SEPUTAR KALTIM
Legislator Kaltim: Penanganan Stunting Bukan Pascamelahirkan, tapi sejak Pra dan saat Kehamilan

Meski kasus stunting di Kaltim mengalami penurunan, namun angkanya masih terbilang cukup besar. Dokter Andi Satya yang kini menjadi legislator Kaltim menyebut penanganan stunting bukanlah ketika pascamelahirkan. Seharusnya dilakukan saat ibu hamil bahkan sebelum kehamilan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus berupaya keras untuk menurunkan angka stunting. Hasilnya mulai terlihat, pada Desember 2023 lalu angkanya berhasil ditekan hingga di angka 18,3 persen. Lalu turun lagi menjadi 14,5 persen per Juni 2024.
Stunting sendiri merupakan kondisi fisik anak yang kurang tumbuh akibat kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Seperti kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak saat sedang dalam masa pertumbuhan.
Pencegahan Stunting
Anggota DPRD Kaltim Andi Satya Adi Saputra yang merupakan seorang dokter SpOG alias Dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau biasa disebut dokter kandungan menyebut stunting bukan hanya persoalan tumbuh kembang anak, tapi jauh sebelum itu.
“Kalau bicara stunting tidak bisa hanya diatasi dengan pemberian makanan bergizi di usia sekolah. Tapi penanganannya sebelum ibu mengalami kehamilan,” kata Andi Satya.
Menurut Andi, terjadinya stunting dan penanganannya tidak bisa sesederhana memberikan makanan bergizi pada anak setelah anak tersebut lahir. Penanganan stunting justru soal bagaimana seorang ibu sehat dan memiliki lingkungan yang sehat.
Dengan ibu yang sehat, ditunjang dengan lingkungan yang sehat, bebas asap rokok dan zat berbahaya lainnya, maka potensi mengandung dan melahirkan anak yang sehat, berkualitas, dan tidak stunting akan semakin besar.
“Banyak yang beranggapan kalau stunting hanya bisa diatasi dengan memberi makanan bergizi lalu bayi akan tumbuh besar, padahal stunting sudah terjadi saat kehamilan. Jauh sebelum itu.”
“Lebih krusial pemberian makanan tambahan dan bergizi pada ibu hamil melalui posyandu, itu jauh lebih baik, dibandingkan pemberian makanan bergizi saat dia tumbuh, meski itu juga penting,” pungkasnya. (adv/ens/fth)
-
SEPUTAR KALTIM4 hari agoGubernur Kaltim Tetapkan Direksi Baru BUMD Periode 2025–2030
-
SEPUTAR KALTIM3 hari agoRRI Samarinda Gelar Drama Musikal “Ranam Banua”, Serukan Pelestarian Alam dan Budaya Kaltim
-
SAMARINDA4 hari agoBabinsa Sungai Pinang Dampingi Penyaluran Makanan Bergizi Gratis di Sekolah Dasar
-
SEPUTAR KALTIM4 hari agoPemprov Kaltim Raih Top GPR Award 2025 untuk Inovasi Komunikasi Publik Digital
-
PARIWARA5 hari agoYamaha dan Bosch Gelar Pelatihan Safety Riding: Wujud Komitmen Ciptakan Budaya Berkendara Aman
-
SEPUTAR KALTIM4 hari agoPemprov Kaltim Matangkan Arsitektur SPBE Menuju Tata Kelola Digital Terpadu
-
SEPUTAR KALTIM3 hari agoGubernur Harum Ajak Warga Kaltim Jadikan Menanam Pohon sebagai “Sedekah Oksigen”
-
NUSANTARA4 hari agoKemendagri Dorong Penguatan Deteksi Dini Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

