HIBURAN
Lomba Beduk Sahur Gerilya Ditonton Ribuan Warga, Tradisi Lama yang Masih Terjaga

Ribuan warga Samarinda memenuhi setiap sisi Jalan Gerilya, Lambung Mangkurat, hingga Kemerdekaan. Mereka ingin menyaksikan penampilan para kelompok penabuh beduk dan memvideokan dari dekat. Lomba ini sendiri adalah tradisi lama yang masih terjaga.
Menjelang tengah malam pada Jumat 22 Maret 2024, ribuan warga sudah mengamankan tempat masing-masing. Berjejer tak beraturan di tepi jalan, menanti satu per satu dari 30 kelompok penabuh beduk melewati mereka.
Kelompok pertama mulai jalan dari Masjid Al-Mujibah Jalan Gerilya, Samarinda pada jam 11 malam. Setiap kelompok dijeda 15-20 menit. Para peserta akan berhenti setiap beberapa puluh meter. Di momen itu lah semangat mereka semakin berkobar, lantaran dikerumuni oleh warga yang ingin menyaksikan atraksi tabuh beduk, beserta nyanyian lagu religi, kostum unik, sampai koreografi peserta dari dekat.
Semua orang yang terdiri dari pria dan wanita, anak-anak hingga manula, tampak menikmati penampilan setiap kelompok. Yulia misalnya, warga Jalan Proklamasi ini mengaku sudah menunggu-nunggu acara ini.
Dia sudah sebelas tahun tinggal di Kawasan Gerilya, dan mengaku ajang serupa selalu ada setiap tahunnya.
“Kurang tahu siapa yang menyelenggarakan, cuma setiap Ramadan selalu ada. Seru banget, karena setiap kelompok punya ciri khasnya masing-masing,” ujarnya.
Sementara Devi, warga Jalan Merdeka, dia bilang tidak tahu kalau jadwal Lomba Beduk Sahur akan berlangsung Jumat malam. Namun karena terjebak macet, dia ikut menikmati pertunjukannya.
“Pas mau pulang, tiba-tiba udah ramai banget, mana macet lagi. Jadi, karena penasaran ikut nonton. Ternyata bagus dan seru karena baru pertama kali lihat,” ungkapnya.
Kreativitas Anak Muda


Mayoritas peserta adalah sekelompok remaja. Tak cuma membawa beduk lalu ditabuh, mereka juga menggunakan tambahan alat musik. Seperti bonang, perkusi, serta alat musik tradisional sejenis. Paduan suara musik tradisional serta puji-pujian dan gerakan tertentu membuat penampilan mereka penuh gaya.
Tak hanya alat musik, mereka juga mengarak miniatur bangunan tertentu, kebanyakan masjid yang ditaruh di bagian depan. Semua perlengkapan itu mereka dorong dengan gerobak. Serba manual dan penuh kreativitas.
Pesertanya pun tak hanya dari sekitaran Gerilya. Tapi hampir dari seluruh wilayah Samarinda. Berdasar informasi yang media ini himpun, peserta ada yang berasal dari Sempaja, Samarinda Seberang, hingga Sungai Meriam.
Mereka rela jauh-jauh datang ke Gerilya karena lomba ini memang sudah tersohor dan punya nilai gengsi. Bahkan jika tidak menang, mereka tetap menikmatinya karena dapat menghibur warga, serta menyemarakkan malam Ramadan dengan suka cita. (gig/fth)


-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Realisasi Janji Gratispol dan Jospol: Ribuan Warga Terima Penghargaan Umrah dan Insentif Guru
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Adnan Faridhan Usulkan Sistem Satgas SPMB Jadi Protokol Standar di Seluruh OPD Samarinda
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Kaltim Siap Wujudkan Zero ODOL 2026, Tahapan Penindakan Dimulai Juli Ini
-
PARIWARA4 hari yang lalu
Yamaha Motor Tampil Perdana di Jakarta E-Prix 2025 Sebagai Mitra Teknis Pengembangan Powertrain Formula E
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Pemprov Kaltim Gandeng LPEI, Dorong Desa Potensial Jadi Motor Ekonomi Ekspor
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Transformasi Digital ASN: Perpustakaan Digital Jadi Pilar Penguatan Literasi dan Kompetensi
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kemenag Kaltim Gelar Media Gathering, Fokus pada Kerukunan dan Penguatan Pesantren
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kerukunan Beragama di Kaltim Dinilai Sangat Baik, Masyarakat Hidup Tenang Tanpa Kerusuhan