Connect with us

SAMARINDA

Disdag Samarinda Lagi Coba-Coba Alur Pendistribusian Gas Melon yang Pas

Diterbitkan

pada

Disdag
Mobil pendistribusian gas elpiji 3 Kg. (Nisa/Kaltim Faktual)

Disdag Samarinda sedang melakukan uji coba alur pendistribusian gas melon. Agar tepat sasaran dan harga tak melonjak lagi.

Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda akhirnya ambil tindakan terhadap kelangkaan gas elpiji 3 Kg belakangan ini.

Meski sebelumnya Pemkot maupun DPRD Kota Samarinda telah memanggil pihak Pertamina. Untuk mengetahui duduk perkara dan solusinya. Namun kelangkaan gas melon masih dirasakan masyarakat sampai sekarang.

Pemkot sendiri tengah menggelar operasi pasar. Sebagai uji coba terhadap alur pendistribusian. Mulai Selasa hingga Kamis (25-27 Juli 2023). Jika berhasil akan diteruskan.

Diketahui, 11.200 tabung gas melon akan dibagi ke 10 kecamatan pada tanggal tersebut dengan jadwal yang telah ditentukan. Menyasar masyarakat miskin ekstrem dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Pada tanggal 25 menyasar Kecamatan Loa Janan Ilir, Sungai Kunjang dan Samarinda Ulu.

Pada tanggal 26 menyasar Kecamatan Samarinda Seberang, Palaran dan Sambutan.

Dan terakhir pada tanggal 27-nya, menyasar Kecamatan Samarinda Kota, Samarinda Ilir, Sungai Pinang dan Samarinda Utara.

Baca juga:   Ini Dia 3 Rekomendasi Self Photo Studio di Samarinda Buat Kamu Bebas Berekspresi

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Samarinda mengaku operasi pasar ini sebagai uji coba untuk melihat alur pendistribusian yang pas. Menggunakan kupon, agar tepat sasaran.

“Saya kadang malu itu, kita menetapkan HET (Harga Eceran Tertinggi)-nya itu Rp18 ribu. Tapi orang dapat harga Rp50 sampai Rp60 ribu. Kan nggak make sense. Jadi kita coba ini, dari hulunya kita jaga.”

“Ada 11 ribu kupon yang saya buat kemarin. Saya kasih ke camat, nanti camat kasih ke lurah, lalu ke warganya,” jelas Marnabas Senin, 24 Juli 2023.

“Ini namanya uji coba ya, kalau kita terlalu push, takutnya terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan,” lanjutnya.

Sembari melakukan uji coba, Marnabas terus melakukan kajian agar distribusi gas terus stabil. Nantinya akan menggunakan sistem by name by address untuk masyarakat menengah ke bawah.

Menurut Marnabas, ketika pendistribusian sudah by name by address, penyimpangan tidak mungkin terjadi lagi. Karena sudah terjatah.

Baca juga:   Merasa Dirugikan Sistem, Bubuhan Driver Gojek Samarinda Gelar Demo dan Mogok Narik 3 Hari

“Nanti kita lihat, kita jaga, kalau ada penyimpangan baru kita tindak, kita razia atau tindakan lain,” kata Marnabas.

“Ini sambil belajar juga, di titik mana lemahnya ini,” imbuhnya.

Dia juga bilang, Disdag akan melakukan kajian terhadap kebutuhan masing-masing keluarga miskin. Seperti berapa jumlah anggota keluarga, dan berapa tabung yang dibutuhkan.

“Kalau satu keluarga 7 orang, butuh 4 tabung sebulan, ya kita kasih itu 4 tabung, dalam bentuk kupon atau karcis.”

“Agar masyarakat yang memang membutuhkan bisa menikmatilah. Jadi gaada lagi antri-antri, malu juga aku. Ya kan,” tambah Marnabas.

Disdag Kesulitan Atasi Pengecer

Sebelumnya, ketika mencari duduk perkara kelangkaan gas melon, ditemukan bahwa pengecer menjadi satu di antara faktor pendukung. Sebab pengecer bukan lah bagian dari alur pendistribusian resmi. Meski begitu, Marnabas bilang penangananya masih sulit.

“Masih ada, sebenarnya jujur makanya kita itu bingung. Dalam peraturan menteri distribusi terakhir kan di pangkalan,” ungkap Marnabas.

Baca juga:   Kewalahan Angkut Sampah, DLH Samarinda Tambah 15 Armada

Marnabas melihat kasus pengecer, serupa dengan maraknya pengecer pada BBM. Yang seharusnya mendistribusikannya hanya sampai SPBU atau pertashop.

“Untuk gas, saya nggak tahu ni kebijkan dari mana, boleh ada pengecer sekitar berapa persen gitu,” imbuhnya.

Kajian Terhadap Harga Eceran Tertinggi

Selain mengupayakan agar distribusi gas melon tepat sasaran. Marnabas juga akan mengkaji terhadap harga eceran tertinggi alias HET. Menurutnya, keuntungan yang didapatkan pangkalan gas elpiji 3kg sangatlah minim.

“Kita bayangkan keuntungan mereka cuma Rp2000, kalau sebulan 500 tabung, mereka cuma dapat sejuta aja sebulan,” terang Marnabas.

Melihat harga gas melon di kota-kota lain sudah naik, di Samarinda masih fokus pada pendistribusian. Dari kajian Disdag nantinya, akan terlihat, apakah Samarinda perlu menyusul kenaikan harga atau tidak.

“Nah nanti saya mau bikin kajian. Supaya pendapatan juga seimbang dengan pekerjaan yang dihasilkan,” pungkasnya. (*ens/fth)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.