Connect with us

SAMARINDA

Merawat Ingatan Bubur Peca sebagai Warisan Budaya lewat Buku, Bakal Dirilis Senin Depan

Diterbitkan

pada

Bubur Peca yang dilestarikan melalui buku. (IST)

Pemkot Samarinda telah menunjukkan komitmennya dalam merawat bubur peca sebagai warisan budaya. Telah dipatenkan lewat buku, untuk bisa disebarkan secara lebih luas. Buku itu bakal dirilis Senin mendatang.

Pada Mei lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda membuka diskusi mengenai kuliner bubur peca. Yang dinilai berpotensi sebagai kuliner khas Kota Tepian. Jika ditilik dari eksistensi dan nilai budayanya.

Sebab, Ibu Kota Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan daerah urban yang plural. Berbagai suku di Indonesia bermukim di kota ini. Sama seperti Kota Balikpapan. Sehingga suku asal usulnya merupakan pendatang.

Hal itu membuat Kota Samarinda jarang memiliki sesuatu yang khas. Termasuk di dunia kuliner. Entah makanan yang mengandung unsur nama Samarinda atau melambangkan Kota Samarinda.

Baca juga:   Per 1 Agustus, Kendaraan yang Diparkir di Taman Samarendah akan Diderek Dishub

Kalau pun ada yang disebut sebagai makanan khas, tapi sebetulnya kurang khas. Misalnya saja nasi kuning, amplang dan lainnya. Sementara bubur peca, terdengar seperti kuliner khas suku Bugis di Sulawesi.

Tentang Bubur Peca

Bubur peca khas Samarinda, punya cerita tersendiri. Memang keberadaannya tidak dilepaskan dari suku Bugis, yakni yang bermukim di Samarinda Seberang yang menjadikannya sebagai menu tradisional populer.

Bubur peca kemudian dicetuskan sebagai makanan buka puasa sepanjang bulan Ramadan di Masjid Shirathal Mustaqiem (Masjid Tua) oleh H. Salehuddin Pemma (Pengurus masjid) pada tahun 60-70an.

Resep bubur peca yang dimiliki Hj. Salma sebagai generasi pertama, menjadi juru masak yang dibantu oleh warga sekitar. Lalu resepnya yang masih asli diwariskan secara turun-menurun hingga kini generasi ke tiga.

Baca juga:   Diskumi Samarinda Ikut Senang, UMKM Kecipratan Untung di Konser Sheila On 7

Yang menjadikannya unik, bubur peca khas Samarinda tidak diperjualbelikan hingga sekarang. Demi menjaga eksklusifitas dan keasliannya. Bubur peca juga menjadi simbol dan identitas dari keberagaman tradisi serta kebudayaan. Bahkan dipercaya baik untuk kesehatan.

Pelestarian Bubur Peca lewat Buku

Pemkot Samarinda melalui Dinas Kebudayaan dan Pendidikan (Disdikbud) sudah lama punya rencana mengajukan bubur peca sebagai warisan budaya. Agar nilai yang dijaga sampai hari ini masih dapat dilestarikan.

Di antara upayanya melalui buku yang ditulis oleh seorang budayawan dan penulis di Samarinda Hamdani. Dia menulis buku yang khusus membahas mengenai bubur peca. Buku itu bakal dirilis Senin, 29 Juli 2024.

Kurator Samarinda Theo Nugraha menyebut, peluncuran buku tersebut bukan hanya sekadar peluncuran biasa. Namun juga disertai dengan dialog, gelaran seni, musik, dan pameran bubur peca.

Baca juga:   Pungutan Buku di Sekolah Kembali Terjadi, Kadisdik Samarinda Minta Orang Tua Murid Lapor ke Kepsek

“Saat pameran, seniman dangan displin berbeda akan merespons bubur peca untuk membuat karya,” jelas Theo kepada Kaltim Faktual Jumat 26 Juli 2024.

Dengan menggandeng seniman dengan disiplin ilmu yang berbeda, akan muncul ragam karya dengan tema Bubur Peca. Dari medium seni yang beragam. Mulai dari ilustrasi, multimedia, desain, hingga visual art.

Rangkaian acara akan digelar selama 3 hari. Senin – Rabu, 29-31 Juli. Bertempat di Rumah Adat dan Budaya Banjar Kutai Dayak Kota Samarinda di Jalan Kadrie Oening. Diisi juga dengan screening film dan penampilan musik. (ens/fth)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.