Connect with us

OLAHRAGA

Sosok: Benteng Tangguh Borneo FC Itu Bernama Silverio Silva

Diterbitkan

pada

borneo fc
Silverio mampu mengemban tugas sebagai pemimpin lini belakang Pesut Etam. (IG/Silverio)

Sejauh ini, Borneo FC adalah tim yang paling sulit dibobol di Liga 1. Pencapaian ini adalah kerja keras seluruh pemain. Namun ‘mahkotanya’ harus diberikan pada Silverio Silva. Mengapa?

borneo fc

Ingat poster ini? Hari itu, Senin 29 Mei 2023, Borneo FC Samarinda mengumumkan rekrutan asing terakhirnya. Pria bernama Silverio Silva menggenapi kuota 5+1. Yang sebelumnya sudah ditempati oleh Kei Hirose, Matheus Pato, Leo Lelis, Jelle Goselink, dan Win Naing Tun. Sementara Julio Cesar sedang mencari klub baru ketika itu.

Rekrutan ini sedikit mengejutkan. Tidak banyak ekspektasi yang disematkan penggemar untuknya. Berbeda dengan kedatangan Leo Lelis. Bek Brazil datang setelah membela Persiraja dan Persebaya. Seorang defender yang handal, jago bikin gol, dan berpengalaman di Liga 1.

Sementara Silverio? Tidak ada publik sepak bola Tanah Air yang mengenalnya. Rumornya pun tidak berhembus. Tiba-tiba datang, diumumkan.

Lagian, dia adalah orang Eropa. Tidak banyak pemain Eropa yang punya karier bagus di Borneo. Bahkan mungkin, tidak ada. Sejarah mencatat klub Samarinda lebih cocok dengan Amerika Latin. Khususnya Brazil.

Keraguan terhadap Silverio ditambah dengan catatan pada musim terakhirnya. Di mana dia hanya bermain 9 kali dari 34 laga FC Penafiel. Traumatis terhadap kualitas Julio Cesar makin menghantui. “Ini punnic buying gak sih?” “Borneo FC maksa Menuhin kuota asing ya? Toh di posisi bek sudah numpuk pemainnya.”

Impresi Awal di Borneo FC

Pada sebuah laga pramusim di Stadion Segiri. Awak Kaltim Faktual berbincang dengan seseorang yang bekerja di klub. Di antara pembahasan saat itu, adalah membandingkan Leo Lelis dan Silverio. Duo bek tengah asing.

Baca juga:   Borneo FC Bisa Dapatkan 4 Hal Ini dari Wiljan Pluim

Lelis tampak menjadi rekrutan sangat bagus. Kualitasnya akan menjamin kokohnya lini belakang Pesut Etam. Namun apakah dia lebih bagus dari Silverio?

“Menurut saya tidak juga,” kata sumber tersebut. Loh, kenapa?

“Sejak tiba di klub, Silverio terlihat ingin dekat dengan semua orang. Dia coba membangun hubungan dengan pemain, staf pelatih, bahkan kitman.”

“Ini unik, jarang ada pemain asing yang memiliki attitude seperti itu,” lanjutnya.

Oke, jika dari sisi attitude Silverio punya kelebihan besar. Di mana dia ingin cepat mempelajari bagaimana tim ini bekerja. Agar proses adaptasinya berjalan lancar. Bagaimana dengan skill-nya? Apa yang menonjol darinya?

“Komplet. Dia pemain komplet,” sumber tersebut mengatakan tanpa keraguan.

“Dua kakinya sama bagusnya. Duel udaranya juga bagus. Dan atribut yang paling penting adalah, dia pandai membaca permainan.”

“Dia punya potensi besar untuk jadi pemimpin lini belakang tim,” ujarnya.

Silverio Silva dalam Realita

Ketimbang menjadi bek tengah, postur Silverio Silva lebih pas untuk jadi gelandang. Tingginya 1,86 meter. Tidak lebih tinggi dari Agung Pras. Apalagi dibandingkan dengan bek asing lainnya. Posturnya tidak tinggi besar, tidak mencolok.

Namun pemain Portugal bermain dengan otaknya. Dia bisa menutupi kekurangan fisiknya, dan tetap menjadi bek tangguh. Karena memiliki kemampuan berpikir, kapan harus block, tekel, sapu, intersep, back pass, dan lainnya.

Baca juga:   Jawaban Pelatih Borneo FC soal Pemain Asing yang akan Dicoret

Di awal kompetisi, Leo Lelis masih cedera. Silverio berduet dengan Diego Michiels di jantung pertahanan. Dan membuat lini belakang aman. Masuknya Lelis ke line up, membuat duet Lelis-Silverio jadi kenyataan.

Total Silverio bermain 12 kali dalam 15 laga. Pada pekan keenam dia absen karena mendapat sanksi yang cukup kontroversial. Bermula dari gerakan tidak sengajanya yang mengenai kepala pemain Bali United di pekan kedua. Wasit saat itu tidak melihat kejadiannya. Normalnya pada pekan ketiga sanksi itu terbit. Namun justru hadir sehari jelang laga kontra Rans di pekan keenam.

Lalu pada pekan ke-8, Silverio membuat gol cepat pada menit ketiga ke gawang Persikabo. Gol sundulan dari asis Stefano Lilipaly. Namun pada menit ke-28 dia mendapat kartu merah langsung yang juga kontroversial. Dalam tayangan ulang, penyerang Persikabo yang justru menyenggolnya, namun terpental dan terjerungkup. Wasit meniup peluit, mengusir bek Portugal sebelum setengah jam pertandingan.

Meski jelas bukan pelanggarannya, Komdis PSSI tidak bergeming. Dia tetap mendapat sanksi larangan 2 pertandingan.

Duet Silverio-Lelis, ditambah kembalinya performa Nadeo. Membuat Pesut Etam jadi tim yang paling sedikit kebobolan hingga pekan ke-15. Total mereka baru kemasukan 13 gol, 5 kali clean sheets. Mentereng!

Semua pemain tentu memiliki andil dalam statistik keren ini. Namun kunci dari kuatnya lini belakang tim Samarinda adalah kepemimpinan Silverio Silva.

Leo Lelis Turunkan Ego

Melihat postur dan pengalaman bermain di Liga 1. Leo Lelis lebih cocok menggantikan peran Diego Michiels sebagai pemimpin lini belakang Borneo pada musim 2022-2023. Namun yang terjadi kebalikannya. Silverio yang justru menjadi pusat permainan di barisan bek.

Baca juga:   Mengenal Nadya Pradita, Seniman Samarinda yang Jadi Duta Wisata Kaltim 2023

Silverio lah yang mengorganisir lini terakhir agar gawang Nadeo tidak mudah kebobolan. Juga berperan besar dalam proses build up serangan.

Namun kemampuan Silverio memimpin lini belakang. Tidak akan jadi apa-apa, kalau Leo Lelis tidak ‘mengalah’ padanya. Lelis yang 2 tahun lebih senior, bersedia dengan suka rela bermain dalam sistem Silverio. Dan yah, lini belakang yang kokoh itu pun terwujud.

Empat bek yang saling percaya, kiper yang memiliki reflek dan operan yang bagus. Mereka bermain sebagai satu unit tim. Bukan bekerja atas dasar kepentingan pribadi masing-masing.

Pada akhirnya, yang dikatakan sumber klub benar. Secara individu, Silverio memang lebih unggul dari Lelis. Walau sebenarnya tidak bisa dibangingkan melihat karakter bermain yang berbeda.

Silverio adalah pemikir cepat. Sementara Lelis adalah matador, si preman, pemain yang tidak mau berkompromi. Mau duel fisik, hayuk. Makanya dalam 13 laga, Lelis sudah mengantungi 6 kartu kuning. Sedangkan Silverio mendapat 1 saja.

Dua kepribadian yang berbeda. Namun manyala bersama karena bermain untuk kepentingan tim.

Pada Juni tahun depan, kontrak Silverio di Borneo FC berakhir. Apakah ia layak mendapat perpanjangan? (dra)

Laporan: Ahmad A. Arifin (Jurnalis Sepak Bola Kaltim Faktual)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.