Connect with us

SEPUTAR KALTIM

Rendahnya Kasus Kanker Serviks di Kaltim Belum Tentu Beneran Rendah

Diterbitkan

pada

Anggota DPRD Kaltim Andi Satya Adi Saputra. (Nisa/Kaltim Faktual)

Menurut Anggota DPRD Kaltim Andi Satya, angka kasus kanker serviks yang rendah, bukan berarti memang kasusnya rendah. Legislator berlatar belakang dokter ini mendorong screening yang masif, agar lebih banyak yang terdeteksi.

Belum lama ini Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik melaporkan angka kanker serviks yang turun di Kaltim. Hasil dari langkah deteksi dini di Bumi Etam pada tahun 2023 ditemukan 179 kasus. Sementara dari pemeriksaan sepanjang tahun 2024 ini ditemukan 31 kasus.

Akmal menyebutkan, pada 2023 lalu hasil dari pemeriksaan IVA terhadap 74.082 perempuan berusia 30-50 tahun, telah ditemukan 179 kasus positif. Kabupaten Kutai Kartanegara punya angka tertinggi dengan 152 kasus. Disusul Kota Samarinda 11 kasus, Berau 8 kasus, Paser 6 kasus, dan Kutai Timur 2 kasus. Sisanya tidak ditemukan angka positif.

Baca juga:   Afif Rayhan Dorong Anak Muda Kaltim Nongkrong Berkualitas, Bukan cuma Hahahihi atau Sekadar Ngejar Tren Medsos

Lanjut Akmal, pada 2024, telah dilakukan pemeriksaan pada 53.519 perempuan di Kaltim, ditemukan 31 kasus positif kanker serviks. Kutai Kartanegara masih tertinggi dengan 25 kasus, disusul Berau 3 kasus, Paser 2 kasus, dan Kutai Timur 1 kasus. Sisanya terdeteksi nol kasus.

Dokter obgyn yang kini duduk menjadi legislator di Karang Paci, yakni Andi Satya menyebut kanker serviks harus jadi perhatian pemerintah. Karena penyakit ini memiliki angka terbanyak kedua yang menyerang para perempuan, setelah kanker payudara.

“Tapi masih bisa dicegah, tapi harus pro aktif, pertama vaksinasi, kedua screening atau deteksi dini, melalui pap smear dan pemeriksaan IVA, keduanya punya akurasi tinggi,” kata Andi Satya baru-baru ini.

Baca juga:   Fuad Fakhruddin Soroti Politik Uang Jelang Pilkada 2024: Bawaslu Kaltim Harus Ketat, Masyarakat Harus Paham

Waspadai Angka Rendah

Menurutnya, angka kanker serviks yang rendah itu, bukan berarti menunjukkan kondisi kasus yang memang rendah. Namun screening atau deteksi dini-nya, bagi Andi Satya masih kurang massif. Makanya kasusnya rendah.

“Kasus rendah bukan berarti karena sedikit, tapi bisa karena screening yang sedikit, sehingga terdeteksi dikit.”

Dokter Andi Satya mendorong Pemprov Kaltim untuk meningkatkan angka 50-70 ribu yang ter-screening, agar bisa lebih banyak lagi. Sehingga lebih banyak yang bisa terdeteksi dan semakin banyak yang bisa ditangani.

“Dengan screening yang masif, kita bisa mendeteksi angka kasus yang lebih tinggi lagi,” pungkasnya. (adv/ens/fth)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.