Connect with us

GAYA HIDUP

Mau Lebih Sehat Mental 2026? Berikut Kebiasaan “Toksik” yang Harus Kamu Tinggalkan Tahun Depan

Published

on

Kamu sudah siap menghadapi tahun 2026 dengan Mental yang lebih sehat? Yuk coba tinggalkan kebiasaan toksik berikut yang bisa mengganggu kesehatan mental kamu.

Pergantian tahun kerap dimaknai secara seragam sebagai momentum untuk menyusun daftar ambisi dan pencapaian baru. Namun, narasi tentang resolusi sering kali menutupi satu aspek yang tak kalah fundamental: evaluasi kritis terhadap pola hidup yang sudah berjalan.

Memasuki 2026, tantangan terbesar individu modern bukan hanya soal seberapa cepat mampu berlari mengejar target, melainkan seberapa efektif melepaskan beban-beban tak kasat mata yang selama ini menghambat laju produktivitas dan kesehatan mental.

Di tengah era hiperkoneksi dan tuntutan efisiensi yang semakin tinggi, mempertahankan kebiasaan lama yang kontraproduktif sama halnya dengan memelihara hambatan bagi diri sendiri. “Sampah” perilaku ini sering kali tidak disadari karena telah menyatu dengan rutinitas harian.

Oleh karena itu, sebelum menyusun strategi untuk pencapaian masa depan, langkah pertama yang paling logis adalah melakukan “detoksifikasi” perilaku demi kualitas hidup yang lebih substantif.

Berikut adalah tiga pola perilaku yang patut kamu tinggalkan untuk tahun depan:

1. Jeratan Doomscrolling dan Erosi Fokus

Fenomena menatap layar gawai tanpa henti untuk mengonsumsi konten pendek (short-form content) bukan lagi sekadar pengisi waktu luang, melainkan telah menjadi candu dopamin digital. Kebiasaan ini secara sistematis mengikis rentang perhatian (attention span) manusia modern.

Di lanskap 2026 yang menuntut ketajaman berpikir, hilangnya kemampuan untuk fokus secara mendalam (deep work) adalah kerugian besar. Mengonsumsi informasi trivial secara pasif dan berlebihan hanya akan menumpulkan daya kognitif dan memicu kelelahan mental tanpa sebab yang jelas.

2. Romantisasi Toxic Productivity

Masih banyak kalangan yang terjebak pada sesat pikir bahwa kesibukan setara dengan produktivitas. Kurang tidur dan bekerja melampaui batas jam biologis sering kali tampak sebagai lencana kehormatan atau dedikasi.

Padahal, pola ini justru menurunkan kualitas luaran kerja dan mempercepat risiko burnout. Produktivitas modern tidak lagi terukur dari durasi kerja yang menyiksa fisik, melainkan dari efektivitas dan manajemen energi yang seimbang. Kesibukan tanpa arah yang jelas hanyalah bentuk pemborosan waktu yang dikemas rapi.

3. Membandingkan Diri dengan Orang Lain di Media Sosial

Paparan terus-menerus terhadap “panggung depan” atau momen terbaik orang lain di media sosial kerap memicu kecemasan dan rasa tertinggal (fear of missing out). Membandingkan proses internal yang berliku dengan hasil akhir orang lain yang telah terkurasi secara digital adalah resep sempurna untuk ketidakbahagiaan.

Menjelang 2026, validasi diri seharusnya tidak lagi digantungkan pada standar maya. Mengalihkan fokus dari layar orang lain ke progres diri sendiri menjadi kunci kewarasan di tengah bisingnya pameran pencapaian di jagat maya.

Melepaskan kebiasaan-kebiasaan ini tentu bukan perkara mudah. Namun, tahun 2026 menuntut mentalitas yang lebih adaptif dan tangguh. Membersihkan rutinitas dari hal-hal yang tidak esensial adalah langkah awal yang fundamental sebelum mengejar ambisi-ambisi besar lainnya. (ens)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.