SAMARINDA
Merawat Ingatan Bubur Peca sebagai Warisan Budaya lewat Buku, Bakal Dirilis Senin Depan

Pemkot Samarinda telah menunjukkan komitmennya dalam merawat bubur peca sebagai warisan budaya. Telah dipatenkan lewat buku, untuk bisa disebarkan secara lebih luas. Buku itu bakal dirilis Senin mendatang.
Pada Mei lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda membuka diskusi mengenai kuliner bubur peca. Yang dinilai berpotensi sebagai kuliner khas Kota Tepian. Jika ditilik dari eksistensi dan nilai budayanya.
Sebab, Ibu Kota Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan daerah urban yang plural. Berbagai suku di Indonesia bermukim di kota ini. Sama seperti Kota Balikpapan. Sehingga suku asal usulnya merupakan pendatang.
Hal itu membuat Kota Samarinda jarang memiliki sesuatu yang khas. Termasuk di dunia kuliner. Entah makanan yang mengandung unsur nama Samarinda atau melambangkan Kota Samarinda.
Kalau pun ada yang disebut sebagai makanan khas, tapi sebetulnya kurang khas. Misalnya saja nasi kuning, amplang dan lainnya. Sementara bubur peca, terdengar seperti kuliner khas suku Bugis di Sulawesi.
Tentang Bubur Peca
Bubur peca khas Samarinda, punya cerita tersendiri. Memang keberadaannya tidak dilepaskan dari suku Bugis, yakni yang bermukim di Samarinda Seberang yang menjadikannya sebagai menu tradisional populer.
Bubur peca kemudian dicetuskan sebagai makanan buka puasa sepanjang bulan Ramadan di Masjid Shirathal Mustaqiem (Masjid Tua) oleh H. Salehuddin Pemma (Pengurus masjid) pada tahun 60-70an.
Resep bubur peca yang dimiliki Hj. Salma sebagai generasi pertama, menjadi juru masak yang dibantu oleh warga sekitar. Lalu resepnya yang masih asli diwariskan secara turun-menurun hingga kini generasi ke tiga.
Yang menjadikannya unik, bubur peca khas Samarinda tidak diperjualbelikan hingga sekarang. Demi menjaga eksklusifitas dan keasliannya. Bubur peca juga menjadi simbol dan identitas dari keberagaman tradisi serta kebudayaan. Bahkan dipercaya baik untuk kesehatan.
Pelestarian Bubur Peca lewat Buku
Pemkot Samarinda melalui Dinas Kebudayaan dan Pendidikan (Disdikbud) sudah lama punya rencana mengajukan bubur peca sebagai warisan budaya. Agar nilai yang dijaga sampai hari ini masih dapat dilestarikan.
Di antara upayanya melalui buku yang ditulis oleh seorang budayawan dan penulis di Samarinda Hamdani. Dia menulis buku yang khusus membahas mengenai bubur peca. Buku itu bakal dirilis Senin, 29 Juli 2024.
Kurator Samarinda Theo Nugraha menyebut, peluncuran buku tersebut bukan hanya sekadar peluncuran biasa. Namun juga disertai dengan dialog, gelaran seni, musik, dan pameran bubur peca.
“Saat pameran, seniman dangan displin berbeda akan merespons bubur peca untuk membuat karya,” jelas Theo kepada Kaltim Faktual Jumat 26 Juli 2024.
Dengan menggandeng seniman dengan disiplin ilmu yang berbeda, akan muncul ragam karya dengan tema Bubur Peca. Dari medium seni yang beragam. Mulai dari ilustrasi, multimedia, desain, hingga visual art.
Rangkaian acara akan digelar selama 3 hari. Senin – Rabu, 29-31 Juli. Bertempat di Rumah Adat dan Budaya Banjar Kutai Dayak Kota Samarinda di Jalan Kadrie Oening. Diisi juga dengan screening film dan penampilan musik. (ens/fth)


-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Adnan Faridhan Usulkan Sistem Satgas SPMB Jadi Protokol Standar di Seluruh OPD Samarinda
-
PARIWARA4 hari yang lalu
Yamaha Motor Tampil Perdana di Jakarta E-Prix 2025 Sebagai Mitra Teknis Pengembangan Powertrain Formula E
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Kemenag Kaltim Gelar Media Gathering, Fokus pada Kerukunan dan Penguatan Pesantren
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Samarinda Buka Kuota Tambahan Sekolah Rakyat, Pendaftaran Hanya 2 Hari!
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Kerukunan Beragama di Kaltim Dinilai Sangat Baik, Masyarakat Hidup Tenang Tanpa Kerusuhan
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Wagub Kaltim Logowo Tunjangan Operasional Dipangkas: “Memang Saya yang Minta”
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kaltim Baru Miliki 38 Madrasah Negeri, Proses Penegerian Terkendala Anggaran dan Regulasi Pusat
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Samarinda Siap Bangun Sekolah Rakyat Tahun Ini, Daerah Lain Masih Terkendala Lahan