Connect with us

SEPUTAR KALTIM

Banjir Kutim–Berau Tak Melulu Soal Tambang? Wagub Kaltim Buka Suara dan Bakal Cek Data JATAM

Published

on

Wagub Kaltim Seno Aji, buka suara soal banjir Kutim-Berau. Banyak yang menduga, bencana tersebut akibat dari banyaknya lahan tambang. Ia menyebut akan mengecek data dari JATAM yang beredar luas.

Bencana banjir kembali mengepung wilayah utara Kalimantan Timur di penghujung tahun ini. Dua kabupaten, yakni Berau dan Kutai Timur (Kutim), menjadi titik terparah yang lumpuh akibat luapan air.

Di Kabupaten Berau, banjir tahunan melanda Kecamatan Kelay, Segah, Sambaliung, dan Gunung Tabur sejak Minggu 7 Desember hingga Selasa 9 Desember. Genangan air yang cukup tinggi tak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga sempat memutus akses transportasi dan melumpuhkan fasilitas umum.

Kondisi serupa terjadi di Kutai Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim mencatat banjir mulai merendam wilayah tersebut sejak Rabu 10 Desember 2025. Dari total 18 kecamatan, air bah dilaporkan meluas hingga merendam lima kecamatan.

Merespons bencana yang berulang ini, isu miring yang menuding aktivitas pertambangan sebagai biang kerok utama pun mencuat liar. Terlebih, Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mencatat adanya puluhan konsesi tambang yang berkedudukan di Berau.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, akhirnya angkat bicara. Seno meluruskan, meski pemerintah tak menutup mata bahwa pertambangan memiliki risiko lingkungan jika terkelola secara serampangan, namun menuding sektor ini sebagai penyebab tunggal bencana adalah kesimpulan yang terburu-buru.

“Tambang memang bisa berdampak pada lingkungan bila melanggar kaidah. Itu fakta. Tapi banjir adalah peristiwa hidrologi yang kompleks, tidak bisa menarik kesimpulan hanya dari satu faktor,” tegas Seno belum lama ini.

Bukan Sekadar Lubang Tambang

Menurut Seno, banjir dipengaruhi banyak variabel yang saling berkaitan: mulai dari curah hujan ekstrem, kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), sedimentasi, hingga perubahan tata ruang.

Secara geografis, Seno mengingatkan bahwa Berau dan Kutai Timur memang memiliki “bakat” alami banjir. Kedua wilayah ini memiliki dominasi DAS luas dan dataran rendah, di mana permukiman warga secara historis tumbuh mengikuti alur sungai.

“Kalau hujan dengan intensitas tinggi terjadi berhari-hari di wilayah tangkapan air yang luas, maka risiko banjir meningkat. Itu hukum alam. Kita tidak bisa langsung menunjuk satu aktivitas sebagai kambing hitam tanpa kajian teknis,” ujarnya.

Ia mencontohkan Kecamatan Muara Wahau, Telen, dan Kongbeng di Kutim yang berada di kawasan hulu. Begitu pula wilayah Segah hingga Gunung Tabur di Berau yang menjadi muara bagi daerah tangkapan air yang masif.

Tambang Legal vs Ilegal: Jangan Dipukul Rata

Seno juga meminta publik jernih membedakan antara tambang legal yang berizin dan diawasi ketat, dengan tambang ilegal (PETI) yang liar.

“Yang sering menjadi masalah justru tambang ilegal. Tidak punya izin, tidak ada reklamasi, dan di luar pengawasan negara. Ini yang harus dibedakan secara jujur,” katanya.

Meski begitu, ia memastikan Pemprov Kaltim tidak akan “masuk angin”. Jika ada perusahaan legal yang terbukti melanggar aturan lingkungan atau abai reklamasi, sanksi tegas menanti. “Negara hadir untuk itu,” imbuhnya.

Siap Kroscek Data JATAM

Menariknya, Seno mengaku telah mengetahui data dari JATAM yang mencatat adanya 94 konsesi tambang di Kabupaten Berau—terdiri dari 93 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan satu PKP2B dengan total luasan mencapai 400 ribu hektare.

Data ini, kata Seno, tidak akan terabaikan begitu saja. Pemprov akan melakukan kroscek mendalam untuk memilah mana aktivitas yang sesuai regulasi dan mana yang berpotensi merusak ekologi.

“Seperti yang saya bilang, negara harus hadir jika memang ada pihak pemilik IUP yang tidak sesuai regulasi dan abai akan pengembalian fungsi lingkungan,” ucapnya.

Gerak Cepat Penanganan Korban

Di luar perdebatan teknis penyebab banjir, Seno memastikan penanganan korban di lapangan berjalan optimal. Pemprov Kaltim terus berkoordinasi dengan Pemkab Kutim dan Berau, serta BPBD setempat.

Laporan terakhir menyebutkan banjir di Segah, Kelay (Berau), serta Telen dan Wahau (Kutim) sudah dalam penanganan tim gabungan.

“Informasi terakhir, sebanyak 451 jiwa sudah diamankan dan sebagian mulai dipulangkan ke rumah masing-masing,” pungkas Seno. (ens)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.