FEATURE
Bubur Peca, Makanan Tradisional yang Diusul Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Kerap jadi hidangan saat pada bulan Ramadan saja, kini bubur peca akan masuk ke warisan budaya tak benda. Lewat workshop atau lokakarya, resep dan cara pembuatannya akan disebarluaskan.
Bubur peca, hidangan khas di Samarinda Seberang ini berbeda dari bubur pada umumnya. Rasa hingga padu padannya hampir mirip dengan nasi kuning yang biasa kita santap. Terdiri dari bubur yang berwarna kuning berbahan santan, santapan ini biasa ditemani dengan lauk seperti telur rebus dan bumbu merah di atasnya sebagai tambahan cita rasa rempah dan gurih.
Makanan ini juga jadi salah satu menu hidangan saat pemerintah kota Samarinda melakukan ziarah ke makam La Mohang Daeng Mangkona. Dalam rangka memperingati hari jadi Kota Samarinda tersebut, selepas ziarah para hadirin mencoba makanan tradisional ini.
Sebelumnya, bubur ini biasanya rutin menjadi menu di bulan Ramadan tepatnya di Masjid Shiratal Mustaqiem. Diketahui, bubur ini masih belum umum dijual di Kota Samarinda. Barlin Hady Kesuma, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Samarinda menyebut makanan tradisional ini sudah diajukan menjadi warisan budaya tak benda (WBTB).
“Karena (bubur) itu selama ini kan hanya menjadi tradisi di sekitar sini. Nah, sekarang kita mau menjadikan itu sebagai ikonnya Samarinda,” bebernya saat dijumpai usai ziarah makam di Samarinda Seberang, Jumat 24 Januari 2025.
Bubur peca sendiri sudah ada sejak tahun 60-an. Resepnya pun diwariskan secara turun temurun dan rasa yang ada terus dipertahankan agar terjaga keasliannya.
Upaya pengajuan bubur peca menjadi WBTB pun sudah melalui proses panjang. Dimulai dari penerbitan buku soal bubur tersebut hingga pembuatan video dokumentasi.
Meski belum diketahui secara umum, bubur ini punya peluang di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Namun, karena informasi bahan-bahan yang dibutuhkan belum tersebar secara luas, maka akan diadakan sebuah workshop.
“Nah itu kemarin waktu kami sosialisasi sudah diberikan izin untuk direplika oleh masyarakat. Tapi gimana mau mereplika? Orang enggak pernah diajarin ya kan?”
Bubur peca pun diharapkan bisa jadi makanan yang diperkenalkan tidak hanya kepada warga Samarinda, namun juga masyarakat luar yang datang ke kota ini.
“Ke depannya, kami akan mengadakan workshop melibatkan para chef hotel, agar bubur peca ini bisa dikenalkan kepada wisatawan yang datang ke Samarinda,” kata Barlin. (mth/am)


-
SEPUTAR KALTIM3 hari yang lalu
Disdikbud Kaltim Minta SMA/SMK Perpisahan Sederhana di Sekolah atau Gedung Pemerintah
-
HIBURAN5 hari yang lalu
Special Screening “Qodrat 2” Dibanjiri Riuh Penonton, Siap Tayang dan Hantui Libur Lebaranmu!
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Komisi II DPRD Samarinda Sarankan Dinas Pariwisata Berdiri Sendiri untuk Capai Hasil Optimal
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Lahan Subur Bagi Buzzer, Komisi I DPRD Samarinda Minta Masyarakat Tingkatkan Literasi Digital di Media Sosial
-
SEPUTAR KALTIM14 jam yang lalu
Pemerataan Pendidikan di Kaltim Jadi Sorotan, Sekolah Rakyat dan Program Gratispol Jadi Tumpuan
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Upah Pekerja Dibayar, TRC PPA Kaltim Terus Kawal Dugaan Penyelewengan APBD di Proyek Teras Samarinda
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Dewan Kaltim Muhammad Darlis Gelar Penguatan Demokrasi Daerah ke-3 di Samarinda Ulu
-
NUSANTARA2 hari yang lalu
Driver Ojol Protes THR Hanya Rp 50 Ribu, Ini Kata Wamenaker