SAMARINDA
Satpol PP Larang Jasa Foto Berbayar di Teras Samarinda, Fotografer: Aturannya Ada Kah?
Sejumlah fotografer yang kerap menjual jasa foto pada pengunjung Teras Samarinda mengaku mendapat teguran dari Satpol PP. Agar tidak melakukan aktivitas komersil di kawasan tersebut. Mereka lantas mempertanyakan dasar aturan pelarangan itu.
Hampir 3 pekan Teras Samarinda dibuka dan dinikmati oleh warga Kota Tepian. Ruang terbuka hijau (RTH) ini telah menjadi ikon baru. Tepian Sungai Mahakam tampil dengan versi high level.
Banyak masyarakat yang memanfaatkannya untuk sekadar bersantai sore hari, nongkrong, berolahraga, sampai menikmati keindahan dari Sungai Mahakam.
Kalangan fotografer di Samarinda pun tak mau ketinggalan. Bagi mereka, Teras Samarinda itu menjadi spot foto baru yang oke. Diaminkan juga dengan banyaknya warga yang berfoto-foto di tempat tersebut.
Mereka pun berinisiatif membuka jasa foto. Permintaannya ternyata cukup banyak. Karena beberapa pengunjung rela mengeluarkan uang demi dapat foto di spot terbaik dengan kualitas yang bagus.
Fotografer Dilarang Jual Jasa
Namun belakang ini, sejumlah fotografer yang biasa melakukan aktivitas di Teras Samarinda merasa tidak nyaman. Beberapa dari mereka ditegur oleh petugas Satpol PP. Lantaran mengomersilkan jasa mereka.
“Kemarin dijelaskan oleh petugas Satpol PP bahwa foto berbentuk berbayar di tempat ataupun melalui aplikasi tidak diperbolehkan, kecuali saat ada event. Dan kalau untuk hobi tidak ada masalah,” jelas Donny Kamis, 26 September 2024 mewakili FG Teras.
Menurut Donny, mereka tidak memaksakan jasa foto kepada pengunjung Teras Samarinda. Malahan, beberapa pengunjung yang meminta untuk dipotret saat sedang berolahraga.
Sementara landasan regulasi yang melarang aktivitas komersil itu, belum ada dan masih digodok oleh Pemkot Samarinda. Sehingga para fotografer berharap ruang mereka tidak dibatasi begitu saja.
“Namun intinya kami bukan mau menjatuhkan pihak manapun, kami hanya ingin tahu apa landasannya dilarang , kenapa tidak diperbolehkan. Karena kami merasa kegiatan kami ini tidak mengganggu juga,” tambah Donny.
“Kalau memang dilarang, bisa diberi penjelasan. Artinya, memang ada batasan untuk tidak mendokumentasi di situ, tinggal kami mengikuti saja, yang penting jelas,” pungkasnya.
Tidak Semua Ditegur
Namun peneguran itu tidak terjadi merata pada seluruh fotografer. Seorang fotografer yang tidak ingin disebutkan namanya, mengaku heran. Sebab dirinya sendiri belum pernah ditegur oleh petugas. Sementara rekannya banyak yang mendapat teguran.
“Ditegur sih belum pernah, padahal saya nungguin ditegur. Apa mungkin kejauhan jaraknya jadi dia (oknum petugas) malas datangin, atau pas lagi ngumpul. Kalau lagi ngumpul sih kayaknya nggak berani. Ketika sendiri didatangin,” jelasnya Kamis.
Dia mengaku pernah mencoba melakukan aktivitas foto sendirian. Namun dirinya tak kunjung ditegur. Dia memperkirakan, kalau yang ditemuinya itu, petugas yang berbeda dengan oknum petugas yang menegur.
“Ada beberapa yang ditegur nggak boleh fotoan di sini, katanya kan pedagang nggak boleh jualan di situ, jadi sama aja kayak berdagang. Padahal kita kan jasa kan jatuhnya. Bukan berupa barang, tapi berupa jasa.”
Fotografer itu cerita, kalau memang ada beberapa kelompok petugas yang berjaga di Teras Samarinda. Ada yang menegur yang disebutnya sebagai oknum dan ada juga yang membiarkan. Spot paling sering kena teguran, di area tenant UMKM.
“Ada regu yang bilang, ngapain sih ngurus gitu, itu kan nggak ada edaran resmi,” tambahnya.
Menurutnya, Teras Samarinda merupakan peluang baru bagi para fotografer. Dalam beberapa jam bisa menghasilkan beberapa ratus ribu. Namun sudah dengan kesepakatan pengunjung yang difoto.
Malahan, banyak yang bukan dari tawaran fotografer. Namun pengunjung sendiri yang ingin dirinya difoto dan rela untuk membayar sejumlah harga untuk mendapatkan gambar diri tersebut.
“Pengunjung senang kalau ada yang foto-foto kayak gitu. Ada beberapa banyak yang bilang fotonya bagus, untung ada fotografer gitu. Kan juga nggak ada unsur pemaksaan gitu.”
Dia merasa tidak nyaman dengan adanya peneguran itu, khususnya kepada kelompoknya. Menurutnya Teras Samarinda merupakan ruang publik yang bebas. Apalagi dirinya sebagai fotografer tidak merusak atau mengganggu pengunjung.
“Padahal di Tenggarong, di Yogyakarta, orang bebas aja tuh. Kenapa di sini banyak banget larangannya,” pungkasnya.
Keterangan Kepala Satpol PP
Merespons hal tersebut, Kepala Satpol PP Samarinda, Anis Siswantini, menerangkan bahwa saat ini memang terdapat sejumlah kegiatan yang belum diperbolehkan di Teras Samarinda. Misalnya kegiatan olahraga yang menggunakan sepatu roda dan sepeda, dan juga jasa fotografi.
“Kami masih menunggu arahan dari pihak pengelola terkait hal ini,” singkatnya. (ens/dra)
-
OLAHRAGA3 hari yang lalu
Ironi Borneo FC; Memainkan Laga Terbaiknya Musim ini, tapi Tak Mampu Cetak Gol ke Gawang Persita
-
OLAHRAGA2 hari yang lalu
Membandingkan Kiprah Leo Gaucho dan Pato di Musim Perdana Bersama Borneo FC
-
POLITIK4 hari yang lalu
Pengamat Politik Dorong Program Gratis Pol Rudy-Seno Diperjelas dengan Perhitungan yang Rinci
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Disporapar Lirik Potensi Desa Wisata di Kota Samarinda
-
KUTIM4 hari yang lalu
Pemekaran Kabupaten Kutai Utara dan Sangsaka Masih Sulit Diwujudkan
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Sebelum Tutup Festival Erau di Kutai Lama, Naga Bekenyawa Mampir di Samarinda Seberang
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Penutup Jalan di Kapsulan Juanda Samarinda Bakal Dibuka Besok, 2 SPBU Dilarang Jual Pertalite untuk Roda 4
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kaltim Komitmen untuk Dorong Percepatan Penerapan Ekonomi Hijau