Connect with us

OLAHRAGA

ANALISA: Persebaya yang Membuat Borneo FC Kuat dan Konsisten

Diterbitkan

pada

Titik mula kebangkitan Borneo FC terjadi pada pekan ke-12 musim ini. Sepekan setelah kekalahan dari Persebaya.

Pada Februari 2023, Pieter Huistra datang ke Samarinda untuk membesut Stefano Lilipaly dkk. Hanya punya waktu 3 hari ke laga berikutnya, Pieter tak berbuat neko-neko. Dia saat itu hanya memperbaiki transisi permainan. Sementara pakemnya tetap 4-3-3. Komposisi starting eleven juga tak banyak berubah. Dia hanya meneruskan pekerjaan 2 pelatih sebelumnya.

Musim baru tiba, Borneo FC Samarinda melakukan TC di Yogyakarta selama sebulan. Di sana, Pieter mulai menekankan pola permainan yang ia inginkan. Ia menghendaki timnya menguasai lapangan tengah, mendominasi penguasaan bola, dan keseimbangan antara pertahanan dan menyerang.

Formulanya masih 4-3-3. Nadeo sebagai penjaga gawang. Sebelum menemukan kuartet bek saat ini; Fajar, Silverio, Lelis, Leo. Lini belakang pada awal musim kerap berganti dengan berbagai faktor. Dari Fajar, Silverio, Diego, Leo. Berganti Fajar, Silverio, Lelis, Diego.

Di tengah, Hendro Siswanto bertindak sebagai DM, Adam Alis dan Fano sebagai CM –padahal sebelumnya Fano sudah mantap di posisi LW. Di lini depan, ada trio Win, Pato, Terens.

Dari sisi permainan terlihat meningkat. Di lini tengah misalnya, Hendro dan Adam sering bertukar peran dan posisi. Namun hasilnya tidak cukup bagus. Di 3 laga awal, mereka hanya meraih 4 poin.

Tim belum stabil, Pato malah hengkang setelah pekan ketiga. Pieter melakukan perombakan besar. Fano dikembalikan ke posisi awalnya, sayap kiri. Kei Hirose kembali ke starting eleven. Win terdepak dari starting eleven. Untuk penyerang tengah dipercayakan pada Jelle Goselink.

Kehadiran Felipe Cadenazzi tidak langsung memperbaiki keadaan. Namun beruntung bagi Pesut Etam, mereka masih mampu meraih 5 kemenangan, 4 imbang, dan 1 kali kalah pada 10 laga awal. Tidak cukup kuat untuk menjadi penantang juara.

Dipukul Mundur Persebaya

Pada pekan ke-11, Borneo FC mendapat pelajaran besar dari Persebaya. Mereka kalah 1-2 di Gelora Bung Tomo, tanpa mencetak gol sama sekali. Satu gol milik Pesut Etam adalah gol bunuh diri pemain Persebaya.

Sepulang dari Surabaya, tanpa diduga, Pieter melakukan perombakan besar-besaran. Langkah yang tidak populer dilakukan pelatih saat kompetisi tengah berjalan. Dari 4-3-3, formasi berubah menjadi 4-2-1-3.

Baca juga:   Terus Dikaitkan dengan Timnas, Stefano Lilipaly Bilang Begini

Kiper dan kuartet bek aman. Di pos gelandang, terjadi perombakan besar. Hendro keluar dari starting. Kei Hirose dan Adam Alis memainkan peran double pivot. Keduanya dituntut fleksibel memainkan peran DM-CM-AM sekaligus.

Terens Puhiri ditarik ke tengah menjadi AM. Win Naing Tun kembali mendapat kesempatan. Ia masuk ke starting lagi, dengan posisi RW. Dua penyerang lain diisi oleh Fano (LW) dan Felipe.

Perubahan bukan hanya di formasi, tapi skema permainan secara menyeluruh. Secara sederhana, bek sayap dituntut aktif membantu serangan. Gelandang tengah harus memotong serangan lawan, sekaligus memulai serangan. Pos gelandang serang harus bertindak sebagai playmaker sekaligus goal getter. Duo penyerang sayap harus sering tukar posisi, dan masih banyak lagi.

Ini adalah perubahan besar, sehingga terlihat para pemain kepayahan dalam mengeksekusinya. Permainan kerap stuck, sulit membangun momentum. Sampai sini, Borneo FC adalah tim yang permainannya buruk, tapi hasilnya bagus. Lima laga setelah kontra Persebaya, Pesut Etam meraih 4 kemenangan dan 1 imbang. Semua dengan skor tipis, 1-0, 1-0, 2-1, 1-0, 1-1. Menandakan pola serangan belum paten.

Hadirnya Sihran

Sampai pekan ke-12, Pesut Etam hanya mampu membuat 17 gol. Yang kurang saat itu adalah minimnya pasokan umpan dari sektor sayap. Win gagal memainkan peran itu. Harapan hanya pada Stefano.

Pada pekan ke-13, di Stadion Segiri, Borneo FC buntu hingga 1 jam laga. Pada menit ke-61, Sihran masuk. Kehadirannya langsung jadi pembeda. Dia efektif, tak hanya andalkan kecepatan dan keahlian gocekan. Tapi direct, kerap mengirim umpan ke kotak penalti.

Ujungnya, akselerasi Sihran ke kotak penalti membuat bek lawan harus menekelnya. Hadiah penalti. Lelis menjadi algojo. Borneo menang 1-0.

Dari situ, Sihran paten menjadi penyerang sayap. Menggantikan Win yang lagi-lagi keluar dari starting. Dengan Fano dan Sihran, sisi sayap serang Borneo mulai stabil. Namun belum di penyerang tengah.

Sampai sini, kiper, kuartet bek, duo gelandang, dan duo sayap sudah terbentuk. Menyisakan posisi AM dan CF saja yang kurang. Fans masih kerap merindukan Joni Bustos dan Matheus Pato. Dua pemain di posisi yang berlubang itu.

Baca juga:   Terens Puhiri Catatkan Penampilan ke-175 untuk Borneo FC saat Kalahkan Persita 1-0, Legenda Hidup!

November yang Indah

Pada akhir Oktober, tim Samarinda berhasil mengamankan tanda tangan Wiljan Pluim. Pemain ‘tua’ yang sudah dibilang habis masanya. Ia akhirnya bermain pada bulan November, setelah namanya terdaftar sebagai pemain Borneo di bursa transfer tengah musim.

Siapa sangka, Pluim menjadi kepingan terakhir permainan ala Pieter Huistra. Ia bertindak sebagai AM dalam formasi 4-2-1-3. Menggantikan Terens Puhiri. Kelebihan Pluim adalah pandai membagi bola, lihai jadi pemantul, dan kuat dalam mempertahankan bola.

Pluim menyelesaikan hampir seluruh pekerjaan rumah di sektor tengah-serang. Karena kehadirannya, Adam bisa lebih fokus bertahan dan melayani duo sayap serang. Kei fokus jadi destroyer. Singkatnya, Pluim berhasil meng-cover banyak pekerjaan. Sehingga pemain di sekitarnya; yakni Adam, Kei, Fano, Sihran, dan Felipe punya kesempatan untuk berkreasi di posnya masing-masing.

Pengganti Bustos sudah dapat, dan secara mengejutkan lagi, Felipe mendadak menjadi monster di bulan November itu. Ia mencetak semua gol Borneo sepanjang November. Pato masih dirindukan, tapi fans akhirnya memberi kepercayaan pada Felipe yang mulai garang.

Semua kemudian berjalan lebih baik setelah periode ini. Ketajaman meningkat, pertahanan jadi lebih kokoh. Per awal Maret ini, Pesut Etam menjadi tim tersubur ketiga, meski tak satupun pemainnya masuk dalam daftar top skor. Dan menjadi tim paling sedikit kebobolan, serta paling banyak membuat clean sheet.

Sejak dikalahkan oleh Persebaya dan terjadinya perombakan besar-besaran di tengah musim. Borneo FC kini menjalani 16 pertandingan tanpa kekalahan. Total mereka meraih 14 kemenangan dan 2 kali imbang. Tak satupun klub Liga 1 yang mampu mendekati pencapaian ini.

Bukan hanya dari hasil, cara Fano dkk bermain pun kini mendapat banyak pujian dari publik sepak bola Tanah Air. Permainan kolektif dari kaki ke kaki, efektif, serta transisi yang mengagumkan. Pasukan Samarinda kini menjadi simbol tim paling padu di Indonesia.

Semua, gara-gara kalah dari Persebaya!

Jangan Lupakan Peran Persib

Jangan karena Borneo sudah stabil, kalian melupakan fenomena Persib. Yak, lagi-lagi ini dimulai dari pascakekalahan dari Persebaya. Karena Pieter tahu bahwa permainan timnya belum stabil. Ia kerap menerapkan permainan bertahan saat sudah unggul. Meski hanya unggul 1 gol. Yang penting menang. Itu saja.

Baca juga:   Rating Pemain Borneo FC Vs Bhayangkara; Starter dan Pengganti Sama Bagusnya

Jika sampai 1 jam laga mereka sudah unggul, Pieter akan langsung memasukkan bek tengah. Bermain dengan formasi 5 bek. Fokus menjaga kedalaman, sambil sesekali melakukan serangan balik. Yang penting menang.

Lalu pada pekan ke-16, Borneo menjamu Persib di Segiri. Tuan rumah unggul cepat di menit ke-15, lewat gol spektakuler Leo Guntara. Jelang berakhirnya laga, Pieter menerapkan kebiasaannya. Mengganti penyerang dengan bek tengah.

Pada menit ke-83, Nur Hardianto (CF) ditarik untuk memasukkan Agung Pras (CB). Hasilnya, Agung membuat gol bunuh diri pada menit ke-87. Laga berakhir imbang 1-1.

Usai laga, Pieter secara blak-blakkan mengaku kapok memainkan sepak bola bertahan total saat unggul. Dia janji tak akan melakukannya lagi.

Benar saja, setelah itu, Pieter tak pernah lagi bermain dengan 5 bek di babak kedua. Saat unggul, ia lebih suka memasukkan gelandang. Hendro Siswanto yang sebelumnya banyak menganggur, kini menjadi pemain spesialis babak kedua.

Dengan taktik ini, Borneo jadi mampu menjaga keseimbangan hingga laga berakhir. Mereka beberapa kali justru mampu menambah keunggulan di menit-menit akhir.

Di sisi lain, Felipe menemukan peran terbaiknya. Ketika tak mencetak gol, dia tetap penting karena pergerakan tanpa bolanya. Sementara Pluim, makin fasih bertindak sebagai playmaker sekaligus gol getter. Para pemain pengganti seperti Hendro, Terens, Ikhsan, Rizky Dwi, hingga Komang mampu bermain bagus saat dipercaya tampil.

Masalahnya kini, Lelis dan Agung Pras cedera. Stok bek tengah tipis. Menyisakan Diego dan Komang saja. Bek kiri juga tipis, karena Leo tak punya pelapis natural. Pieter lagi-lagi harus memutar otak. Sejauh ini, walau sedikit jomplang, para pemain pelapis masih mampu memainkan peran bagus. Hingga tetap mampu menang di semua laga pada 2024, atau sejak Lelis dan Agung cedera.

Yang jelas, dari kekalahan kontra Persebaya, Borneo FC berhasil menjadi tim kuat. Terlepas mereka akan meraih trofi atau tidak, waktu yang akan menjawabnya. (dra)

Penulis: Ahmad A. Arifin (Tebe), Jurnalis Sepak Bola Kaltim Faktual.

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.