SAMARINDA
DPRD Samarinda Sarankan Proyek Pasar Pagi Diundur
Yang awalnya mendukung, Komisi III DPRD Samarinda jadi memikirkan ulang rencana pemkot soal pembangunan ulang Pasar Pagi. Alasannya karena perencanaan belum matang, bahkan belum pernah disampaikan kepada DPRD maupun Badan Anggaran.
Pemkot Samarinda melalui Dinas Perdagangan (Disdag) telah masif menyampaikan kepada media. Kalau akan merubuhkan dan membangun ulang Pasar Pagi versi high level. Berkonsep modern 4 lantai. Dengan lift dan eskalator.
Sebelumnya gejolak sudah muncul. Karena pemberitaan yang masif tidak dibarengi sosialisasi atau pendekatan kepada para pedagang yang terkena dampak dari pembangunan ulang. Karena 2800 pedagang itu harus direlokasi sementara, perkiraan setahun.
Sementara dari Disdag, mengaku masih belum mendapat tempat relokasi. Awalnya akan disebar ke berbagai pasar, namun urung karena lapaknya tidak cukup. Kemudian rencana lain ke eks Bandara Temindung. Namun berpotensi batal karena akan digunakan untuk Creative Hub Kaltim.
Beberapa opsi tempat lain, juga tidak berpotensi bagus. Sementara rencana untuk ke Pelabuhan Pelindo, teranyar masih belum dapat jawaban. Hingga belum ada opsi yang benar-benar diunggulkan.
Pedagang semakin dalam kondisi yang tidak pasti. Sementara rencana awal, sebelum akhir tahun Pasar Pagi harus sudah kosong. Namun, sisa waktu di 2023 ini semakin pendek. Hanya tersisa 3 bulan lagi.
Dalam RDP dengan DPRD, pedagang mengaku kondisi pasar kini makin sepi. Karena para pengunjung mulai takut datang ke pasar karena klaim bangunan tidak layak dari pemkot.
DPRD Sarankan ‘Mundur’
Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Anhar mengaku, sebetulnya setuju-setuju saja dengan wacana pemkot. Bahkan bukan cuma Pasar Pagi, semua pasar perlu diperbagus.
Namun, di sisi lain, ada masalah-masalah yang sangat krusial. Yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Daripada pusing memikirkan pembangunan ulang. Dengan segala tetek-bengeknya. Lebih baik memperbagus pengelolaannya. Karena klaim ketidaklayakan yang selama ini digaungkan, belum diuji secara langsung oleh ahli.
“Bangunannya masih layak atau tidak. Sehingga menurut saya masalahnya bukan mau direvitalisasi atau tidak,” jelas Anhar Kamis, 5 Oktober 2023.
“Kita setujulah pemkot menaruh perhatian. Namun lebih baik, mengambil langkah-langkah konkret menyangkut masalah penataan. Seperti kebersihan, pengelolaan. Nah ini yang terpenting bagi saya,” tambahnya.
Apalagi anggarannya cukup besar. Berkisar Rp200 miliar. Yang menurut Anhar, jika Pasar Pagi dirubuhkan malah membuang uang untuk bangunan yang masih layak. Lebih baik dialokasikan untuk hal yang lebih penting.
Misalnya penanganan tentang instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), kemudian drainase, lanjut perbaikan lapak-lapaknya. Juga kebersihan agar tak bau dan kumuh. Itu lebih penting untuk dibenahi. Kemudian lalu lintas, bagaimana agar tidak macet.
Belum Ada Laporan
Ditambah lagi, selain pemkot belum duduk bareng dengan pedagang. Kata Anhar selaku anggota Komisi III sekaligus anggota Badan Anggaran mengaku pemkot juga belum menyampaikan rencana besar itu kepada pihaknya.
“Saya belum mendengar langsung rencana ini. Saya juga sampai sekarang ini belum tau mau dibikin pasar apa di situ dengan angka Rp200 miliar. Dan angka itu kita juga belum pernah membahas secara detail di DPRD di Badan Anggaran.”
Anhar bilang, di komisinya juga belum ada pembahasan seacara detail tentang proyek itu. Belum tahu juga dinas mana yang akan bertanggungjawab, entah pengerjaannya nanti oleh Disdag ataupun Dinas PUPR.
Anhar menilai selama ini upaya Pemkot Samarinda dalam menata kota sangatlah bagus. Banyak program yang berhasil. Di antaranya Probebaya, penagangan banjir hingga perbaikan infrastruktur.
“Jangan sampai nanti keberhasilan yang sudah dicapai selama ini, tercoreng hanya gara-gara masalah ini. Itu yang kita tidak ingin,” ujar Anhar.
Apalagi menyangkut masalah pedagang ini. Cukup sensitif. Perekonomian belum pulih, harus dihadapkan dengan relokasi dengan segala ketidakpastiannya. Karena relokasi akan berdampak pada keuntungan pedagang yang sebagai tumpuan hidup sehari-hari.
Dalam hal ini, menurut Anhar. Pemkot seharusnya tidak hanya memikirkan bagaimana proyeknya dibangun. Namun apakah pedagang terjamin atau tidak. Karena belajar dari pembangunan Pasar Baqa yang menelan waktu 10 tahun.
Lalu, kata Anhar seharusnya pemkot jangan memberikan statement yang membuat panik, membuat tidak tenang para pedagang dan pembeli. Karena Anhar melihat pasar tradisional memang tidak bisa disamakalan dengan standar pasar modern.
Ada segmennya masing-masing antara pasar modern dengan pasar tradisional. Kata Anhar, sampai kapanpun yang namanya pasar tradisional tidak pernah sama dengan pasar modern. Sehingga tidak pelu menghilangkan ciri khas pasar tradisional.
“Jangan yang terbiasa di pasar tradisional dipaksa naik lift eskalator, repot” pungkasnya. (ens/dra)
-
OLAHRAGA5 hari yang lalu
PSS 1-1 Borneo FC, Kesempurnaan Pesut Etam Terhenti di Manahan
-
OLAHRAGA3 hari yang lalu
Serba Bisa! Peralta Main di 4 Posisi; dari Bek hingga Penyerang saat Borneo FC Melawan PSS
-
OLAHRAGA4 hari yang lalu
Ditahan Imbang PSS, Pelatih Borneo FC: Kartu Merah dan Gol Bunuh Diri Mengubah Banyak Hal
-
OLAHRAGA5 hari yang lalu
Meski Belum Pernah Cetak Gol, Borneo FC Tetap Waspadai Lini Depan PSS
-
OLAHRAGA2 hari yang lalu
Pelatih PON Sulteng Zulkifli Syukur Mengamuk di Ruang Ganti, Sebut Wasit Eko Agus akan Dicabut Lisensinya
-
NUSANTARA2 hari yang lalu
Ketum PSSI Erick Thohir Sebut Insiden PON Aceh Vs Sulteng Memalukan, Wasit dan Pemukul Wasit Terancam Sanksi Seumur Hidup
-
GAYA HIDUP5 hari yang lalu
iPhone 16 Resmi Diluncurkan, Tak Ada Fitur yang Wow Tapi Harga Tetap Mahal
-
NUSANTARA4 hari yang lalu
Pesan di Balik Lukisan Jokowi dan Prabowo di Pameran Kaligrafi Internasional MTQN ke-30 Tahun 2024 di Kaltim