SAMARINDA
Kisah Rumah Tua dari Era Belanda di Samarinda dan Keluarga yang Menempatinya

Villa Annie yang berdiri sejak 1897 adalah rumah tua dari era kolonial Belanda di Kota Samarinda. Menyimpan banyak kisah. Baik dari riwayat bangunan, hingga keluarga yang menempatinya.
Di Jalan Yos Soedarso, tak jauh dari SCP dan Pelabuhan Samarinda. Terdapat bangunan tua dengan arsitektur bergaya Banjar. Nama bangunan itu adalah Villa Anie, berdiri lebih dari 1 abad yang lalu.
Sejak didirikan, rumah ini tak banyak mengalami perubahan. Perubahan minor pun dilakukan untuk menyesuaikan kebijakan pada eranya. Sehingga saat ini, Villa Annie berstatus Diduga Cagar Budaya.
Rumah tersebut adalah saksi bisu pergeseran peradaban di Kota Pusat Peradaban. Karena dihuni secara turun temurun oleh keturunan Lo A Po.
Lo A Po sendiri adalah pria dari etnis Tionghoa yang merantau ke Samarinda pada abad ke-19. Saat Belanda masih menjajah Indonesia, termasuk Kaltim.
Lo A Po memiliki anak bernama Anwar lo Beng Long. Kemudian memiliki anak lelaki bernama Ronald Lolang. Dari Ronald, kemudian lahir lah Iwan Lolang. Tiga generasi penerus Lo A Pu ini memiliki riwayat terhadap Villa Anie.
Riwayat Lo A Po dan Penerusnya
Iwan Lolang menceritakan sedikit kisah sang kakek Lo A Po yang pernah menjadi mitra bisnis kuat para kerabat Kesultanan Kutai. Mulai dari Sultan Sulaiman sampai ke Sultan Alimuddin yang memiliki perusahaan pertambangan, perkebunan, dan perikanan.
Selain itu, Sultan Alimuddin kerap menggaet Lo A Po untuk bernegosiasi dengan Belanda dan Inggris. Karena memiliki hubungan dengan dua negara tersebut.
Hubungan baik antara keluarga Lo A Po dengan Kesultanan Kutai tak berhenti di dirinya. Putranya, Anwar Lo Beng Long pun memiliki hubungan yang baik dengan sultan penerus.
“(Anwar Lo Beng Long) ia pernah bersekolah bersama Sultan AM Parikesit di Jakarta, sebelum melanjutkan pendidikannya di Universitas Washington, Amerika Serikat,” ungkap Iwan.
Anwar Lo juga tercatat sebagai atlet berprestasi. Mulai dari speed boat, sepak bola, dan lainnya. Karena dinilai sebagai sosok yang cerdas dan berwibawa, ia sempat menjadi penasihat Sultan Kutai dan penasihat Gubernur APT Pranoto.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, Anwar banyak membantu pejuang dengan memasok logistik. Ia juga menjadi anggota Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia ikut berjuang bersama sahabatnya, Muso Salim.
Riwayat Lo A Po dan Penerusnya (II)
Tak selesai di situ, keluarga Anwar Lo Beng Long ternyata juga pernah ikut ambil andil dalam mendirikan kampus Universitas Mulawarman (Unmul).
Pada awal pemerintahan Abdoel Moeis Hassan sebagai gubernur Kalimantan Timur periode 1962-1966. Ia didatangi Abdul Samad dan Ence Shamad untuk memantau perkembangan di Kaltim. Mereka lantas menemukan ada yang kurang. Yaitu tidak ada perguruan tinggi. Sehingga anak-anak Kaltim terpaksa kuliah di Jawa ataupun Sulawesi.
Langkah pertama mendirikan perguruan tinggi adalah memiliki lokasi. Abdoel Moeis Hassan lantas mengarahkan kedua koleganya menemui isti Anwar Lo Beng Long, bernama Dorinawatie Helena Louis.
Setelah berdiskusi panjang di Villa Anie, akhirnya Dorinawatie menghibahkan sebidang tanahnya yang terletak di Jalan Flores, Samarinda. Kebetulan tanah itu telah dibeli Anwar dari keluarga Tionghoa lainnya yang berpindah rumah. Di tanah itu lah, kampus pertama Unmul berdiri. Sebelum melebarkan kawasan ke Jalan Pahlawan, Banggeris, dan Gunung Kelua.
“Rumah itu juga menjadi saksi bisu awal mula perjalanan Unmul. Dulu di situ ada sekretariat Dewan Mahasiswa,” kisah Iwan.
Generasi berganti, Villa Annie lalu ditempati oleh Ronald Lolang. Ia adalah nama kondang pada masanya. Karena merupakan pemilik Bioskop Mahakama. Ini adalah bioskop pertama di Samarinda. Dan meraih kejayaannya pada era 80-an. Bohong jika orang bahari Samarinda tak tahu tempat ini.
Selain sebagai pemilik bioskop yang ikonik itu, Ronald Lolang juga pernah menjadi produser film November 1828. Sebuah film yang berkisah perjuangan Pangeran Diponegoro, yang rilis pada 1979.
Setelah banyak berkontribusi untuk kotanya. Kini Ronald memilih menepi ke pedalaman Berau. Tepatnya di daerah pesisir Teluk Sumbang, Biduk-Biduk. Ia membangun resort wisata bernama Lamin Guntur.
Sehingga kini, giliran Iwan yang meneruskan tradisi mendiami Villa Anie. Dan meneruskan kisah-kisah hebat berikutnya.
Asal Muasal Nama Villa Anie

Sejarah terbangunnya rumah tua ini terbilang cukup romantis. Rumah ini dulunya dibangun oleh Edward, anak tertua dari Major HK Lim, seorang keturunan Tionghoa Dayak Barito yang berasal dari Banjarmasin.
Edward yang tak lain adalah kakak dari Dorinawatie, memiliki seorang istri berparas cantik dan menawan bernama Anie. Sehingga Edward menamai rumah ini sebagai Villa Anie. Sebagai bentuk cintanya kepada sang istri. Kemudian pada tahun 1921, rumah tersebut dibeli oleh adik iparnya, Anwar.
Rumah Nostalgia
Bentuk bangunan Villa Annie sangat menarik. Terbuat dari kayu ulin, warnanya dominan hijau tosca dan kuning. Terdapat beberapa hiasan khas Banjar seperti guci kuno di bagian halaman depan. Tumbuh pula pepohonan dan tanaman hias yang menambah keasrian. Vibes-nya jadul banget.
Bagian-bagian rumah seperti pintu dan jendela, juga terbuat dari kayu ulin, dengan ukiran yang khas. Berbagai sudut rumah ini seperti membawa siapapun yang melihatnya bernostalgia, atau bahkan mungkin mengimajinasikan kehidupan di masa lampau.
Kursi-kursi rotan di sana, juga menjadi saksi bisu. Bahwa banyak kebijakan pembangunan Kalimantan Timur. Kerap didiskusikan di tempat itu.
Kontruksi bangunannya juga sangat kokoh. Sejak awal didirikan, belum pernah direnovasi sama sekali. Alias masih orisinil. Kecuali atap dan catnya.
“Sesuai Arahan Wali Kota Samarinda Pak Waris. Diminta rumah sepanjang sungai tidak memakai atap sirap. Makanya atap diganti. Pergantian lain hanya pengecatan saja. Lainnya gak ada. Kontruksinya kayu ulin masih 100 persen,” jelas Iwan Lolang.
Layak Jadi Cagar Budaya

Melihat usia dan orisinalitasnya, Villa Annie sebenarnya sangat layak menjadi cagar budaya. Dengan penetapan status itu, maka rumah tua itu akan seperti itu selamanya. Semua kenangan yang tercipta akan membeku selama bangunan masih berdiri.
Cerita tentang Villa Annie masuk dalam buku Historipedia Kalimantan Timur, dari Kundungga, Samarinda, hingga Ibu Kota Nusantara. Karya Muhammad Sarip dan Nanda Puspita Sheilla.
Menurut Sarip yang merupakan sejarawan publik, mengatakan bahwa rumah itu merupakan bangunan paling orisinal di Samarinda.
“Level orisinalitasnya jauh melebihi keaslian bangunan Rumah Tua di Samarinda Seberang. Rumah Tua di sana, meskipun diberi SK oleh pemkot, tapi konstruksi dan interior di dalamnya sudah berbeda dengan bangunan awalnya,” ungkap Sarip.
Bahkan menurutnya, orisinilitas kontruksinya mengungguli Masjid Shirathal Mustaqiem di Samarinda Seberang. Masjid tersebut sudah pernah dipugar karena beberapa kontruksinya mengalami pelapukan.
“Saya mengapreasiasi komitmen keluarga Tionghoa yang turun-temurun melestarikan orisinalitas Villa Annie sebagai satu dari jejak sejarah di ibu kota Kalimantan Timur,” pungkasnya.
Sebenarnya, pemkot tak menutup mata atas fakta-fakta itu. Mereka pernah berupaya menetapkan status cagar budaya pada Villa Anie. Hanya saja, keluarga Ronald Lolang menolaknya, dengan alasan keluarga. (dmy/dra)

-
SAMARINDA5 hari ago
Dinkes Kaltim Ajak Warga dan Pelajar Wujudkan Indonesia Bebas Asap Rokok dan Vape
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Pemprov Kaltim Matangkan Persiapan Upacara 17 Agustus Lewat Gladi di Stadion Kadrie Oening
-
SEPUTAR KALTIM1 hari ago
Pemprov Kaltim Targetkan 367 SPPG, Perluas Program Makanan Bergizi Gratis
-
NUSANTARA5 hari ago
Kemenko Polkam Dorong Penguatan Peran PPID untuk Tingkatkan Keterbukaan Informasi Publik
-
SAMARINDA5 hari ago
DKPP Kaltim Gelar Bazar Olahan Hasil Perikanan, Puluhan UMKM Ikut Meramaikan
-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Pengurus Baru DWP Dinsos Kaltim Resmi Dikukuhkan, Diminta Jadi Sumber Inspirasi dan Motivasi
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Diskominfo Kaltim Gelar Coaching JIGD, Perkuat Implementasi Satu Data Indonesia
-
SOSOK1 hari ago
Firda Arrum, Putri Berau yang Membawa Baki Sang Saka di HUT ke-80 RI Kaltim