Connect with us

SAMARINDA

“Makan Kah Kita?” 2025: Arsipkan Jejak Kuliner dan Akulturasi Budaya Lima Etnis di Samarinda

Diterbitkan

pada

Derry, salah satu koordinator Muara/Org. (Chandra/Kaltim Faktual)

Organisasi laboratorium sosial-budaya Muara/Org kembali menghadirkan program “Makan Kah Kita?” edisi 2025. Digelar di Samarinda, kegiatan ini berfokus pada pendokumentasian kekayaan kuliner serta proses akulturasi budaya dari lima etnis yang telah lama menetap di kota tersebut.

Sebagai ruang ekspresi dan apresiasi anak muda melalui media audio-visual, “Makan Kah Kita?” menjadi wadah partisipatif bagi warga Samarinda. Para peserta tidak hanya diajak memasak bersama, namun juga terlibat dalam diskusi mendalam mengenai makanan sebagai bagian dari identitas, ingatan kolektif, serta warisan budaya dalam masyarakat multikultural.

“Program ini berawal dari inisiatif Mas Yudis Sapa Nusa pada 2024 yang ingin mengarsipkan resep makanan ibunya,” ungkap Derry, salah satu koordinator Muara/Org, saat kegiatan berlangsung di Lapangan Pemuda KST, Jalan Otto Iskandar Dinata, Gang Budiman, Sabtu, 19 Juli 2025.

Baca juga:   Diskominfo Kaltim Tingkatkan Kapasitas Operator JIGD Lewat Coaching Teknis

“Tahun ini, kami melanjutkan dengan tujuan baru: menangkap sejauh mana akulturasi budaya terjadi pada suku-suku yang telah lama bermukim di Samarinda, khususnya melalui lensa kuliner, dan mengarsipkannya,” sambungnya.

Dokumentasi kegiatan “Makan kah Kita?” yang digelar organisasi Muara/org di Samarinda. (Chandra/Kaltim Faktual)

Program tahun ini menyasar lima lokasi dengan lima latar belakang budaya yang berbeda, yaitu:

  1. Komunitas Dayak di Jalan Pemuda
  2. Komunitas Bugis Soppeng di rumah Mbah Sagena, Samarinda Seberang
  3. Komunitas Buton di Kampung Buton
  4. Komunitas Melayu Pontianak di kawasan Sambutan (dalam rencana)
  5. Satu lokasi lainnya yang masih dalam tahap diskusi

Pemilihan lokasi dan komunitas dilakukan melalui riset bersama warga serta memanfaatkan jejaring kolektif yang dimiliki Muara/Org. “Dari situ kami mengetahui sebaran pemukiman etnis, seperti ‘Oh, ternyata di sini ada suku Buton, Dayak ada di sebelah sini’,” jelas Derry.

Baca juga:   Usul Zonasi Kopi Keliling di Samarinda, Suparno: Tertibkan Tanpa Matikan Penghidupan

Ia juga menegaskan bahwa kegiatan ini bersifat independen dan tidak terkait kepentingan politik.

“Kami sejak awal menyatakan bukan organisasi politik. Komunitas ini bekerja secara budaya dan kolektif. Fokus kami mengangkat budaya dan mengarsipkan makanan, tanpa embel-embel lain,” tegasnya.

Sebagai hasil akhir, seluruh proses kegiatan akan didokumentasikan dalam bentuk buku. “Yang terpenting, buku ini menjadi arsip tentang makanan yang masih ada di masing-masing lokasi pada tahun 2025, antara Mei hingga September. Lima lokasi dan lima kultur ini akan terarsipkan dengan baik di dalamnya,” tutup Derry. (chanz/sty)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.