuangkan Pasien Anak Kritis

Diterbitkan

pada

Anggota Komisi I DPRD Samarinda (kanan) saat mendatangi RSUD AWS. (Foto: Nancy/Korankaltim)

Dugaan pengusiran seorang pasien anak dari RSUD Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) mengundang perhatian publik. Anggota DPRD Samarinda bersama Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Kaltim turun langsung ke rumah sakit setelah menerima laporan dari keluarga pasien.

Anak berusia satu tahun empat bulan bernama Radeva disebut mengalami kondisi kritis setelah menjalani tiga kali operasi sejak Februari 2025. Dugaan pengusiran dan masalah pada alat medis yang digunakan menjadi sorotan utama.

DPRD Samarinda: Jangan Sampai Ada yang Dirugikan

Anggota Komisi I DPRD Samarinda, Adnan Faridan, mengatakan informasi awal diperoleh dari TRC PPA yang menerima laporan dari keluarga pasien.

“TRC PPA mendapat laporan dari keluarga. Saya diundang untuk melihat langsung kondisi pasien,” ujarnya, Selasa 22 April 2025 pagi.

Baca juga:   Andi Harun Targetkan 2029 Air Bersih Samarinda Merata, Harapkan PDAM Tidak Hanya Bergantung APBD

Menurut keterangan keluarga, pasien telah menjalani operasi berulang akibat cairan nanah di otak. Dua kali operasi dilakukan untuk mengeluarkan cairan, namun kondisi pasien tak kunjung membaik. Selang akhirnya dipasang melalui kepala pasien untuk mengalirkan cairan tersebut.

“Saya dengar dari ibunya, sekarang anaknya mengalami kebutaan, kelumpuhan tangan, bahkan gigi tampak seperti mengertak karena menahan sakit,” ungkap Adnan.

Karena ingin mendapatkan informasi langsung, Adnan menyambangi RSUD AWS. Namun, karena di luar jam kerja, ia belum dapat bertemu pihak rumah sakit dan berencana kembali esok harinya.

Dugaan Alat Medis Rusak, Perlu Klarifikasi

Adnan juga menyampaikan bahwa pihak keluarga menolak revisi alat medis yang dipasang, lantaran ada dugaan alat tersebut rusak atau tidak berfungsi maksimal. Hal itu ditengarai sebagai penyebab memburuknya kondisi anak.

Baca juga:   Wujudkan Transaksi Parkir Nontunai di Samarinda, Sistem Berlangganan Dinilai Paling Realistis

“Kalau betul alatnya bermasalah, ini harus diklarifikasi langsung ke pihak rumah sakit. Jangan sampai ada informasi simpang siur,” ujarnya. “Ini menyangkut nyawa, baik rumah sakit maupun keluarga tentu ingin yang terbaik.”

RSUD AWS: Tak Ada Pengusiran, Hanya Salah Paham?

Terkait dugaan pengusiran, Adnan mengaku sempat terkejut. Ia mendapat informasi bahwa pihak rumah sakit sempat menyarankan pasien pulang karena keluarga menolak tindakan medis lanjutan.

“Tapi dari perawat katanya pasien tidak akan disuruh keluar, melihat kondisinya yang masih kritis,” katanya.

Sementara itu, Kepala Instalasi Humas dan Promosi Kesehatan (PKRS) RSUD AWS, Arysia Andhina, menyatakan pihak rumah sakit akan menyelidiki lebih lanjut.

“Mungkin ada kesalahpahaman. Bisa jadi pasien disarankan pulang karena tidak ada tindakan medis lagi, tapi ini akan kami pastikan ke ruang perawatan Malati,” jelas Arysia.

Baca juga:   Andi Harun Sebut Samarinda Bisa Bebas Banjir dalam Lima Tahun Asal Saling Sinergi

Risiko Gagal Alat Memang Ada

Soal kondisi medis pasien, Arysia mengatakan bahwa cairan di otak memang kerap ditemukan pada anak di bawah dua tahun. Risiko kegagalan alat mencapai sekitar empat persen dan bisa dipengaruhi oleh kondisi tumbuh kembang pasien.

“Ini bukan kegagalan prosedur medis, tapi dari alatnya sendiri. Risiko itu meningkat kalau usia anak lebih besar atau berat badannya naik,” terangnya.

Pihak rumah sakit berencana melakukan koordinasi dengan direktur dan tim medis yang menangani pasien sebelum memberikan penjelasan resmi lebih lanjut. (sty)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.