SEPUTAR KALTIM
Dari FGD Pendidikan (Bagian 2) Keunggulan dan Kepentingan Guru Penggerak

Program Guru Penggerak kini banjir peminat. Lantaran ada unsur kepentingan untuk ‘naik kelas’. Sebuah anomali yang menguntungkan pendidikan di Kaltim.
Sinergy Policies belum lama ini menggelar FGD Pendidikan. Bersama semua pemangku kepentingan di Kaltim. Poin besar yang didapat ialah Kaltim butuh lebih banyak guru penggerak. Terutama untuk kawasan Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Seperti Kubar, Mahulu, dan Berau.
Diakui atau tidak, aksesibilitas masih menjadi dinding tebal bagi pemerataan pendidikan. Kawasan yang sulit diakses, cenderung agak tertinggal. Problemnya bermacam-macam. Dari kurangnya fasilitas, tidak terjangkau listrik dan internet, sampai kurangnya guru mata pelajaran. Karena masih adanya fenomena guru yang enggan ditempatkan di pedalaman.
Ini situasi pelik yang tidak bisa diselesaikan selekasnya. Untungnya, ada Program Guru Penggerak. Kenapa untung? Karena mereka yang mengikuti program ini. Dituntut kreatif dan inovatif. Melakukan pendekatan ajar yang berbeda pada siswa. Dan menularkan ‘vibes kreatif’ pada sesama guru.
Dengan program ini, peningkatan pendidikan bisa dipercepat. Tanpa harus menunggu ada gelimpangan anggaran terlebih dahulu.
Inilah alasan kuat mengapa sekolah-sekolah yang jaraknya jauh dari kota. Begitu memerlukan guru penggerak. Sayang, jumlahnya belum ideal untuk meng-cover kebutuhan di Kaltim.
Hal itu diamini oleh Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Kalimantan Timur Wiwik Setiawati. Dia bilang, saat ini memang jumlahnya masih kurang. Tapi seiring waktu, jumlahnya akan terus bertambah. Karena Program Guru Penggerak makin banyak peminat.
“Dulu di awal-awal sedikit teman-teman guru yang mau ikut guru penggerak karena pendidikannya sembilan bulan. Tapi sekarang setelah tahu hasilnya, banyak yang mendaftar menjadi calon guru penggerak,” jelasnya. Dalam rilis yang diterima Kaltim Faktual 9 November 2022.
Alasan besar kenapa program ini semakin seksi di mata guru. Tak lain karena Program Guru Penggerak adalah jembatan untuk naik kelas. Maksudnya, pengajar yang ingin memiliki jenjang karier. Mereka harus menjadi guru penggerak terlebih dahulu.
“Kalau ingin menjadi kepala sekolah atau pengawas, ya harus menjadi guru penggerak dulu,” ungkap Wiwik.
Sekilas, ini terdengar sebagai … mau jadi guru penggerak karena kepengin naik jabatan, jadi kepala sekolah dan semacamnya. Tapi bagi ekosistem pendidikan, output-nya tetap saja positif.
Dari sisi guru, Wiwik mengungkapkan jebolan Program Guru Penggerak menjadi lebih mumpuni baik dari segi kreativitas, inovasi hingga leadership.
Selain itu, ekosistem pembelajaran yang mereka tinggalkan lewat interaksi bersama siswa dan guru lainnya. Menjadikan skena pendidikan dalam satu sekolah lebih hidup dari sebelumnya.
Dan tentu untuk siswa, mereka mendapatkan pengalaman belajar yang menarik. Maka betul saja. Kaltim butuh lebih banyak guru penggerak. Bersamaan dengan peningkatan sarana dan prasarana. Serta aksesibilitas. (DRA)
Dari FGD Pendidikan (Bagian 1): Daerah 3T Kaltim Kekurangan Guru Penggerak


-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Cap Go Meh Art and Culture Festival: Ada Bazar Makanan Vegetarian hingga Panggung Kesenian
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Pengunjung Perpustakaan Kota Samarinda Meningkat, Kini Buka hingga Malam Hari
-
HIBURAN5 hari yang lalu
Tiba-Tiba Sparring Vol.3 Hadir Lebih Meriah, 20 Fighter Amatir dan Profesional Siap Tanding
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Edu Park Samarinda: Belum Rampung, Tetap Jadi Favorit Anak-Anak
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Anggaran Pendidikan Kena Pangkas, Guru Besar Unmul: Harus Pilah Prioritas
-
BERITA3 hari yang lalu
Siapkan Akhir Pekanmu, Ada Parade Jet Ski di Teras Samarinda!
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Jalan Sehat HUT Kota Samarinda: Tiket Umroh dan 10 Ribu Porsi Makan Gratis Menanti
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Gas Melon Langka, DPRD Samarinda Desak Distribusi Langsung ke RT