Connect with us

VIRAL

Duduk Perkara Penerobosan Jalan Cor Baru di Gerilya, Salah Siapa?

Diterbitkan

pada

gerilya
Suasana Jalan Gerilya area pasar. Dekat lokasi penerobosan yang viral. (Dok/Kaltim Faktual)

Video penerobosan jalan cor baru di Gerilya, Samarinda heboh di media sosial. Warganet menghujat para penerobos. Ketua RT setempat lantas memberi keterangan. Begini katanya.

Baru-baru ini, media sosial dihebohkan dengan video aksi penerobosan jalan cor baru. Di Jalan Gerilya, Samarinda. Dalam video itu diperlihatkan pengendara motor memaksa melewati jalan yang belum dibuka kembali.

Sontak, warganet ramai-ramai menghujat. Sampai menyebut penerobos sebagai ‘SDM rendah’.

Kaltim Faktual coba mencari kebenaran dari peristiwa ini. Pada Senin 10 Juli kemarin, media ini mendatangi lokasi kejadian. Dan bertemu dengan Ketua RT 110 Gerilya, Nurel Fahmi.

Bukan Jalan Basah

Badan Jalan Gerilya, khususnya di kawasan pasar memang rendah. Sehingga selama ini menjadi area langganan banjir. Drainase yang tak berfungsi maksimal, ditambah air kiriman dari perbukitan sekitar. Membuat genangan air di situ cukup lama bertahan.

Pemkot lalu melakukan perbaikan di kawasan tersebut. Bersama beberapa ruas Jalan Perjuangan. Pengerjaan dilakukan secara parsial, sehingga jalanan masih bisa dilewati. Tapi satu jalur alias buka tutup.

Sistem lalu lintas itu jelas menyebabkan kemacetan. Karena memang berada di kawasan padat kendaraan.

Sampailah terjadi aksi penerobosan yang viral itu. Umumnya, usai pengecoran jalan memang ditutup hingga 2 pekan (tergantung cuaca). Untuk memastikan cor-corannya kering maksimal. Agar usia pakainya lama.

Nah, banyak asumsi dari warganet kalau jalan yang ditutup itu masih basah. Soal ini, Fahmi menjelaskan bahwa itu tidak benar. Menurutnya, sejak 2 minggu lalu, jalur tersebut sudah kering sebagian.

“Jadi jalan masuk sebelah kanan sudah bisa dilalui sejak dua minggu lalu. Namun yang kiri jalan jalur keluar memang depannya belum kering tapi belakangnya sudah kering dan bisa dilalui.”

“Dia (penerobos) cuma lewat yang di bagian depan, bukan ngelewati jalan basah,” jelasnya.

Minim Koordinasi

gerilya

Fahmi menuturkan, sejak awal perbaikan. Pihak kontraktor, baik mandor maupun pengawas tidak melakukan koordinasi alias ‘kulo nuwun’ ke dirinya selaku Ketua RT setempat.

“Aturan RT dilibatkan lah. Mungkin pemborongnya ngira bukan tugas RT. Masalahnya, orang kelurahan mengira RT yang ngurusi. Padahal kita gak tahu apa-apa,” tuturnya.

Selain itu, selama perbaikan jalan berlangsung. Dia tidak melihat aparat berwenang menjaga dan melakukan pengaturan lalu lintas. Sehingga kelompok ‘Pak Ogah’ yang kerap mengatur lalu lintas Simpang Gerilya lah yang melakukannya.

“Sebelum dicor, katanya yang ngawasi dari kepolisian. Tapi nyatanya gak ada. Malah orang yang jaga tikungan yang ngejaga,” katanya.

Dan ya, namanya juga bukan spesialisasinya. Sehingga saat mereka kira kondisi cor-coran bisa dilalui. Mereka buka begitu saja pembatasnya.

“Orang (yang biasa) ngatur jalan malah disuruh ngejaga (proyek perbaikan) jalan. Pernah pas itu dibukanya. Habis itu di inggalnya tanpa ditutup lagi,” jelasnya.

Minim Pengawasan, Sempat Ada Korban

Di luar kasus yang viral itu, Fahmi menceritakan pula. Selama proyek berlangsung, sempat ada beberapa kejadian lainnya.

Seperti ada pengendara yang jatuh dan mengenai besi jalan yang belum dirapikan pada malam hari. Serta kasus kehilangan besi cor-coran.

“Tadi pagi saya yang motong besinya karena kemarin ada korban yang luka. Dia terjatuh di situ terus kena besinya,” lanjut Fahmi.

Penutup Tali Rafia

Fahmi juga menjelaskan bahwa penutup jalan tidak menggunakan material yang proporsional. Melainkan hanya menggunakan tali rafia. Sehingga bisa ‘diakali’ oleh oknum Pak Ogah.

“Cuma ya namanya tali rapiah doang. Jadi kalau mereka yang jaga (oknum Pak Ogah) dikasih uang. Dibukakan jalur itu walaupun belum bisa dilewati. Kalau ditegur juga marah,” ucapnya.

Termasuk pada kejadian yang viral pada Senin 9 Juli kemarin itu. Oknum tersebut membuka pembatas sejak jam 9 pagi. Tanpa seizin kontraktor ataupun pihak terkait. Karena merasa arus lalu lintas terlalu macet.

“Kata mereka, jam 7-an pagi masih tutup. Terus jam 9 dibuka pas macet,” pungkasnya. (TIM)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.