Connect with us

SEPUTAR KALTIM

Buaya Sering Muncul di Belakang Pasar Segiri Samarinda, Pengamat: Itu Pertanda Bagus!

Diterbitkan

pada

Pemerhati lingkungan hidup Samarinda, Yustinus Sapto Hardjanto. (IST)

Beberapa hari ini, seekor buaya sering terlihat di Sungai Karang Mumus (SKM) persisnya di area Pasar Segiri Samarinda. Kemunculannya bikin warga waswas. Namun menurut pemerhati sungai, itu adalah hal yang bagus.

Kehadiran hewan buas di tengah permukiman manusia kerap jadi masalah. Seperti halnya kehadiran buaya berukuran tanggung di kawasan Pasar Segiri baru-baru ini. Masyarakat sekitar jadi waswas. Khawatir kalau ada yang apes tersambar buaya saat beraktivitas di sekitaran SKM.

Di tengah kekhawatiran itu, pemerhati lingkungan hidup Samarinda, Yustinus Sapto Hardjanto memberi opini tidak populer. Ia justru menyebut kemunculan buaya itu bisa jadi pertanda bagus.

“Bagus saja, artinya Sungai Karang Mumus kembali jadi habitat buaya.”

“Dulu antara kelokan Gang Nibung sampai telukan di sebelah Jembatan Kehewanan memang tempat buaya,” ujarnya pada Kaltim Faktual, Kamis.

Baca juga:   Rekrut 4 Pemain Brasil, Borneo FC Dambakan Gaya Samba yang Manyala

Dalam beberapa tahun terakhir, SKM memang diterpa isu kualitas dan kuantias air. Pada musim kemarau, kondisi sungai surut, air berwarna hitam, dan menimbulkan bau. Tapi saat musim penghujan, airnya meluber ke mana-mana.

Rusaknya fungsi anak Sungai Mahakam ini beragam. Seperti sempadan sungai yang berubah jadi rumah ataupun beton, bukannya pepohonan. Hingga menjadi bak sampah raksasa bagi masyarakat sekitar sungai.

Nah, rusaknya ekosistem sungai ini tak hanya membuat airnya kotor dan berbau. Tapi hewan-hewan seperti ikan, udang, hingga buaya yang dulu banyak berada di SKM, keberadaannya semakin sedikit. Hewan-hewan penghuni SKM ini secara alamiah pergi ke tempat yang kualitas airnya lebih baik. Maka kembalinya buaya itu memunculkan 2 kemungkinan.

“Bisa jadi kualitas air SKM lebih baik, walau buaya tahan saja hidup di air buruk. Atau karena jumlah ikannya bertambah, karena buaya suka hidup di tempat yang banyak makanannya,” tambah Yustinus.

Baca juga:   Jelang Pilkada 2024, Bawaslu Kaltim Lakukan Pemetaan IKP dan Susun Strategi Pengawasan

“Tapi bisa juga buaya itu datang karena makan limbah seperti bangkai ayamyang sering dibuang warga ke sungai,” timpalnya.

SKM Harus Diperiksa Rutin

Yustinus berharap kemunculan buaya ini menjadi trigger buat pemkot untuk melakukan pemeriksaan kualitas air SKM.

“Kalau asumsi kita ada perbaikan kualitas lingkungan dan air SKM, memang mestinya ada penelitian. Apa ada peningkatan populasi dan jenis ikan di sungai tersebut.”

“Pemeriksaan kualitas air juga mestinya dilakukan setiap tahun, karena airnya merupakan sumber air baku,” terangnya.

Jangan Ganggu Buayanya

Meski kualitas air SKM buruk, masih banyak warga yang menggunakannya sebagai air mandi, cuci, dan kakus. Bahkan masih kerap dijumpai anak-anak berenang di sungai itu.

Baca juga:   Sekda Kaltim Ajak Perangkat Daerah Kolaborasi Tingkatkan SPBE

Kemunculan buaya jelas memunculkan potensi hal buruk. Semisal, manusia yang beraktivitas di sungai tiba-tiba diterkam hewan tersebut. Sampai sini, muncul dilematis. Di satu sisi, sungai adalah rumahnya buaya. Di sisi lain, ada banyak manusia yang beraktivitas langsung di SKM. Lantas, apakah buayanya perlu ditangkap saja?

“Nah ini repot. Rasanya biarkan saja. Toh Karang Mumus secara kasat mata tidak layak untuk anak-anak mandi atau bermain di dalam badan air.”

“Kalau buaya masuk ke permukiman mungkin baru diambil langkah itu (menangkap). Selama hanya berdiam di badan sungai biarkan saja. Kalau perlu pemerintah memasang tanda,” pungkasnya. (dra)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.