Connect with us

GAYA HIDUP

Ungkapan Khas Samarinda yang Perlu Kamu Tahu, Pendatang Wajib Baca (Bagian 1)

Diterbitkan

pada

Ilustrasi warga Samarinda (hehe) ngobrol menggunakan bahasa lokal. (IST)

Meski Samarinda tidak punya suku asli, namun kota ini memiliki bahasa daerahnya sendiri. Beberapa ungkapan dalam bahasa lokal pun kerap dipakai dalam perbincangan bahasa Indonesia. Karena itu, kamu harus mengetahuinya biar mudah bergaul.

Samarinda adalah sebenar-benarnya kota urban. Sebab sejak awal berdiri, wilayah ini tidak memiliki suku asli. Adapun suku asli Kalimantan Timur seperti Kutai, Dayak, Pasir, hingga Berau berasal dari daerah-daerah di sekitaran Samarinda.

Sebagian besar warga Samarinda adalah suku Jawa, Banjar, dan Bugis. Namun bahasa daerah Samarinda cenderung sama dengan bahasa Banjar. Secara teknis memang terpengaruh dari pendatang asal Kalimantan Selatan. Tapi bahasa Banjar ala Samarinda sedikit berbeda, karena berpadu dengan bahasa Indonesia. Sehingga lebih mudah dipahami.

Bahasa Samarinda banyak digunakan di kantor-kantor pemerintahan, kampus, sekolah, permukiman tua, bahkan ke pergaulan anak mudanya.

Baca juga:   Andi Harun Nyoblos di Sempaja, Targetkan Kemenangan 70 Persen

Makanya, walau sedikit, kamu harus menguasainya. Karena akan sangat berguna di waktu-waktu yang tidak kamu duga.

Ungkapan Khas Samarinda (Bagian 1)

Bubuhan

Arti dari bubuhan adalah kata yang menjadi kata ganti sekelompok orang. Sekelompok di sini bisa terikat dalam sebuah komitmen (misal tim olahraga, komunitas, ormas, rekan kantor, keluarga, dll), bisa juga tidak seperti kelompok belajar, beberapa orang yang berada dalam satu tempat, dll.

Sesederhana, ada lebih dari 2 orang berada di bawah pohon saja. Sudah bisa disebut, bubuhan.

Wal

Wal dalam bahasa Samarinda berasal dari kata Kawal (teman). Tapi ketimbang ‘teman’, Wal lebih berarti sebagai Bro (brother).

Misal:  “Jadi gini, Wal.” Artinya, “Jadi gini, Bro.” bukan, “Jadi gini, Teman.”

Baca juga:   Gardu Gusdurian Balikpapan Laporkan Oknum Timses Rudy-Seno dan Rahmad-Bagus ke Bawaslu atas Dugaan Politik Uang

Penggunaan Wal yang paling sering terjadi dalam 2 kondisi. Pertama, untuk mengganti kata sapa sahabat atau teman karib. Kedua, untuk kata ganti orang yang lebih muda (bukan saudara).

Pian, Ikam, Ulun, Unda

Masih soal kata sapa. Pian dan Ikam memiliki arti sama, yaitu ‘Kamu/Anda’. Bedanya, Pian dipakai untuk menyebut ‘Anda’ atau pada orang yang lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi. Sementara Ikam lebih ke ‘Kamu’ alias untuk rekan sebaya, satu bubuhan, atau ke orang yang lebih muda.

Begitu juga dengan Ulun dan Unda. Artinya sama, yaitu ‘Aku/Saya’. Unda adalah bentuk halus (lebih sopan dan merendah) dari Ikam.

Pang

Pang adalah partikel dalam bahasa Banjar atau Samarinda. Uniknya, pang tidak memiliki arti yang spesifik, tapi bisa digunakan dalam banyak bentuk, karena fungsi utamanya adalah untuk penegas kata sebelumnya. Langsung pakai contoh saja ya.

Baca juga:   10 Tempat Wisata GRATIS di Samarinda, “Karena Bahagia Tak Selalu soal Uang”

Pian pang kada hakun. Artinya, kamu sih enggak mau. Di sini, pang artinya sih.

Ulun pang kaya apa? Pang di kalimat ini bisa menjadi ‘lantas atau terus’. Adapun arti kalimatnya adalah, “Aku lantas bagaimana?” atau “Terus, aku bagaimana?”

Kaitu pang keadaanya. Nah, pang di sini berarti lah. Arti kalimatnya adalah “Begitulah keadaanya.”

Tulungi ulun, pang. Beda lagi nih, karena pang di sini berarti dong. Kalimatnya menjadi, “Tolongin aku, dong.”

Dan beberapa arti lainnya, pokoknya, sesuaikan saja dengan konteks kalimatnya.

Oke, segini dulu ya. Temukan banyak ungkapan khas Samarinda lainnya, di segmen berikutnya. (dra)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.