KUKAR
Bullying Marak di Sekolah, Dosen Psikologi Unmul: Olok-Olokan Jangan Dianggap Sepele

Sering dianggap gurauan, olok-olok di sekolah sebenarnya bisa masuk kategori perundungan verbal. Dosen Psikologi Unmul soroti pentingnya peran orangtua dalam mengenali dan mencegah bullying sejak dini. Bagaimana langkah pencegahannya?
TN, seorang siswa di Kutai Kartanegara mesti dilarikan ke rumah sakit setelah menelan 10 pil paracetamol. Hal ini diduga terjadi akibat perundungan yang ia dapatkan di sekolahnya. Ditambah, ia berasal dari keluarga yang kurang harmonis membuatnya merasa tidak diterima di manapun.
Mengutip dari Kompas.com, korban perundungan pertama kali ditemukan oleh neneknya sudah dengan kondisi badan yang kritis pada Jumat, 24 Januari 2025. Dari neneknya, TN diketahui dikurung oleh pelaku perundungan di dalam kelas.
Kasus ini adalah satu dari sekian yang terjadi di Indonesia. Hampir setiap harinya, kasus ini tak pernah berhenti terdengar di sekitar. Namun, sangking seringnya hingga masyarakat masih abai akan seriusnya kasus bullying ini.
Ayunda Ramadhani, seorang dosen Program Studi Psikologi Unmul mengatakan, masalah perundungan ini memang tidak mungkin dihilangkan secara total, namun bisa diantisipasi dengan berbagai langkah.
Bullying Masih Dinormalisasi
Data dari Jaringan Pemantau Pendidikan (JPPI) mengungkapkan bahwa kekerasan di lingkungan pendidikan terus meningkat. Pada tahun 2024, kasus kekerasan yang tercatat mencapai 573. Catatan ini menjadikan 2024 tahun di mana kasus ini meningkat sebanyak 100% dibanding tahun 2023.
Di Samarinda angka kekerasan di lingkungan sekolah juga terhitung tinggi. Terakhir, Kota Samarinda tercatat sebagai salah satu kota dengan kasus kekerasan pada lingkungan sekolah tertinggi. Di mana pada tahun 2023 mencapai 240 kasus.
Ayunda bilang, perundungan kemungkinan besar akan selalu terjadi selama interaksi sosial. Salah satu faktornya bisa datang dari kurangnya pengetahuan masyarakat soal perilaku bullying. Sehingga masih kerap dinormalisasi.
“Misalnya berawal dari olok-olokan dianggapnya bercanda, padahal olok-olokan itu sebenarnya udah bullying verbal kan,” katanya kepada Kaltim Faktual Selasa 4 Februari 2025.
Adapun edukasi juga dianggap sangat perlu untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana suatu perilaku bisa disebut perundungan. Di mana ketika salah satu pihak mendapatkan perilaku yang membuatnya merasa tidak nyaman, juga bisa disebut sebagai perundungan.
“Kalau konteksnya bercanda kan berarti sama-sama sepakat ya. Tapi kalau
bullying itu ada satu pihak yang merasa dirugikan, baik secara psikologis, fisik,
maupun materi,” terangnya.
Pencegahan Tidak Hanya dari Satu Pihak
Komitmen pemerintah sebenarnya sudah jelas dalam penanganan kasus bullying di Indonesia. Melalui Permendikbudristek No. 46 Tahun 2023 soal pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan satuan pendidikan.
Pemerintah pun sudah membentuk satgas anti kekerasan. Hampir seluruh sekolah sudah memiliki tim Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) dari tingkat PAUD hingga SMA.
Ayunda, yang juga sebagai psikolog di UPTD PPA Samarinda mengatakan, sosialisasi mengenai pencegahan bullying sudah dilakukan. Di mana pemerintah bekerja sama dengan dinas pendidikan melakukan sosialisasi terhadap guru serta orang tua di sekolah.
Sehingga Ayunda mengatakan kasus perundungan bisa dicegah, dengan syarat hal ini menjadi kepedulian bersama. Tidak hanya dari satu pihak, namun segala pihak mesti mau turun tangan untuk mencegah perundungan di sekolah. Mulai dari pendidik, murid, dan yang paling penting orang tua.
“Kita tidak bisa bergerak sendirian karena bagaimanapun anak itu tetaplah tanggung jawab orangtua.”
Kunci Utama: Peran Orangtua
Pelaku bullying, kata Ayunda, dari kasus yang banyak ia temukan memiliki riwayat kekerasan di keluarganya. Baik kekerasan fisik atapun verbal. Dari kekerasan ini, biasanya anak akan meniru apa yang mereka alami tanpa bekal keterampilan atau edukasi pengendalian emosi.
“Ketika anak di rumah tidak berani kepada orang tua karena takut, maka anak bisa jadi melakukan perilaku itu di luar kepada orang yang lebih lemah,”
Tak hanya itu, tontonan yang dikonsumsi anak turut jadi faktor. Sebab saat anak masih remaja, bagian otaknya, persisnya pada prefrontal cortex (PFC) belum terbentuk sempurna.
Sebagai informasi, PFC berfungsi untuk seseorang mengatur pengambilan keputusan, kontrol emosi, perencanaan sesuatu, hingga berperilaku. Dan akan terbentuk sempurna ketika anak menginjak usia 20-an.
Sehingga peran orangtua sangat disoroti oleh Ayunda. Pendekatan-pendekatan hingga penanaman nilai agama juga penting. Dengan tujuan anak mengetahui mana hal yang salah dan mana yang benar di sekitarnya.
Orangtua juga diharapkan bisa memahami bahwa apa yang anak lihat dan dengar dari orangtuanya bisa diserap dan ditiru.
“Jadi kalau kita tidak mau anak kita jadi pembuli, maka jangan jadi orangtua yang suka membuli,”
Namun anak yang tumbuh di keluarga harmonis pun tak menjamin mereka tidak akan jadi pembuli. Ayunda bilang, jika anak bergaul dengan kelompok-kelompok yang suka membuli, anak bisa saja ikut terpengaruh.
Namun Ayunda yakin, anak yang dibekali fondasi dan edukasi untuk membedakan mana baik mana buruk biasanya akan bisa memilah pertemanannya dan tau mana hal yang baik dan tidak.
Ayunda juga berpesan bahwa ketika ada anak yang melaporkan bahwa ia mengalami peristiwa yang tidak nyaman di sekolah, orangtua mestinya bisa mendampingi anak tanpa menyepelekan kasus yang dilaporkannya.
“Sejatinya dia butuh kita sebagai orangtua, bukan sebagai hakim atau judgement yang hanya menyalahkan.” tutupnya. (tha/sty)


-
KUKAR5 hari yang lalu
Babak Baru Kasus Eks Bupati Kukar Rita Widyasari, KPK Geledah Rumah Ketua PP, Sita 11 Mobil Mewah
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Cap Go Meh Art and Culture Festival: Ada Bazar Makanan Vegetarian hingga Panggung Kesenian
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Pengunjung Perpustakaan Kota Samarinda Meningkat, Kini Buka hingga Malam Hari
-
HIBURAN5 hari yang lalu
Tiba-Tiba Sparring Vol.3 Hadir Lebih Meriah, 20 Fighter Amatir dan Profesional Siap Tanding
-
NUSANTARA5 hari yang lalu
Anggaran Transfer ke Daerah Resmi Dipotong Rp 50,59 Triliun
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Edu Park Samarinda: Belum Rampung, Tetap Jadi Favorit Anak-Anak
-
POLITIK5 hari yang lalu
Pelantikan Kepala Daerah Diundur 20 Februari, Calon Gubernur Kaltim Berpotensi Ikut Dilantik
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Anggaran Pendidikan Kena Pangkas, Guru Besar Unmul: Harus Pilah Prioritas